Nah, dalam gaslighting, kekerasan yang dilakukan tidak tampak dan tidak dapat dibuktikan karena melibatkan manipulasi mental. Misalnya, si A membuat si B merasa bersalah sehingga si B menampar dirinya sendiri.Â
Contoh lain si X membenci si Z, kemudian si X memberikan penjelasan sedemikian rupa yang terkesan rasional sehingga malah si Y yang bertengkar dengan si Z. Sementara si X ongkang-ongkang kaki di rumah bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.
Korban gaslighting akan merasa dirinya rendah, tidak yakin akan dirinya sendiri, menyalahkan diri sendiri, mempertanyakan keyakinan/ingatan/perasaannya, bahkan bisa sampai meragukan kewarasan diri. Mereka akan meminta maaf tanpa mengetahui apa kesalahannya.Â
Walaupun mereka aslinya mandiri, mereka akan menjadi sangat bergantung dengan si Narcissistic. Seolah mereka tidak punya daya dan tidak berharga. Jika korban mengeluh, Narcissistic akan meyakinkan bahwa keluhan itu hanya ada di pikiran si korban saja dan si korban terlalu sensitif.
Orang yang rentan kena gaslighting adalah orang yang lemah mentalnya, polos/naif, mudah merasa bersalah, dan mudah merasa kasihan. Orang seperti ini gampang sekali dimanipulasi dengan kata-kata atau tindakan yang seolah-olah tulus. Sering kali Narcissistic lebih suka memanipulasi orang yang "bersinar" karena bisa meningkatkan harga dirinya. Tingkat keberhasilan gaslighting juga dipengaruhi kelihaian si Narcissistic dalam memoles diri.
Semoga bermanfaat.
Devira Sari
Jakarta, 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H