Bulan Desember. Its movie time, yeaayyyy. Penghujung tahun memang selalu dipenuhi dengan film-film yang menarik. Dan sebagai penggemar film berkualitas, saya tidak mau ketinggalan euforia ini. Akhir tahun adalah momen yang pas untuk melakukan film dengan genre apapun. Hal ini dikarenakan masa liburan sekolah sekaligus menyambut natal bagi umat yang merayakan. Oleh karena itu para produser film berlomba-lomba untuk memberikan sajian terbaik karya mereka.
Penonton disuguhi berbagai pilihan judul film untuk dinikmati baik sendiri maupun bersama keluarga. Dan ini berlaku di seluruh dunia. Kali ini saya hanya akan memfokuskan diri kepada industri film Indonesia. Seperti yang kita ketahui, layar sinema kini sudah mulai dipenuhi oleh film-film berkualitas dan mulai meninggalkan genre film horror tidak bermutu, yang bahkan bisa dinilai kualitasnya dari judul film. Raksasa pembuat film Indonesia mulai menyadari bahwa kini masyarakat mulai pandai untuk menilai dan tidak hanya menurut ketika dicekoki oleh film tidak bermutu. Munculnya nama nama baru di dunia penyutradaraan Indonesia juga semakin memperkaya khasanah perfilman kita.
Diawali dengan era film religi, dilanjutkan dengan era film comedy ala ala jebolan stand up comedy hingga kini mulai beranjak ke film action yang berkualitas. Pasca film the raid satu dan dua yang mendunia, mulai bermunculan film action yang berkualitas lainnya.
Salah satunya adalah film The professional. Kita tidak akan mendapati thrillernya di sebarkan di televisi. Saya pun menemukannya secara tidak sengaja. Awalnya saya memang tertarik untuk menonton film ini tapi lebih tertarik untuk menonton film Hangoutnya karya Raditya Dika. Namun dikarenakan pemutaran film perdana, dan bioskop yang saya kunjungi dipenuhi fans alay raditya dika maka tiket film hangout sold out.
Tidak mau pulang dengan hampa, saya memutuskan untuk menonton film ini dengan setengah hati. Namun ketika film sudah mulai berjalan, kesan saya cuma satu. FILM INI AWESOME!!! KEREN BANGET!!! KEREN PARAH
***
Adalah abi (Fachry Albar) yang dikhianati rekan kerjanya Reza (Arifin Putra) dan Nicole (Imelda Therrine). Mereka bertiga mendirikan perusahaan bernama TRIMITRA yang bergerak di bidang modal investasi. Ketika perusahaan berkembang pesat, Reza memfitnah Abi dengan tuduhan melakukan penggelapan uang perusahaan. Abi sukses di penjara karena tuduhan ini.
Selama Abi dipenjara, perusahaan yang kini digawangi oleh Reza dan Nicole semakin besar dengan cara yang ganjil. Mereka banyak menipu perusahaan kecil dan ketika perusahaan hampir kolaps, mereka mengakuisisi perusahaan-perusahaan itu.
Sekeluarnya Abi di penjara, dia berniat untuk menuntut balas. Dikumpulkannya para korban kejahatan Reza seperti Pak Cokro (Lukman Sardi) yang ahli dalam membuka brankas, Ferry (Cornelio Sunny) yang ahli meretas data komputer dan Joe (Richard Kyle) yang ahli beladiri. Mereka digabungkan dengan Sophie (Melayu Nicole) yang ahli berkendara.
Berlima mereka membuat rencana untuk menghancurkan Reza. Tapi itu bukan perkara mudah. Reza dikenal sebagai orang yang teliti, dan perfeksionis. Dia menyimpan semua data kejahatannya di sebuah sistem komputer yang dilindungi dengan dongle (baca:donggel). Dongle ini disimpan disebuah lokasi yang tersembunyi tanpa diketahui siapapun.
Berbagai upaya dilakukan agar mereka bisa menemukan dongle itu. Disimpan di manakah dongle itu? dan apakah mereka berhasil menemukan dongle itu, sekaligus menghancurkan reza? Saya sangat menyarankan anda sekalian untuk menonton sendiri film itu agar bisa merasakan euforianya.
***
Film ini disutradarai oleh Affandi Abdul Rachman. Nama yang, sejujurnya saya tidak pernah dengar. Belum sefamiliar seperti nama Hanung Bramantyo dan Rizal Mantovani. Menurut catatan wikipedia, Ia merupakan lulusan Columbia College of Hollywood, Los Angeles, California dalam bidang penyutradaraan dan sinematografi. Ia mengawali karier dengan mengikuti pelatihan selama 8 minggu di film bootcamp, di New York Film Academy, Universal Studios pada September 2002. Disini dirinya menghasilkan film pendek yang berjudul Paranoid.
Affandi Abdul Rachman lulus dari Columbia College of Hollywood pada tahun 2006 dan mendapatkan gelar Magna Cum Laude. Dirinya membuat film berjudul Phoenix untuk tugas terakhirnya sebagai mahasiswa, lewat film ini dirinya mendapatkan penghargaan sebagai The Most Professional Set.
Film layar lebar Indonesia pertamanya berjudul Pencarian Terakhir pada tahun 2008. Selain itu, dia juga menyutradarai film Heart-Break.com dan Aku atau Dia. Filmografinya sebagai berikut,
1. Pencarian Terakhir - 2008, Vandea Production. Sutradara dan Cerita
2. Heart-Break.com - 2009, One Star Production. Producer, Sutradara, Cerita dan Skenario
3. Aku atau Dia - 2010, One Star Production. Producer, Sutradara, Cerita dan skenario
4. The Perfect House - 2011, VL Production Sutradara, Cerita dan Co-Writer
5. Negeri 5 Menara - 2012, Million Pictures dan KG production. Sutradara
6. Di Balik 98 - 2015, MNC Pictures. Producer
Kenapa saya repot-repot mengulas profilnya? karena sesungguhnya saya takjub. Sebagai orang yang baru saya dengar kiprahnya dalam pembuatan filmnya, karyanya kali ini sangat apik.
Saya tidak menampik adanya unsur-unsur adaptasi dari film luar untuk type sejenis film ini, namun dia berhasil menjaga orisinalitas ke-Indonesiaannya. Artinya, meski ada beberapa adegan yang juga saya temui di adegan film hollywood, tapi dia berhasil meramunya sehingga tidak terkesan plagiat.
Pemilihan pemerannya juga saya acungi jempol. Pas sekali. Dia bisa memilih tokoh Nicole yang judes, angkuh sekaligus pintar diperankan oleh Imelda Therrine. Imelda berhasil merepresentasikan tokoh itu dengan pas. Tidak lebih dan tidak kurang. Awalnya saya agak keberatan akan tokoh Reza yang diperankan oleh Arifin Ilham. Secara Arifin Ilham adalah tokoh favorite saya yang (menurut saya) tidak pantas untuk memerankan tokoh antagonis. Saya juga awalnya keberatan kenapa Fachry Albar yang memerankan tokoh Abi yang membalas dendam kepada kawan lamanya.
Sosok yang ingin membalas dendam harusnya sosok yang memiliki karakter yang kuat dengan garis rahang di muka yang kokoh. Bukan seperti Facry Albar yang cenderung melankolis. Ternyata saya keliru. Para pemain itu memang dipilih secara cermat. Abi adalah sosok yang memang melankolis karena penekanan karakternya adalah terletak di otaknya. Pemikirannya. Dan Reza adalah tokoh Antagonis yang manis, karakter yang akan membuat siapapun terbuai meski dibelakang sifat yang ditampilkan, dia adalah seorang penipu ulung.
Tak kalah menarik adalah karakter Pak Cokro (Lukman Sardi). Terlepas dari segala gosip tentang hidupnya, lukman sardi tetaplah lukman sardi. Dia tokoh watak bahkan mendapat julukan benang merah perfilman Indonesia karena kiprahnya dari dulu hingga sekarang. Dia juga tidak gengsi dengan menjadi pemeran pembantu dan bukan peran utama. Ia mampu membawakan tokoh cokro sang ahli membuka brankas dengan baik.
Yang menarik perhatian lain adalah cornelio sunny. Pernah Bermain di film alif, lam mim, (menurut saya) tidak begitu bagus. Namun anehnya dia berperan dengan apik sekali di film ini sebagai tokoh yang ahli dalam meretas komputer.
Alur cerita yang disajikan juga runut dan tidak meninggalkan pertanyaan.Tidak ada lubang di dalamnya, justru kejutan-kejutan kecil sekaligus pacuan adrenaline. Pengambilan gambar juga apik mesti tidak se WOW cerita dan karakternya. Adegan berpacu di jalanan juga lumayan, digarap dengan serius.
Overall, saya memberi nilai 9 untuk film ini karena memberikan kesan yang mendalam bagi saya selepas menontonnya. Penasaran? just watch (gak di endores ;p)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H