Mohon tunggu...
Devi Nuraeni
Devi Nuraeni Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adanya Kapitalisme di Era Pandemi Covid 19 dalam Penerapan Pembelajaran dalam Jaringan (Daring)

22 Desember 2022   10:57 Diperbarui: 22 Desember 2022   11:23 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seperti yang sudah kita ketahui dan kita rasakan mengenai dampak dari adanya penyebaran virus covid-19 ini sangat memberikan pengaruh yang besar bagi hampir seluruh negara di dunia. salah satunya adalah Indonesia. Di indonesia sendiri covid-19 ini sangat berdampak terhadap sistem kehidupan yang dijalani masyarakat. baik itu dalam sektor ekonomi, politik, pendidikan, sosial, dan lainnya.

Dalam sistem pendidikan pemerintah menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). sistem ini di terapkan guna terus berjalannya sektor pendidikan di Indonesia, tetap mengisi aktivitas sehari-hari walaupun dengan sistem yang berbeda.  Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini akhirnya dikenal dengan istilah "daring" yaitu dalam jaringan yang artinya kegiatan belajar mengajar di Indonesia diterapkan melalui jaringan komunikasi jarak jauh dengan menggunakan teknologi  seperti smartphone.

Pembalajaran daring ini sangat bergantung terhadap sistem komunikasi. Jadi setiap murid dan guru harus memiliki penunjang pembelajaran. Dalam masa daring ini penunjang utamanya adalah tekhnologi komunikasi seperti handphone/smartphone, Laptop, komputer, dan lainnya yang harus di lengkapi dengan jaringan internet.

Lalu apa kaitannya dengan kapitalisme?

Budaya kapitalisme sudah menyebar di dalam sistem pendidikan. Pada kenyataannya sistem pendidikan ini memang sudah erat kaitannya dengan kapitalisme. Sering kita temui dalam pendidikan dikuasai oleh orang-orang pemilik uang, orang kaya, dan kelompok-kelompok elit lainnya. Sedangkan orang atau kelompok miskin hanyalah sebagai penonton dari adanya sistem pendidikan tersebut.

Dari penerapan sistem PJJ dengan pembelajaran daring dinilai hanya mampu dilakukan oleh kaum menengah dan menengah ke atas di Indonesia. Kepemilikan modal belajar berupa smartphone ini jarang dimiliki oleh kaum menengah bawah masyarakat Indonesia, karena pada kehidupan smartphone ini adalah kebutuhan tersier. Bagi kaum menengah bawah, pemenuhan kebutuhan sekunder dan primer saja mereka masih bersusah payah.

Penerapan belajar daring ini terbilang hanya diperuntukan oleh kaum menengah dan menengah atas. Pemerintah memang membuat peraturan pembelajaran ini agar pendidikan di Indonesia tidak mati, tetapi penerapannya kurang memperhatikan para kelompok menengah bawah. Pemerintah kurang memberikan bantuan kepada rakyatnya yang memang membutuhkan.

Dalam kapitalisme kebijakan tersebut terbilang hanya mendukung para kelompok pemilik modal untuk menciptakan tenaga kerja yang berkualitas. Penerapan sistem daring pada sekolah-sekolah elit pasti sangat berbeda jauh dengan penerapan pada sekolah biasa. Para kelompok pemilik modal ini sangat bisa mengikuti adanya pembelajaran daring karena modal yang mereka punya. Mereka bisa mengikuti pembelajaran dengan maksimal.

Contohnya dalam sekolah bergengi yang ada Indonesia selama pembelajaran daring selalu memberikan materi serta tugas yang relevan. Para guru memberikan materi pembelajaran layaknya seperti kegian belajar mengajar seperti biasanya di sekolah. Guru mereka menjelaskan materi bisa melalui zoom atau google meet agar dapat menjelaskan materi pembelajaran tersebut tersampaikan dengan baik kepada muridnya. Mereka tidak lepas dari tanggung jawab yang semestinya, misalnya membuat tugas yang relevan seperti menguploadnya berupa video atau mengerjakan soal secara lisan.

Hal tersebut sangat berbeda dengan penerapan pembelajaran daring yang diterima oleh kelompok menengah dan menengah ke bawah. Guru mereka rata-rata tidak menjelaskan materi pembelajaran, tetapi menyuruh muridnya untuk menonton video penjelasan dari youtube dan setelah itu guru hanya meminta siswanya untuk merangkum inti dari pemaparan materi tersebut.

