Mohon tunggu...
Devina Kurnia
Devina Kurnia Mohon Tunggu... Guru - mahasiswi PBA UIN MALIKI

sukses adalah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Review Buku "Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam"

7 Maret 2020   22:39 Diperbarui: 7 Maret 2020   22:40 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Penerbit Bayumedia Publishing

Menurut Zubair, ada empat sumber pengetahuan yang berbeda  menurut tingkat dan kualitas kemampuannya: pengetahuan indrawi, pengetahuan naluri, pengetahuan rasio, pengetahuan intuitif, serta pengetahuan wahyu. Menurut Ibn Sina, pengetahuan mempunyai dua sumber, persepsi (induksi) dan deduksi disatu pihak dan emanasi atau iluminasi dipihak lain.

Dalam Islam lebih menekankan kepada aspek aksiologis dan ontologis. Untuk aksiologi, karena ilmu dan teknologi harus dibangun berdasarkan nilai atau moral yang solid, sehingga kehadiran teknologi tidak akan bersifat destruktif atau merusak umat manusia, namun sebaliknya yaitu mensejahterakan. 

Dan dari segi ontologi, karena ontologi merupakan lapangan penyelidikan yang paling kuno. Namun tidak benar apabila epistemologi dalam Islam tidak mendapat perhatian khusus, epistemologi dalam pemikiran Islam bersifay holistik dan eklektik (rasional, empiris, intuitif, dan berdasarkan wahyu).

Ilmu memiliki kedudukan yang tinggi dan merupakan dari agama itu sendiri dan memiliki beberapa fungsi: sebagai alat/sarana untuk memperoleh tujuan agama, yaitu memperoleh kebahagiaan dunia maupun akhirat, sebagai petunjuk ke arah yang benar, pembebas kebodohan, alat untuk mencapai kemuliaan, dan jalan untuk mendekatkan diri dan mengenal Tuhan, sebagai petunjuk bagi manusia untuk mengelola dan menguasai alam jagat raya ini. Setiap muslim wajib untuk mencari ilmu bahkan Rasulullah mengatakan bahwa mencari ilmu termasuk tingkat “fardhu ain”.

Ilmu yang benar dalam Islam dianggap sebagai petunjuk keimanan. Sebagaimana dalam konsep Islam, bahwa Iman adalah pengakuan dengan lisan dan praktik dalam bentuk amal shaleh (rukun-rukun). Orang yang berilmu dituntut untuk mengamlkan ilmunya, karena amal merupakan buah atau hasilnya.

Dalam Islam, ilmu memiliki empat karakteristik objektif, kerendahan hati, kemanfaatan, dan keajekan (terus menerus). Hubungan antara ilmu dan agama adalah hubungan simbiotik, karena agama menyeru kepada pencarian ilmu dan memberikan posisi mulia bagi para ilmuwan. Agama menjadi pembimbing bagi ilmu agar terarah dan terkendali langkahnya.

Sebagian besar sejarawan baik Timur dan Barat sepakat bahwa  umat Islam memiliki peran yang besar dalam memberikan kontribusinya terhadap dunia Barat/Eropa pada abad pertengahan baik dibidang sosial budaya maupun ilmu pengetahuan. Kebudayaan dan peradaban muslim masuk ke Eropa melalui dua cara yaitu studi orang Barat ke Andalusia dan kontak perdagangan serta penerjemahan. 

Alasan mengapa umat Islam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam zaman keemasan antara abad ke 8-12 M tak sulit untuk dilacak. Al-Qur’an dan hadits tak habisnya menyeru umat Islam untuk selalu meneliti, mengkaji, dan memelihara alam yang merupakan bagian tak terpisahkan dari manusia itu sendiri.  Jika orang Yunani adalah “bapak metode ilmiah”, maka orang Muslim adalah “bapak angkatnya”.

Namun pada saat ini, umat Islam mengalami kemunduran baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan hal ini disebabkan oleh dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. 

Faktor eksternal yaitu kekalahan umat Islam dalam perang Salib yang berkepanjangan, dan adanya serangan yang dasyat dari tentara Mongol dibawah komando Jengis Khan dan cucunya Hulagu Khan. Dan faktor internal yaitu semakin memudarnya tali persaudaraan umat dan munculnya fanatisme golongan.

Apabila umat Islam tidak ingin ketinggalan dengan dunia Barat, maka sudah saatnya untuk menghidupkan kembali (revitalisasi) warisan intelektual Islam yang terabaikan selama ini, dan jika perlu mendefinisikan kembali ilmu dengan tetap berdasar pada wahyu dan nilai-nilai Islam, serta tetap memelihara tradisi lama yang baik juga mengambil tradisi baru yang lebih baik. Reorientasi intelektual umat juga harus dimulai dengan pemahaman yang benar dan kritis atas epistemologinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun