Ranting itu tak lagi sama
Seolah kering tak bersandar pada dahan yang telah patah
Memupuk kehancuran akan harapan yang telah tiada
Dikala asah tak berempati pada ruas yang salah
Begitupun hatinya yang hancur tanpa daya
Memendam derita yang dibayangi oleh amarah
Tarikan nafasnya seolah sesak membelenggu
Bergemuruh kepada hati yang dilanda kehancuran
Ruangnya bahkan tak mengetuk seperti dulu
Seperti kehilangan arah dan terombang-ambing oleh goresan
Kepingan-kepingan luka mulai menghitam bagai kelabu
Tanpa sadar dirinya meminta kepada hati dengan penuh keraguan
Duhai hati yang telah patah bagai ranting tanpa dedaunan
Berbisiklah dirimu kepada semesta yang mengagumi
Teriakanlah luka yang dirinya berikan tanpa kasihan
Curahkanlah betapa dalamnya luka yang engkau ratapi disetiap pagi
Fikirkanlah bagaimana sakit-sakit itu tak terabaikan
Lalu percayalah jika esok berlalu semua hilang dengan sendiri
Jangan risau terhadap takdir
Sebab ia akan menunjukkan jalan kemana dirimu melangkah
Besarkanlah sabarmu meski anganmu telah hancur
Kumpulkan lagi reruntuhan hati yang pernah rapuh
Bayangkan semua hal indah dengan tetap berdiri tegar
Karena disanalah Tuhan selalu menunjukkan jalan yang benar
Gorontalo, 12 Mei 2022
"Devi Meicylia"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H