Kehadiran budaya populer di masyarakat pada dasarnya dapat menimbulkan dampak negatif dan positif, adapaun dampak positif dari budaya populer antara lain :
- Remaja lebih mudah mendapatkan informasi. Hal ini terjadi karena remaja memperoleh wawasan atau pengetahuan yang tidak terbatas, terutama melalui internet yang dapat diakses di mana saja. Remaja hanya membutuhkan satu utilitas dan paket internet dari penyedia untuk menikmati fitur gratis dan tidak terbatas ada batasan seperti itu.
- Remaja dapat berkomunikasi dengan siapa saja dan mempunyai keinginan kuat untuk mencari informasi terkini. Terutama dengan perkembangan teknologi memungkinkan remaja berkomunikasi dengan siapa saja di seluruh dunia.
- Remaja selalu mempunyai keinginan untuk memperoleh pengetahuan baru remaja akan mudah bertukar informasi dengan mudah dan murah.
Namun di sisi lain, tidak jarang remaja melenial juga terkena dampak negatif dari budaya populer, antara lain adalah sebagai berikut:
- Kurangnya interaksi sosial, akhirnya karena terlalu asyik menggunakan teknologi tersebut, mereka membentuk dunianya sendiri dan mengasingkan diri, acuh terhadap dunia nyata, konsekuensi yang lebih buruk lagi adalah menjadi seseorang yang anti sosial.
- Pecandu. Dalam hal ini tidak menutup kemungkinan jika menggunakan media dapat menimbulkan kecanduan jika terus menggunakan teknologi tersebut sehingga menyebabkan seseorang menjadi lupa terhadap berbagai tugas yang harus diselesaikan.
- Kehadiran budaya populer telah menggatikan budaya populer yang merupakan budaya masyarakat yang sebenarnya. Bentrokan budaya pop kerap terjadi antara generasi X dan generasi milenial. Setiap generasi memiliki ciri kahasnya masing-masing, seringkali dipengaruhi oleh lingkungan yang dihadapinya sepanjang hidupnya. Setiap generasi pada akhirnya memiliki karakteristik yang berbeda, dan menunjukkan model dan pendekatan adaptif yang berbeda.
Lalu apa ancaman dari adanya budaya populer terhadap remaja milenial di Indonesia
Para remaja di Indonesia cenderung mengikuti hal-hal baru dan trend mainstream, sehingga mungkin terjadi kebingunan dalam menyerap nilai-nilai atau ideologi yang berkembang di masyarakat akibat sistem globalisasi. Hal ini dianggap sebagai ancaman bagi pemantapan jati diri bangsa, karena jika masyarakat tidak mempunyai kemampuan menyaring dengan baik maka akan terjadi konflik nilai. Tidak semua nilai atau ideologi yang dibawa oleh arus global dapat diintegrasikan dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat nilai-nilai kehidupan yang berkembang dalam masyarakat Indonesia tercermin melalui ideologi nasional, khususnya pancasila. Budaya populer cenderung melemahkan kualitas seperti kemampuan artistic, integritas, keseriusan, keaslian, realisme, kedalaman intelektual dan pencitraan karena hanya menggambarkan gaya, keceriaan dan lelucon, mengorbankan isi, esensi dan makna.
Pancasila merupakan pedoman bagi masyarakat Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat. Namun akibat perkembangan budaya populer, banyak niali atau ideologi yang berkembang dalam kehidupan manusia, misalnya kapitalisme, liberalism, neoliberalisme, komunisme, kapitalisme, atau sosialisme. Oleh karena itu, terdapat kekhawatiran kepada remaja di Indonesia akan mudah terpapar bebagai bentuk idelogi asing yang dapat mengancam konsolidasi jati diri bangsa. Perubahan budaya juga memiliki dampak pada masyarakat tradisional, kondisi ini seperti membuat mereka semakin dirugikan karena tersisihnya kesenian tradisional Indonesia yang penuh vitalitas dalam kehidupan masyarakat, misalnya bentuk ekspresi seni bersifat etnik dan sub-etnis bangsa Indonesia, baik ditingkat rakyat maupun kerajaan, selalu mempunyai hubungan yang erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang timbul akibat industrialisasi dan sistem perekonomian pasar dan globalisasi informasi, seni kita mulai ke arah yang berdimensi komersial.
Budaya populer dapat mengancam pemantapan jati diri bangsa milenial Indonesia karena mampu menghapus kerangka acuan sosial tradisional seperti suku, agama, budaya, dan niali-nilai atau falsafah hidup bangsa lainya. Penafsiran identitas merupakan pertanyaan sentral dalam perdebatan yang diangkat oleh teori postmodern. Persaingan identitas dan hilangnya identitas kolektif telah memyebabkan semakin terfragmentasinya identitas individu. Salah satu penyebab terkikisnya tradisional adalah globalisasi ekonomi, yaitu kecenderungan, investasi, produksi, pemasaran dan distribusi berlangsung dalam skala internasional, melampui batas-batas nasional atau internasional. Budaya populer mempromosikan hedonisme, konsumerisme, dan sikap utilitarian dalam masyarakat perkotaan. Konsumerisme mengedepankan individualism yang mementingkan diri sendiri, sehingga mengganggu stabilitas identitas nasional. Â Ancaman budaya populer terhadap jati diri bangsa tidak bisa diabaikan begitu saja karena dikhawatirkan menganggu stabilitas, keutuhan sikap kekompakan masyarakat, dan kesetiaan terhadap ideologi bangsa, keluarga, dan pancasila.
References
Annisa Istiqomah, Delfiyan Widiyanto. (2020). ANCAMAN BUDAYA POP (POP CULTURE) TERHADAP PENGUATAN IDENTITAS NASIONAL MASYARAKAT URBAN. Jurnal Kalacakra, 19-24.
Dwi kartikawati . (2018). IMPLEMENTASI DISFUSI INOVASI PADA KEMAMPUAN MEDIA BARU DALAM MEMBENTUK BUDAYA POPULER (KAJIAN PADA MEDIA YUTUBE di KALANGAN REMAJA). Jurnal Ilmu Komunikasi, 91-95.
James Daniel Tjoe, Kalif Arifan Sani, dkk. (2022). DAMPAK GLOBALISASI MEDIA TERHADAP NILAI-NILAI PANCASILA DI KALANGAN ANAK ANAK DAN REMAJA. Jurnal Pendidikan, Seni, Sains dan Sosial Humainora, 8-9.
Milka Basuki, Lasiman, Caroline Widjoyo. (2006). DESAIN GRAFIS GAYA POP : STUDI KASUS SAMPEL ALBUM REKAMAN MUSISI INDONESIA. Jurnal Nirmana, 73-74.