Mohon tunggu...
Devira Sari
Devira Sari Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Saya adalah Psikolog yang menyukai dunia tulis menulis dan Sastra. Tarot Reader. A Lifelong Learner. INFJ-A. Empath. Sagittarian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rezeki Tak akan Tertukar

6 April 2020   08:36 Diperbarui: 6 April 2020   08:38 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka diambillah ketenangan hidupunya, kesehatan jasmaninya, dan kenyenyakan tidurnya. Ada seorang terkenal yang sangat cantik, selalu mendapatkan  puja-puji dimana-mana. Namun herannya setelah bergonta-ganti suami, rumah tangganya tidak pernah ada yang harmonis. 

Ada pula yang hanya buruh tani di desa, namun seumur hidupnya tidak pernah mengalami sakit berat. Begitu pula keluarganya selalu harmonis hingga keturunannya dan tidak pernah berkekurangan meski hidup dalam kesahajaan. Itulah yang membedakan berkah atau tidaknya rejeki yang kita miliki.

Begitulah rejeki. Bukan cuma sekedar uang saja, rejeki juga dapat berupa kesehatan, keluarga yang harmonis, ilmu pengetahuan, kesempatan-kesempatan, keberuntungan, kemenarikan fisik, udara bersih, dan lain sebagainya. 

Dan rejeki itu sudah mengetahui alamatnya sehingga pasti sampai. Kemanapun kita lari, rejeki akan menangkap kita. Dimanapun kita bersembunyi, rejeki akan menemukan kita. Begitu pula sebaliknya, bagaimanapun diusahakan, namun jika bukan hak kita maka cepat atau lambat akan hilang juga.

 "Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya (untuk menjalankan perintah Allah) sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan mengejarnya sebagaimana kematian itu akan mengejarnya." (HR Ibnu Hibban No. 1084)

Berbicara tentang rejeki, ada satu kisah tentang rejeki dari zaman Rasulullah SAW. Adalah Abdurrahman bin Auf, seorang sahabat Nabi yang memang ditakdirkan menjadi kaya raya. Ia bertangan emas dan pintar berdagang, dan apapun yang didagangkannya pasti sukses besar. 

Sejarah mengenalnya sebagai sahabat Nabi paling kaya raya sekaligus dermawan. Nah, sahabat Nabi yang satu ini unik sekali. Ketika orang-orang berlomba-lomba mencari harta sebanyak-banyaknya supaya masuk dalam golongan rangkayo (baca : orang kaya), beda halnya sama salah satu sahabat Rasulullah ini. Ia memiliki cita-cita yang antimainstream yaitu :  jadi orang miskin donk... (sobat misqueen pasti langsung alert hahaa).

Abdurrahman bin Auf (bahasa Arab: , lahir 10 tahun setelah Tahun Gajah -- meninggal 652 pada umur 72 tahun) adalah salah seorang dari sahabat Nabi Muhammad yang terkenal. Ia adalah salah seorang dari delapan orang pertama (As-Sabiqunal Awwalun) yang menerima agama Islam, yaitu dua hari setelah Abu Bakar.

Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata bahwa semakin kaya seseorang akan semakin lama giliran masuk surganya. Hal ini dikarenakan orang yang paling kaya akan dihisab paling lama. 

Oleh sebab Abdurrahman bin Auf  RA adalah orang terkaya saat itu, maka ia akan masuk surga paling terakhir. Mendengar ini, Abdulrahman bin Auf menjadi cemas dan mulai berpikir keras untuk mencari cara agar bisa menjadi orang miskin supaya dapat masuk surga lebih awal.

Alkisah, terjadi perang Tabuk sehingga orang-orang meninggalkan Madinah. Setelah perang berakhir dan semua kembali ke Madinah, ternyata kebun kurma yang ditinggalkan seorang petani kurma yang ikut dalam perang telah busuk semua dan tidak layak dijual. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun