Ancaman Budaya Pop, Dampak Positif dan Negatif pada Remaja Milenial di IndonesiaÂ
Oleh : Devi Nur Halimah
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Masuknya berbagai bentuk dan ragam budaya dunia dari negara-negara di luar Indonesia, seperti Amerika, Eropa, Korea, dan cina. Telah mempengaruhi bentuk dan isi budaya populer yang berkembang di negeri sampai saat ini. Kecintaan mereka terhadap budaya pop luar negri, seperti K-Pop, ini menjadi fenomena baru dalam konteks konsumsi budaya pop dimasyarakat. Sementara itu, institusi kapitalis media massa nampaknya berusaha merespons trend ini dengan memproduksi dan menampilkan musik pop. Siaran budaya disesuaikan dengan pola dan format budaya global.
Budaya populer adalah budaya yang kita miliki dan hidup setiap hari, dari musik yang sering kita dengar, acara tv yang kita sering tonton, jam tangan yang sering kita pakai, makanan dan minuman yang kita konsumsi, dan pakaian yang kita kenakan, hinggan cara berbicara kita, itu adalah bagian dari budaya populer. Budaya populer seringkali menghasilkan sesuatu yang bersifat langsung dan juga menggoda, seperti budaya belanja, pergaulan bebas, budaya nongkrong, budaya transgender, dan budaya hiperseksual, infotaiment, dan juga selebriti serta kebiasaan populer dan banyak diminati oleh masyarakat pada umumnya. Beberapa kebiasaan yang dibawa oleh budaya populer dinilai bertentangan dengan nilai-nilai tradisional masyarakat Indonesia. Kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat mempengaruhi individu dalam mendefinisikan jati dirinya, yang pada akhirnya dapat berdampak pada jati diri bangsa Indonesia.
Budaya populer merupakan sebuah produk masyarakat industri, dimana kegiatan itu mempunyai makna dan hasil (yaitu budaya) di produksi dan di ekspresikan secara numerik yang besar, seringkali dengan bantuan manufaktur, distribusi, dan penggandaan masal, sehingga mudah diakses oleh masyarakat yang luas. Meskipun industrialitas di Indonesia sedang berlangsung faktanya, selama 100 tahun terakhir, perkembangan industry ini sangat pesat dan berkesinambungan pembangunan baru dimulai pada tahun 1980an, ketika rezim berkuasa.
Adapun musik pop merupakan musik yang sifatnya sangat dinamis, dimana kelangsungan hidup musisi dan lagu-lagunya cenderung mengikuti trend yang berlaku. Kehadiran budaya populer dalam kehidupan masyarakat setempat dalam kondisi tertentu dapat digunakan untuk mengindentifikasi atau menggambarkan gaya hidup. Budaya populer dari luar menyatu dengan budaya populer dari local hingga menjadi media yang dikonsumsi masyarakat sehari-hari. Budaya populer dikonsumsi oleh otak yang pasif dan lumpuh. Budaya populer mudah berkembang dikalagan generasi muda saat ini, karena generasi muda saat ini memiliki akses yang lebih mudah terhadap informasi, termasuk beradaptasi dengan berbagai budaya dan nilai-nilai yang ditularkan melalui teknologi. Budaya populer memungkinkan individu dengan mudah dalam mengakses kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, dan papan.
Kaum muda adalah pengguna utama jaringan sosial, berinteraksi melalui situs populer seperti Facebook, Instagram, dan twittwer. Situs jejaring sosial ini memiliki ratusan juta anggota yang berinteraksi, mengupdate status, dan masih banyak lagi. Konsumen budaya populer di seluru dunia secara bersamaan mengakses budaya populeer seperti musik, film, acara televisi, dan produk audio visual lainya melalui situs web. Pemanfaatan jejaring sosial oleh remaja Milenial Indonesia telah membuka banyak peluan bagi budaya asing atau budaya populer untuk mengakses dan berbagi informasi, sehingga menumbuhkan rasa kebersamaan terhadap budaya tertentu. Platform media lama dan media baru pada hakikatnya sama, yaitu dorongan arus komunikasi lintas budaya yang diungkapkan dalam konsep konvergensi media.
Kehadiran budaya populer sangat erat hubunganya dengan globalisasi, industri, kapitalisme, dan demokratis. Kapitalis menyebarkan ideologinya melalui globalisasi budaya dengan menciptakan segala aspek kehidupan manusia, seperti memproduksi makanan dan fashion lalu didistribusikan ke komunitas global melalui media, kemudia menciptakan budaya dari satu tempat ke tempat lain dan hal itu menyebar dan diketahui oleh lapisan masyarakat dunia, termasuk Indonesia.
Media massa dan budaya populer mengontrol dan membentuk semua jenis hubungan sosial lainya, Budaya populer semakin mendominasi makna hidup yang sebenarnya, mempengaruhi cara orang berpikir tentang indentitas mereka dan dunia disekitar mereka. Budaya populer bersifat dinamis dan selalu bergerak ke suatu tempat. Budaya populer bukanlah budaya yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, melainkan diciptakan atau diubah seiring dengan transmisi sosial. Budaya populer mengacu pada kombinasi pada perubahan ekonomi, teknologi, politik, sosial, dan budaya yang membentuk budaya populer. Esai-esai didalamnya memberikan gambaran tentang permasalahan dan komplesitas yang menjadi ciri manifestasi kerakyatan, material, dan ideologis dalam kehidupan sehari-hari.
Lalu apa dampak positif dan negatif dari Budaya Pop pada zaman sekarang terhadap remaja milenial di Indonesia?.
Kehadiran budaya populer di masyarakat pada dasarnya dapat menimbulkan dampak negatif dan positif, adapaun dampak positif dari budaya populer antara lain :
- Remaja lebih mudah mendapatkan informasi. Hal ini terjadi karena remaja memperoleh wawasan atau pengetahuan yang tidak terbatas, terutama melalui internet yang dapat diakses di mana saja. Remaja hanya membutuhkan satu utilitas dan paket internet dari penyedia untuk menikmati fitur gratis dan tidak terbatas ada batasan seperti itu.
- Remaja dapat berkomunikasi dengan siapa saja dan mempunyai keinginan kuat untuk mencari informasi terkini. Terutama dengan perkembangan teknologi memungkinkan remaja berkomunikasi dengan siapa saja di seluruh dunia.
- Remaja selalu mempunyai keinginan untuk memperoleh pengetahuan baru remaja akan mudah bertukar informasi dengan mudah dan murah.
Namun di sisi lain, tidak jarang remaja melenial juga terkena dampak negatif dari budaya populer, antara lain adalah sebagai berikut:
- Kurangnya interaksi sosial, akhirnya karena terlalu asyik menggunakan teknologi tersebut, mereka membentuk dunianya sendiri dan mengasingkan diri, acuh terhadap dunia nyata, konsekuensi yang lebih buruk lagi adalah menjadi seseorang yang anti sosial.
- Pecandu. Dalam hal ini tidak menutup kemungkinan jika menggunakan media dapat menimbulkan kecanduan jika terus menggunakan teknologi tersebut sehingga menyebabkan seseorang menjadi lupa terhadap berbagai tugas yang harus diselesaikan.
- Kehadiran budaya populer telah menggatikan budaya populer yang merupakan budaya masyarakat yang sebenarnya. Bentrokan budaya pop kerap terjadi antara generasi X dan generasi milenial. Setiap generasi memiliki ciri kahasnya masing-masing, seringkali dipengaruhi oleh lingkungan yang dihadapinya sepanjang hidupnya. Setiap generasi pada akhirnya memiliki karakteristik yang berbeda, dan menunjukkan model dan pendekatan adaptif yang berbeda.
Lalu apa ancaman dari adanya budaya populer terhadap remaja milenial di Indonesia
Para remaja di Indonesia cenderung mengikuti hal-hal baru dan trend mainstream, sehingga mungkin terjadi kebingunan dalam menyerap nilai-nilai atau ideologi yang berkembang di masyarakat akibat sistem globalisasi. Hal ini dianggap sebagai ancaman bagi pemantapan jati diri bangsa, karena jika masyarakat tidak mempunyai kemampuan menyaring dengan baik maka akan terjadi konflik nilai. Tidak semua nilai atau ideologi yang dibawa oleh arus global dapat diintegrasikan dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat nilai-nilai kehidupan yang berkembang dalam masyarakat Indonesia tercermin melalui ideologi nasional, khususnya pancasila. Budaya populer cenderung melemahkan kualitas seperti kemampuan artistic, integritas, keseriusan, keaslian, realisme, kedalaman intelektual dan pencitraan karena hanya menggambarkan gaya, keceriaan dan lelucon, mengorbankan isi, esensi dan makna.
Pancasila merupakan pedoman bagi masyarakat Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat. Namun akibat perkembangan budaya populer, banyak niali atau ideologi yang berkembang dalam kehidupan manusia, misalnya kapitalisme, liberalism, neoliberalisme, komunisme, kapitalisme, atau sosialisme. Oleh karena itu, terdapat kekhawatiran kepada remaja di Indonesia akan mudah terpapar bebagai bentuk idelogi asing yang dapat mengancam konsolidasi jati diri bangsa. Perubahan budaya juga memiliki dampak pada masyarakat tradisional, kondisi ini seperti membuat mereka semakin dirugikan karena tersisihnya kesenian tradisional Indonesia yang penuh vitalitas dalam kehidupan masyarakat, misalnya bentuk ekspresi seni bersifat etnik dan sub-etnis bangsa Indonesia, baik ditingkat rakyat maupun kerajaan, selalu mempunyai hubungan yang erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang timbul akibat industrialisasi dan sistem perekonomian pasar dan globalisasi informasi, seni kita mulai ke arah yang berdimensi komersial.
Budaya populer dapat mengancam pemantapan jati diri bangsa milenial Indonesia karena mampu menghapus kerangka acuan sosial tradisional seperti suku, agama, budaya, dan niali-nilai atau falsafah hidup bangsa lainya. Penafsiran identitas merupakan pertanyaan sentral dalam perdebatan yang diangkat oleh teori postmodern. Persaingan identitas dan hilangnya identitas kolektif telah memyebabkan semakin terfragmentasinya identitas individu. Salah satu penyebab terkikisnya tradisional adalah globalisasi ekonomi, yaitu kecenderungan, investasi, produksi, pemasaran dan distribusi berlangsung dalam skala internasional, melampui batas-batas nasional atau internasional. Budaya populer mempromosikan hedonisme, konsumerisme, dan sikap utilitarian dalam masyarakat perkotaan. Konsumerisme mengedepankan individualism yang mementingkan diri sendiri, sehingga mengganggu stabilitas identitas nasional. Â Ancaman budaya populer terhadap jati diri bangsa tidak bisa diabaikan begitu saja karena dikhawatirkan menganggu stabilitas, keutuhan sikap kekompakan masyarakat, dan kesetiaan terhadap ideologi bangsa, keluarga, dan pancasila.
References
Annisa Istiqomah, Delfiyan Widiyanto. (2020). ANCAMAN BUDAYA POP (POP CULTURE) TERHADAP PENGUATAN IDENTITAS NASIONAL MASYARAKAT URBAN. Jurnal Kalacakra, 19-24.
Dwi kartikawati . (2018). IMPLEMENTASI DISFUSI INOVASI PADA KEMAMPUAN MEDIA BARU DALAM MEMBENTUK BUDAYA POPULER (KAJIAN PADA MEDIA YUTUBE di KALANGAN REMAJA). Jurnal Ilmu Komunikasi, 91-95.
James Daniel Tjoe, Kalif Arifan Sani, dkk. (2022). DAMPAK GLOBALISASI MEDIA TERHADAP NILAI-NILAI PANCASILA DI KALANGAN ANAK ANAK DAN REMAJA. Jurnal Pendidikan, Seni, Sains dan Sosial Humainora, 8-9.
Milka Basuki, Lasiman, Caroline Widjoyo. (2006). DESAIN GRAFIS GAYA POP : STUDI KASUS SAMPEL ALBUM REKAMAN MUSISI INDONESIA. Jurnal Nirmana, 73-74.
Riski Amal. (2015). Pengaruh Media terhadap Budaya Tradisional, Lokal, Kontemporer dan Budaya Populer. Jurnal At-Tabayyun , 141-143.
Widia Ramadhanti, Dwi Rini S. Firdaus, Intan Trikusumaningtias. (2021). ANALISI PERTENTANGAN PANDANGAN ANTARA GENERASI X DENGAN GENERASI MILENIAL TENTANG BUDAYA POPULER. Jurnal Penelitian Sosial Ilmu Komunikasi, 119-120.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H