Sistem seperti itu membuat murid tidak paham apakah materi yang ia rangkum ini penting atau tidak. Mereka butuh penjelasan valid dari guru mereka, tetapi para guru jarang sekali membahas ulang atau memberikan penjelasan yang valid kepada muridnya atas materi pembelajaran yang di dapat. Rangkuman tersebut biasanya di tulis tangan lalu dikirimkan ke guru mereka via group kelas.

Dari kedua contoh tersebut sangat terlihat sekali perbedaan penerapan sistem pembelajaran yang di dapat oleh kelompok elit sebagai pemilik modal dengan kelompok menengah dan menengah bawah. Penerapan pembelajaran daring ini sangat terlihat diperuntukan untuk para kelompok pemilik modal.

Model pembelajaran yang diberikanpun sangat jelas sekali berbeda. Guru yang mengajar di sekolah kelompok pemilik modal sangat berdedikasi untuk memberikan materi pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Guru mereka bekerja dengan optimal agar materi pembelajaran tersebut sampai dan membuat muridnya paham akan materi pembelajaran.

Hasil pembelajaran dengan model dan metode yang berbeda tersebut akan memunculkan tenaga dengan kualitas yang berbeda juga. Mereka para kelompok elit sangat memperhatikan kegiatan pembelajaran di sekolah. Pelajaran yang mereka dapat sangat berpengaruh untuk bekal di masa depan ia nantinya. Berbeda dengan kelompok menengah dan menengah bawah, mereka menganggap sekolah sebagai suatu hal yang wajib di jalankan saja, tidak berpatokan bahwa materi pembelajaran yang telah diberikan sangat memberi pengaruh nantinya bagi kehidupan mereka. Serta mereka tidak paham akan meningkatkan kualitas dirinya sendiri.

Selanjutnya ketika pemerintah mulai menerapkan sistem pembelajaran yang lebih flexible di perbolehkannya pembelajaran tatap muka dengan catatan harus mengikuti protocol Kesehatan yang sudah ditentukan.

Ada standar tersendiri untuk menerapkan protocol Kesehatan guna mempersempit adanya penyebaran kembali virus covid-19. Menurut saya tidak semua sekolah mampu untuk menerapkan standar protocol Kesehatan yang sesuai, karena di luar sana ada banyak sekali sekolah yang memenuhi sarana prasarana penunjang pembelajaran saja belum cukup, lalu bagaimana mereka memenuhi aturan prokes tersebut.

Kurikulum yang dibuat oleh pemerintah memang bersifat positif karena sangat memperhatikan agar mengurangi penyebaran virus covid-19 di elemen sekolah. Tetapi kurikulum tersebut di buat dan di tujukan untuk kelompok-kelompok elit atau kelompok pemilik modal. Mereka para pemilik modal dengan mudah dapat mentaati setiap prokes yang diberikan oleh pemerintah.

Misalnya sekolah elit pasti pemenuhan protocol kesehatannya lebih terdistribusi dengan baik dan para warga sekolahnyapun menyanggupi. Mereka memiliki modal untuk terus bisa mengoptimalkan proses pembelajaran, karena bagi mereka pendidikan ini sangat penting agar bisa menciptakan tenaga kerja yang berkualitas nantinya.

Karena hal-hal tersebutlah Bowles dan Gintis merasa bahwa pendidikan dalam sekolah ini salah satu yang terpengaruh oleh adanya kapitalisme. Menurut saya pendidikan adalah modal utama bagi seseorang untuk menunjukan kualitas dirinya agar bisa bersaing di dunia kerja. Menurut Bowles dan Gintis juga sekolah adalah tempat dimana dominasi terus berjalan atau sebuah sarana untuk mengkekalkan dominasi.

Refrensi:

Bowles&Gintis. 1976. Schooling in Capitalist America - Educational Reform and the Contradiction of Economic Life. American Sociological Education.

Putria, Hilna dkk. 2020. Analisis Proses Pembelajaran dalam Jaringan (DARING) Masa Pandemi Covid- 19 Pada Guru Sekolah Dasar. Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

Kurniati. 2022. Pembelajaran Daring dan Problematikanya. Universitas Pendidikan Ganesha. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun