Mohon tunggu...
Vika Chorianti
Vika Chorianti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pecinta buku, musik dan movie

Wedding Organizer yang sangat mencintai dunia tulis menulis dan membaca buku ;)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

PK (PeeKay) Komedi Satir Para Pencari Tuhan ala India - Sebuah Resensi Film

25 April 2015   13:33 Diperbarui: 4 April 2017   16:19 9085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu bukti tumpang tindihnya agama dan kepercayaan di negara itu, hal itu tampak dari adegan Jaggu (yang beragama Hindu) yang ingin menikah dengan Sarfaraz (seorang Muslim) di Gereja. Dan meskipun setting adegan itu di Belgia, menurut saya tetap hal itu menjadi sebuah keanehan. Mungkin kita bisa berkata bahwa penikahan itu adalah salah satu bentuk pemberontakan yang ingin dilakukan Jaggu terhadap orang tuanya sehingga dia tidak terlalu mementingkan persoalan agama dengan dia akan menikah dimana, yang penting menikah.

Tapi bagaimana dengan Sarfaraz. Apa yang dia pikirkan ketika kekasihnya mengajak menikah di gereja. Jika di Belgia tidak ada kuil, paling tidak saya yakin di Belgia ada masjid. Mengapa mereka tidak menikah di masjid saja? Mengapa dia justru menyetujui rencana Jaggu untuk menikah di Gereja? saya memandangnya dari segi pemahaman agama sang pembuat film. Bagaimana ia dengan mudah mencampur-adukkan agama dalam adegan filmnya?

Tak heran, salah satu konflik yang paling banyak terjadi adalah soal agama. Bahkan dalam salah satu dialognya, bos Jaggu berkata bahwa " Sejak itu aku putuskan, jika aku ingin hidup di negeri ini, maka jangan main2dengan agama. Itu saja". Kalimat itu tentu saja merupakan representasi dari keadaan India yang sesungguhnya tentang bagaimana persoalan agama seringkali menjadi alasan untuk bertikai. Saya yakin anda semua telah mengetahui bagaimana konflik antara Hindu dan Muslim ada dan berakar dari dulu hingga sekarang. Banyak film India yang juga mengangkat tema tentang perseteruan Hindu dan Muslim seperti dalam film Slumdog Millionaire.

Dalam film ini sangat jelas digambarkan mengenai kritikan keras terhadap agama dan kepercayaan melalui pertanyaan2lugu ala anak2berusia belum akil balik. Alih2menggunakan anak kecil untuk bertanya, sang sutradara justru lebih suka menggunakan alien dewasa yang menanyakan itu kepada manusia. Pertanyaan super sensitif yang apabila tidak diramu sedemikian rupa oleh sang sutradara, maka saya yakin film ini tidak akan dinobatkan menjadi film India paling sukses sepanjang masa, dengan peringkat ke-66 tertinggi dalam film terlaris tahun 2014 di seluruh dunia. Bahkan banyak situs perdagangan internasional dan India telah melaporkan bahwa PK adalah film India pertama yang mendapatkan US $ 100 juta (Rs 630 crore) di seluruh dunia.

Disitulah saya merasakan kehebatan kolaborasi antara penulis, pemain, sutradara dan produsernya. Jika tidak ada kerjasama yang sangat ciamik, sulit film dengan tema seperti itu bisa berhasil dirampungkan. Kehebatan penulisnya, saya rasa terletak pada kepandaiannya mengolah kata sehingga tidak masuk kedalam justifikasi salah satu agama. Penulisnya benar2menempatkan diri sebagai sosok yang sangat netral dan berada di tengah.

Berbagai macam ritual agama dan kepercayaan yang ditampilkan, digambarkan secara proporsional. Tidak ada salah satu agama yang mendapatkan porsi lebih. Pun demikian, semua mendapatkan porsi pertanyaan yang sama dari PeeKay. Bahkan ketika semua perdebatan tentang agama itu mengerucut pada agama Hindu dan Islam seperti yang paling banyak terjadi, Sang Penulis juga tidak menjustifikasi bahwa yang benar adalah agama Hindu dan yang salah adalah agama Islam maupun sebaliknya.

Kenetralan itu juga tampak dengan dimasukkannya adegan pengeboman yang dilakukan oleh beberapa orang penganut Islam radikal seperti yang selalu mereka (para penganut Islam Radikal) lakukan. Sang Penulis tidak menutup mata bahwa ada orang2yang meyakini agamanya hingga melakukan hal yang cela tersebut. Namun bukan berarti hal itu lantas membuat agama Islam menjadi salah dan agama Hindu menjadi benar.

Kehebatan sang sutradara terletak pada pengambilan gambar dengan angle2yang menarik dan mampu merangkum ratusan adegan sensitif menjadi sesuatu yang layak tonton. Tidak luput juga kehebatan Aamir Khan dalam mendalami salah satu sosok alien yang konsisten melakukan tindakan lucu dan lugu tanpa tertawa. Yang utama tentu saja sang produser. Saya yakin dia menggelontorkan dana yang tidak sedikit demi sebuah idealisme dengan tantangan bahwa film itu akan dilarang edar. Itu artinya dia siap menanggung kerugian total yang sangat besar jika film itu tidak boleh ditayangkan.

Pesan akhir yang diberikan kepada penonton mengenai persoalan agama itu adalah, sang pembuat film melalui representasi sosok PeeKay menyampaikan bahwa, Tuhan itu ada 2. Yang satu Pencipta Alam Semesta, Dia yang memiliki sifat Ke-Esa-an, yang tidak perlu dilindungi dan cukup diyakini oleh siapa saja yang ingin meyakini. Yang lainnya adalah Tuhan ciptaan manusia. Dia yang butuh disanjung, dilindungi oleh pengikutnya dan butuh untuk disebarkan.

Saya katakan tolong jangan diterima mentah2ucapan itu tanpa ditelaah. Karena jika kita menelan mentah2apa yang disampaikan diatas, maka kita akan segera menghujat dan melakukan serangkaian upaya agar film itu tidak ditonton lainnya karena menyebarkan paham sesat.

Karena jika kita bisa mencerna dengan baik, maka kita akan tahu bahwa sesungguhnya pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film ini adalah bahwa, seringkali kita terjebak kepada taqlid buta atau pemahaman yang keliru terhadap agama yang kita yakini. Lebih parahnya lagi, sering tanpa kita sadari kita telah melakukan kodifikasi agama atau perdagangan dengan mengatas-namakan agama. Sebuah tindakan yang bahkan tidak dianjurkan oleh Tuhan manapun di dunia ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun