Sebagian  besar anak dan remaja yang menjadi korban efek negatif media sosial,  bisa jadi anak yang memiliki kekosongan dalam hubungan emosional dengan  keluarga dan lingkungan pergaulan yang lebih luas. Sebagai pengganti,  mereka berusaha mendapatkan perhatian dari orang asing yang kebetulan  mereka temui di media sosial.Â
Banyak kali, kasus kekerasan yang berawal  dari media sosial dimulai dengan iming-iming berupa rayuan dan pujian,  perhatian yang berlimpah, maupun materi. Hal ini yang membuat anak  merasa cepat percaya dan mau menemui orang asing yang belum mereka  kenal, padahal bisa jadi orang asing yang menggunakan profil anonim  memang telah merencanakan kejahatan padanya.
Hal ini bisa  dicegah jika anak dekat dengan orang tua, memiliki hubungan pertemanan  yang baik, serta memiliki kegiatan menyenangkan yang bisa menyalurkan  energi dan menumbuhkan self esteem-nya. Dengan komunikasi yang  terjalin dengan orang tua, anak akan selalu bercerita dan curhat  dengan  sukarela apapun yang menjadi kegiatannya hari itu, termasuk  kegiatan di  media sosial. Orang tua yang berperan sebagai sahabat akan  lebih mudah  mengenalkan cara bermedia sosial dengan bijak dan memantau  jika terjadi  hal yang janggal pada anaknya. Hal yang sama juga berlaku  untuk guru,  tetangga, dan teman di sekolah.
Karena itu, selain  memberikan dasar pengetahuan yang cukup, berikan juga banyak pelukan  pada anak. Pelukan bisa menguatkan, pelukan bisa mendekatkan, pelukan  bisa menyembuhkan. Pelukan bisa mencegah banyak hal negatif yang  mungkin  sedang mengintai anak-anak kita.
Ada satu pepatah tentang pengasuhan anak yang saya yakini kebenarannya:  it takes a village to raise a child. Pada jaman milenial seperti saat ini, orang tua tak hanya memerlukan  kampung sebagaimana yang telah kita kenal sebelumnya, tapi juga kampung   di dunia maya dimana anak-anak akan menghabiskan sebagian waktunya. Satu individu yang peduli akan membentuk sekampung orang yang peduli bagaimana cara bermedia sosial dengan bijak.Â
Di kampung ini, setiap orang menahan diri untuk tidak menyebarluaskan  hoax, setiap  orang menyaring konten pornografi dan kekerasan yang tidak layak lihat,  setiap orang menjaga tangan agar tidak menuliskan kata-kata menghina  dan  mengejek, dan setiap orang peduli pada orang lain di sekitarnya.
Inilah  kampung maya ideal yang ramah anak sehingga anak bisa mulai  belajar  menggunakan media sosial dan menimba manfaatnya tanpa takut tercebur  kedalam sumur pengaruh negatif. Jika kita termasuk keluarga  yang peduli, mungkin sekali kepedulian kita akan ikut menyelamatkan  orang-orang di  sekitar kita. Yuk, mulai memanfaatkan media sosial  secara bijak demi  membangun ketahanan  untuk anak-anak kita, keluarga  kita, masyarakat  kita, dan pada akhirnya juga negara kita tercinta:  Republik Indonesia.
Sumber bacaan:Â
Perangi kejahatan seksual hingga tuntasÂ