Mohon tunggu...
Devi Meilana Trisnawati
Devi Meilana Trisnawati Mohon Tunggu... Pengajar - Seorang Ibu Rumah Tangga, Pengajar Paruh Waktu dan Blogger

Pengagum Berat Westlife. Menaruh cinta pada dunia Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Berutang dengan Elegan

13 Agustus 2020   14:38 Diperbarui: 13 Agustus 2020   15:08 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://insurancetrainer.wordpress.com

Tidak semua manusia dilahirkan dalam kondisi berkecukupan pada fitrahnya. Tidak selalu proses hidup manusia juga berada dalam posisi puncak bianglala yang berputar. Dan, terkadang manusia perlu berhadapan dengan tantangan terjal manakala tantangan tersebut telah diantisipasi tetapi tetap sulit untuk dihadapi. Itulah kehidupan, penuh lika-liku yang mau tidak mau kita harus bersua dengan utang.

Dalam berurusan dengan utang, manusia diibaratkan ingin berjumpa namun tak ingin bertatapan secara berlama-lama. Ingin mendapat pinjaman, tetapi sungkan untuk segera mengembalikan. Uang sudah digunakan, namun malas untuk menulasi kewajiban. Kembali diibaratkan, manis sudah diserap, sepah sudah tak ingin dilahap.

Saya sendiri juga pernah mempunyai pengalaman utang. Saya juga ingin berbagi kisah dalam berutang. Kisah tentang bagaimana saya berusaha keras untuk memiliki hubungan baik dengan utang dan dengan cara yang elegan. Tetapi, bagaimana bisa utang yang elegan?

Berutang Untuk Aset Produktif dan Aset Konsumtif

Memiliki aset produktif, salah satunya properti adalah impian manusia untuk dapat memiliki cadangan finansial di masa mendatang. Dengan tingginya harga aset properti, tentu tidak mudah bagi seseorang untuk dapat memiliki dalam sekejap, alias beli tunai. Maka, membeli aset properti secara utang atau kredit dapat disetujui sebagai tindakan positif finansial.

Selain aset properti, pembelian “aset” konsumtif pun juga dapat dilakukan dengan kredit. Aset konsumsi tersebut berupa barang yang memiliki nilai guna jangka panjang seperti TV, mesin cuci hingga mebel. Meskipun barang tersebut konsumtif, tetapi memiliki nilai fungsi yang tinggi dan masa pemakaian yang panjang (lebih dari 5 tahun), jadi menyerupai aset layak. Konsultan finansial, Prita Ghozie dalam Prita Ghozie's Diary pun mengamini ini sebagai utang yang sehat. Maka, Untuk pembelian aset yang fungsional dan masa yang lama itulah, kualitas harus diperhatikan meski harga lebih tinggi. Dan, sistem kredit aset pun menjadi pilihan.

Sumber: https://blog.e-mas.com
Sumber: https://blog.e-mas.com

Berutang Untuk Usaha

Bila memang sudah ada niat lurus untuk memulai usaha, terlebih pada masa pandemi yang memaksa sebagian orang untuk banting setir setelah menelan pil pahit PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), berutang adalah langkah awal yang hampir sebagian besar dilakukan oleh calon wirausahawan. Utang tersebut untuk digunakan sebagai modal usaha yang meliputi bahan baku, peralatan hingga kebutuhan promosi awal.

Saya juga tengah menjalankan bisnis kecil-kecilan disela-sela kesibukan sebagai pengajar freelance, dan saya pun turut melakukan langkah berutang untuk usaha. Dengan mengambil langkah tersebut, maka konsekuensi kita adalah pantang menyerah dalam menjalankan bisnis yang kita yakini, agar utang yang menjerat segera tak lagi merengkuh erat.  

Sumber: https://businessfirstfamily.com
Sumber: https://businessfirstfamily.com

Berutang Melalui Lembaga Resmi

Menghindari memutus tali persaudaraan baik dalam lingkup keluarga, pertemanan, rekan kerja hingga tetangga adalah dengan sebisa mungkin menghindari membangun tembok utang. 

Bila memang ingin menghindari bunga utang, berutang dengan kerabat adalah satu-satunya pilihan. Tetapi, konsekuensi dan risiko dibalik itu semua mengintai dan berdampak pada hubungan silaturahmi hingga malu yang dapat diturunkan kepada anak cucu.

Apabila kita telah mengukur kapabilitas diri dengan menyelaraskan ucapan dan tindakan dengan benar, berutang dengan kerabat tentu tidak menjadi masalah. Selain tanpa bunga, keuntungan kita adalah mendapat citra sebagai orang yang amanah, konsukuen dan bertanggung jawab. Namun bila tidak?

Maka, berutanglah dengan lembaga resmi selaku penyalur kredit seperti Bank, Koperasi, hingga lembaga pembiayaan lainnya, tergantung kenyamanan. Selain kita berurusan dengan pihak yang benar tanpa menggangu hubungan kekerabatan, sanksi berupa bunga dan ancaman penarikan aset pribadi apabila tidak melunasi kewajiban menjadi motivasi tersendiri agar kita dapat berutang dengan cara elegan.

Sebenarnya, berutang dengan lembaga resmi ada untungnya lho. Sebagai contoh, saya mempunyai kartu kredit dari sebuah bank. Apabila saya konsisten mempertahankan kolektibilitas kredit (status kemampuan bayar) saya pada rasio 1, maka bank dapat menaikkan batas limit pinjaman saya. 

Berarti, bank mempercayai saya sebagai nasabah yang dapat mengembalikan pinjaman yang mereka berikan. Pada masa yang akan datang, keuntungan tersebut dapat saya manfaatkan apabila benar-benar dalam keadaan insidentil tentu dengan penggunaan secara bijak.  

Sumber: https://www.moneycrashers.com
Sumber: https://www.moneycrashers.com

Berutang dengan Penuh Rasa Tanggung Jawab dan Disiplin

Dari ketiga poin diatas, poin terakhir inilah yang melengkapi sekaligus menyempurnakan cara berutang yang elegan. Rasa tanggung jawab dan disiplin adalah karakter yang dapat dijadikan modal seseorang untuk dapat mengajukan pinjaman. Kedua karakter tersebut menjembatani kita untuk dapat bersua dengan utang, sekaligus dengan cara elegan.

Tanggung jawab adalah karakter yang tertanam pada diri sendiri untuk mau melakukan tindakan baru sebagai dampak dari tindakan sebelumnya yang ia timbulkan sendiri. Sedangkan disiplin adalah perasaan untuk selalu taat pada nilai yang iya yakini. Kombinasi dari keduanya dalam berhadapan dengan utang adalah menyelesaikan sesuai nominal yang timbul sekaligus lunasi tepat pada waktunya.

Sumber: https://www.moneycrashers.com
Sumber: https://www.moneycrashers.com

Salam hangat, sekedar berbagi.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun