Di kota yang baru, kami mendirikan panti asuhan dan sekolah dasar dengan bantuan sponsor. Istriku menjadi pengelola utama dan masih sering diundang menjadi pembicara dimana-mana. Dulu aku masih sering ikut dengannya pergi ke berbagai tempat hingga ke luar kota untuk mengisi acara, namun sekarang aku sudah tidak mampu. Jadi aku lebih banyak tinggal di rumah atau mengajar anak-anak panti. Kami tidak dikaruniai anak lagi, maka anak-anak inilah yang menjadi anak-anak kami.
"Kita berangkat sekarang, Pak?" tanya salah seorang pegawaiku membuyarkan lamunanku. Aku masih menatap foto pernikahan kami dan tersenyum puas dengan perjalanan hidupku bersamanya. Kuambil tongkatku dan berangkat. Dia sudah menungguku di taman itu, duduk dengan senyuman manis di wajahnya. Istriku memang selalu datang lebih cepat. Dia tidak muda lagi, sudah banyak gurat di wajahnya dan uban di rambutnya. Namun bagiku dia tetap yang paling cantik.
Aku masih mampu bertahan dengan kehilangan anak dan masih bisa menerima kehilangan ibu. Namun aku tidak dapat membayangkan bagaimana jika kehilangannya. Terima kasih telah lahir ke dunia ini dan menjadi istriku. Terima kasih telah menemaniku, memahamiku, dan berjuang bersamaku melewati semuanya. Terima kasih telah menjadi sumber kebahagiaanku.
Selamat hari ulang tahun pernikahan ke 50.