"Dev, I'm sorry. I...." Tembok itu telah runtuh. Netra itu meredup, tak ada bara lagi di sana. Ia telah menyerah.
Kuhembuskan napas berat dan panjang. Rasanya ingin tertawa dengan perasaan yang terlalu kompleks untuk dijelaskan. Aku memang sering berkonflik dengan jenis figur otoritas tertentu, namun ada otoritas dengan ke-Maha-an yang tak pernah gagal mengendalikanku. Ya, aku mengerti petunjuk itu. Namun, aku biarkan saja dia yang menyelesaikan isu yang telah dimulainya. Aku punya banyak hal yang perlu diurus.
Â
TAMAT
Â
Devira Sari
Jakarta, 04 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H