Mohon tunggu...
Devint Nehal Dhahiri
Devint Nehal Dhahiri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Punya hobi mendaki gunung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dampak Mendaki Gunung Terhadap Kualitas Spiritual Mahasiswa Pencinta Alam

8 Juni 2024   11:59 Diperbarui: 8 Juni 2024   12:26 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Solat dikatakan sah bila kita bersuci atau melakukan thaharah atau berwudhu. Bagaimana cara kita berwudhu saat di gunung yang mana air itu susah ditemukan. Menurut narasumber yang pertama, ia berkata bahwa untuk berwudhu masih menggunakan air yang ia bawa namun hanya mengusap sekali saja di area yang wajib di basuh agar air tercukupi. Berbeda dengan narasumber yang kedua, ia melakukan tayamum dikarenakan air untuk berwudhu tidak ia persiapkan dan ia meyakini bahwa di gunung boleh tayamum karena air yang sulit didapat. Lantas bagaimana regulasi berwudhu yang benar menurut mayoritas ulama.

Menurut pendapat Imam Syafii ada dua syarat diperbolehkan tayamum yaitu tidak ada sumber mata air dan suhu udara dingin. Dalam pendakian kita seharusnya mencari info terlebih dahulu mengenai adanya sumber mata air di gunung. Jika tidak ada mata air sudah pasti kita menyediakan air dalam jumlah banyak. Namun, dikarenakan trek gunung yang berbeda beda itu membuat kita tidak tahu seberapa banyak air yang dibutuhkan untuk kebutuhan minum. Apabila kita menyiapkan air untuk minum tetapi malah kita pergunakan untuk berwudhu maka haram hukumnya walaupun wudhunya sah.Oleh karena itu, tayamum diperbolehkan saat ketersediaan air yang tidak tercukupi. Lalu syarat yang kedua adalah suhu udara yang dingin. Pada sebagian gunung memang terdapat mata air di dekat tempat berkemah untuk kebutuhan pendaki. Tetapi saat malam hari tiba, pada umumnya suhu udara di tempat berkemah menjadi sangat dingin sehingga banyak pendaki yang tidak kuat saat menyentuh air. Maka diperbolehkan melakukan tayamum.

Selain dari menjaga kewajiban solat di gunung, menjaga etika terhadap gunung itu sendiri juga diperlukan, karena di gunung juga terhadap makhluk lain yang merupakan ciptaan Allah lainnya. Dimulai dari menjaga kebersihan lingkungan, menaati peraturan yang telah dibuat oleh pengelola gunung, dan etika terhadap makhluk lainnya. Q.S Ar-Rum ayat 41 menyebtuan, "Kerusakan alam di darat dan di laut telah tampak karena perbuatan tangan manusia agar Allah menimpakan dampak kerusakan alam akibat sebagian perbuatan mereka agar mereka kembali". Surat ini menyiratkan bahwa kerusakan alam dimulai dari tangan manusia yang tidak menajaganya.

Dalam surat Al-A'raf ayat 65 memerintahkan manusia untuk memakmurkan, menjaga, dan mengolah bumi sesuai kebutuhan dengan meminimalisir dampak kerusakannya. Begitu juga dengan firman lain yang menyerukan kita agar senantiasa untuk menjaga gunung yang merupakan bagian dari alam. Seperti yang telah dilakukan oleh narasumber, bahwasanya mereka selalu menaati peraturan yang ditentukan oleh pengelola gunung. Selain itu, kebersihan juga selalu diperhatikan oleh mereka, sehingga secara tidak langsung mereka telah memberikan upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah lewat menjaga kelestarian gunung yang merupakan ciptaan-Nya.

Penutup

Mendaki gunung tidak hanya sekadar aktivitas fisik, tetapi juga dapat menjadi sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Melalui pendakian, seseorang dapat menghayati keindahan alam yang diciptakan oleh Allah SWT dan mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan. Pengalaman spiritual yang didapatkan saat mendaki gunung, seperti perasaan tenang dan kekaguman terhadap ciptaan Tuhan, dapat meningkatkan rasa syukur dan kesadaran akan kebesaran-Nya. Oleh karena itu, mendaki gunung bisa menjadi cara yang efektif untuk memperdalam hubungan spiritual kita dengan Allah SWT.

Selain itu, menjaga kewajiban ibadah selama pendakian merupakan hal yang penting. Dengan menjalankan sholat dan menjaga etika terhadap lingkungan sekitar, pendaki menunjukkan rasa tanggung jawab mereka sebagai umat beriman yang menghormati ciptaan Allah. Memahami aturan dan syarat ibadah seperti tayamum dan jamak dalam situasi tertentu dapat membantu pendaki tetap taat dalam beribadah meski dalam kondisi alam yang menantang. Dengan demikian, mendaki gunung tidak hanya memberikan manfaat fisik dan mental, tetapi juga menjadi sarana untuk menjalankan perintah agama, menjaga alam, dan memperkuat keimanan kita kepada Allah SWT.

Daftar Pustaka

KH Ali Yafie. (2006). Merintis Fiqih Lingkungan Hidup. Jakarta.

Tugiyono, Setyawan. (2021). Keringanan Sholat Saat Mendaki Gunung.

Ferialdi, R. (2019). Mendekatkan, Pendekatkan Diri pada Sang Ilahi Robbi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun