Mohon tunggu...
Vika Chorianti
Vika Chorianti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pecinta buku, musik dan movie

Wedding Organizer yang sangat mencintai dunia tulis menulis dan membaca buku ;)

Selanjutnya

Tutup

Money

A story about Hello Kitty Wedding

25 Desember 2014   07:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:29 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tadaaaaa, saya mau bercerita lagi. Tentang kesan saya mengikuti pameran di Tunjungan Plaza kemarin. Benernya pengen cerita sejak lama, cuma karena urusan membereskan ini itu dan resah karena si kecil sakit, jadi masih belum bisa menuliskan ceritanya. Sekarang karena waktunya sudah agak senggang, baru mulai bisa menulis lagi. Kan ada yang bilang kalau menulis itu memang seperti memasak, suasana hati harus dalam keadaan baik2saja, karena kalo suasana hati sedang galau, bisa2masakan menjadi ga karu2an.

Anyway, mari kita tinggalkan soal masak memasak karena saya sebenarnya juga tidak bisa memasak ;p. Saya mau cerita apa tadi? oh ya tentang Hello Kitty Wedding. Seperti yang telah saya ceritakan sebelumnya, bisa mengikuti acara pameran ini bagi saya adalah suatu mukjizat.

Kenapa? karena saya sama sekali tidak pernah membayangkan akan bisa menjadi salah satu peserta dalam pameran wedding yang diadakan sejak dulu bahkan saat saya baru lulus SMA di tahun 2000 dan bekerja di salah satu toko musik terkemuka pada masa itu. Keikutsertaan kami begitu mendadak. Dan saya yakin jika tanpa campur tangan Tuhan, semua tidak bisa terjadi.

Kurang dari 2 hari pelaksanaan pameran, saya baru mendapatkan kontak event organizernya (EO) yaitu AP3 (Asosiasi Pengusaha Penyelenggara Pernikahan). Dengan waktu yang mepet dan proses bargaining harga yang singkat tidak lantas menjadikan semuanya mudah.

Salah satu keuntungannya memang, contoh produk saya di pameran wedding sebelumnya di ITC bisa saya gunakan lagi di pameran wedding TP (sebutan untuk tunjungan plaza). Lokasinya yang relatif dekat dengan tempat produksi membuat saya berpikir bahwa segalanya akan baik2saja.

Namun saya keliru. Karena Tuhan memang memberikan kemudahan di satu sisi namun juga menguji kesabaran di sisi yang lain. Kesulitan pertama adalah menemukan lokasi tempat loading barang. Pada masa lalu saya memang pernah beberapa kali mengikuti pameran wedding di Royal sehingga saya bisa mengetahui dengan pasti dimana lokasi loading barang, dimana mobil barang harus berhenti, dimana jalan yang dimasuki untuk menaruh property dll.

Pameran sebelumnya di ITC juga terletak di basement sehingga memudahkan untuk memasukkan barang. Tapi lokasi pameran di TP ini letaknya begitu istimewa karena berada di convention hall TP 3 lantai 6. Lantai yang paling atas sendiri. Setelah melalui serangkaian telepon kepada panitia dan hampir tersesat, kami akhirnya menemukan lokasi pintu masuk loading barang.

Selesai? belum. Saat itu sore hari. Saya mendapat infomasi bahwa loading barang bisa dimulai semenjak pagi, tidak harus menunggu tutup toko seperti mall2 lainnya karena lokasinya yang terpisah dengan pusat perbelanjaan yang berada dari lantai 1 hingga lantai 5. Pada saat saya sampai disana, saya terperangah. Ruangan itu begitu besarnya dan banyak yang lalu lalang hilir mudik, bukan membawa barang dagangan yang akan didisplay, namun membawa property dekor.

Saya, yang pada saat pameran di ITC menggunakan property seadanya dan hiasan ala kadarnya menjadi merasa malu, bingung dan linglung. Saya lupa kalau pameran yang saya ikuti ini levelnya lebih tinggi dibandingkan dengan ITC. Jika di ITC pesertanya kurang dari 10 vendor, maka di TP ini tercatat hampir 100 vendor turut serta dalam pameran tersebut.

Vendor2yang ikut juga sudah memiliki nama besar dan pengalaman barangkali dalam mengikuti pameran2yang serupa sebelumnya, sehingga mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan. Sebagai seorang pemula, mengetahui kondisi properti saya yang sangat minimalis, saya memutuskan untuk menggunakan dekor pula meski sederhana.

Saya hubungi rekanan saya yang memiliki dekor pengantin. Niat hati ingin meminjam / menyewa pregola (gerbang masuk pada acara resepsi pengantin yang terbuat dari kayu) saja. Saya berpikir saya akan memaksimalkan pregola tersebut sebagai hiasan yang minimalis. Asal kelihatan pantas saja. Rekanan saya menyanggupi akan menghias jam 7 malam.

Saya tenang. Pulanglah saya dengan rekan kerja saya. Saat malam menjelang, saat saya menghubungi rekanan dekor saya, kenyataan berkata lain. Pregolanya ada namun tukang untuk memasangnya tidak ada. Tidak putus asa, saya mencari di dekat rumah saya griya rias dan dekor. Hingga malam menjelang, dan jam mulai menunjukkan angka 9, saya tak kunjung menemukan pregola.

Padahal besok pameran sudah dimulai. Dan saya bahkan belum menghias stand saya sama sekali dan hanya menaruh produk yang akan saya jual di tengah2stand. Separuh putus asa, saya mendatangi rumah rekan kerja saya. Seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya, pameran ini adalah hasil usaha patungan antara saya dan teman saya. Kami berusaha bahu membahu untuk menyelesaikan persoalan yang kami hadapi malam itu.

Tak kurang akal, menggunakan peribahasa tidak ada akar, rotan pun jadi, saya berpikiran tidak ada pregola, sketsel pun jadi. Buat yang belum tahu, Sketsel adalah pembatas ruangan yang biasanya terbuat dari rotan atau kayu. Bentuknya persegi panjang yang berlekuk antara tiga atau empat. Dari jam 9 malam hingga jam 11 malam, kami, sekali lagi berkeliling surabaya untuk mencari sketsel. Tentu saja pencarian itu bukan semakin mudah namun semakin sulit saja karena jam2itu adalah jam2orang beristirahat.

Dengan pasrah kami kembali ke lokasi loading barang. Vendor yang menghias semakin banyak. Bahkan stand saya dikelilingi oleh dekor2yang tinggi2. Stand saya terjepit di tengah2. Dengan bersedih hati kami menata ala kadarnya. Saat pulang, jarum jam sudah menunjukkan pergantian hari. Tengah malam.

Keesokan pagi, saya merasa, bahwa saya tidak boleh menyerah. Saya hubungi semua kontak bbm saya dan meminta informasi apakah ada sketsel yang bisa dipinjam atau disewa. Ada 3 orang yang memberikan respon positif dengan mengatakan memilikinya. Lokasinya yang satu di Sedati, Sidoarjo; satunya di Menganti dan lainnya di Driyorejo, Gresik.

Sumpah rasanya pengen nangis aja. Dengan lokasi yang sangat jauh, menurut saya itu bukan jalan keluar namun masalah baru, karena tidak ada waktu dan kendaraan untuk mengambil dan mengembalikan sketsel tersebut. Saya berdoa semoga diberi kemudahan dan kelancaran serta jalan keluar dari masalah yang saya hadapi. Tak lama berselang ada sebuah informasi masuk. Thanks to Alfia Mamane Dillah yang dengan bantuan salesnya memberitahukan bahwa ada yang menjual sketsel di daerah ngagel depan bilka (toko yang menjual alat tulis dan alat kantor yang lumayan terkenal di Surabaya).

Dan meski saya ragu akan keberadaan tukang penjual sketsel, saya meneguhkan hati untuk berangkat. Sepanjang perjalanan saya berdoa semoga (sekali lagi) diberi kemudahan dan kelancaran untuk menemukan penjual yang dimaksud. Dan Tuhan menjawab doa saya. Tanpa bersusah payah saya menemukan penjual sketsel dari rotan.

Dengan harga yang membuat saya takjub (karena lebih rendah dari ekspektasi harga yang ada di pikiran saya), berdua dengan penjual, saya menuju lokasi pameran. Saat itu sudah jam 9 pagi dan tak kurang 1 jam kemudian mall akan buka. Bayangan saya adalah, saat mall buka jam 10.00 pagi secara otomatis seluruh persiapan pameran harus sudah selesai karena convention hallnya akan segera didatangi oleh pengunjung.

Berbekal pemikiran itu akhirnya, dengan mengakal disana dan disini, saya mulai menghias stand saya yang pada akhirnya berhasil membuat terlihat agak sedikit lebih layak. Not bad sebagai pemula, menurut saya. Saat jam sudah menunjukkan jam 10.00 dan rekan saya datang, saya pamit pulang untuk mandi dan ganti baju.

Ternyata lagi2saya keliru. Hari pertama saya lalui dengan kondisi yang sepi pengunjung. Itu tidak hanya berlaku untuk stand saya saja, namun juga stand2lainnya. Bahkan banyak stand yang baru buka pada jam 12.00 keatas. Dari sana saya mulai belajar dengan berkunjung ke stand2tetangga yang ada beberapa yang telah saya kenal sebelumnya seperti BLESS; Griya Rias, BieHin Tailor, dan Benn Bagoes ; Griya Rias dan Dekor serta Griya Ias; Rias dan WO. Tak sengaja saya juga bertemu teman saya semasa SMA Sinta Diyan Cahyani, yang kini menjadi salah satu pimpinan di Wong Hang Distinguished Tailor.

Mereka banyak memberikan tips n trik yang sangat berguna bagi kami. Seperti datang diatas jam 12.00 saja karena rata2pengunjung baru ada pada jam2itu. Atau pameran ini jangan transaksi oriented tapi prospec customer oriented. Artinya bisa jadi transaksi di pameran cuma sedikit, namun dengan bantuan buku tamu diharapkan bisa memprospek customer di luar pameran dll.

Oleh karena itu, saat hari pertama saya belum menulis nota, saya masih tenang2saja. Saat hari ke2, stand saya dikunjungi teman saya Sinta. Dia awalnya hanya berniat mampir karena tujuannya ke toilet. Iseng saya menawarkan mahar scrapbook yang memang tidak hanya bisa digunakan untuk mahar namun bisa juga digunakan sebagai pajangan dirumah. Saya merayunya agar membuatkan ketiga buah hatinya scrapbook. And it works. Terima kasih yang sangat mendalam saya sampaikan kepadanya dari lubuk hati yang paling dalam karena telah bersedia menjadi customer saya yang pertama. Tidak tanggung2, sinta langsung memesan 3 scrap untuk semua putra/putrinya.

Pameran Wedding ini dimulai pada hari Rabu hingga hari Minggu. Lima hari. Pasca pemesanan yang dilakukan sinta, hingga keesokan harinya, belum ada transaksi yang mampu mendongkrak penjualan. Hari Jumat berlalu dengan adem ayem saja dan saya mulai was2.

Hari Sabtu, secara iseng saya menghubungi guru saya tercinta, Pak Fay. Saya mengabarkan bahwa saya mengikuti pameran wedding dan menyampaikan bahwa saya akan sangat senang sekali seandainya beliau mau datang menengok saya. Sekali lagi saya hanya iseng. Tidak terlalu berharap. Namun 1 jam kemudian, saya mendapat sms bahwa beliau bahkan telah sampai di depan lokasi pameran. Tidak terkira betapa senangnya hati saya. Beliau datang ditemani dengan istrinya.

Kembali secara sambil lalu saya menawarkan kepada beliau jika berkenan memesan produk mahar saya. Saya menawari produk yang sama seperti yang dipesan sinta. Kali ini bukan untuk anaknya, namun untuk cucunya. Maklum kakek bercucu 2 ini dikenal sangat menyayangi generasi ketiganya, seperti para kakek dan nenek pada umumnya. Dan kembali rasa terima kasih yang terdalam saya sampaikan kepada bapak Fauzi yang berkenan memesan produk scrap saya.

Dan mungkin karena doa yang saya pinta kepada beliau untuk dipanjatkan guna kelancaran rezeki saya selama pameran, hari sabtu itu ada beberapa transaksi yang berhasil saya dealkan. Pada hari itu saya juga banyak dikunjungi oleh keluarga saya sebagai bentuk support mereka terhadap apa yang saya kerjakan. Tercatat bapak, ibu, adik saya yang besar Vily Damayanti dan suaminya Rogo Suwasono yang membawa serta si kecil pula. Sedangkan adik saya yang kecil Silvy Yuniarti, sebelumnya telah ikut membantu jaga pameran selama 1 hari pada hari pertama pameran.

Berhenti sampai disitu? Tidak. Saya juga dikunjungi sahabat2terbaik saya. Ada mba Titin Agustine, yang datang bahkan dengan memberikan hadiah kepada saya. Iya hadiah. Diberinya saya sebuah cardigan hasil buatan tangannya sendiri sebagai bentuk apresiasinya terhadap apa yang saya kerjakan selama ini. Saya memang baru membukanya pada saat saya dirumah, dan saya lantas terharu. Bagaimana tidak, saya yakin, baju itu dibuat dengan cinta kasih pada setiap jahitan benang yang terjalin di dalamnya. Dan bahkan saya tidak bisa membalas dengan apa2. Saya hanya mendoakannya semoga Allah mengabulkan jiwa yang baik dan mulia itu.

Pemberian hadiah itu bukan kali pertama dilakukan oleh mba agustin, karena pada pameran sebelumnya, beliau memberikan siomay dan minuman yang menyegarkan. Dan meski kami tidak sempat mengobrol banyak, namun saya sungguh2sangat menghargai apa yang beliau lakukan kepada saya.

Sahabat saya satu lagi, dari jaman SMA, Yuana, juga memberikan sesuatu dengan judul oleh2. Dia memang baru datang dari jakarta untuk tugas pekerjaannya. Tidak tanggung2, dia memberiku jilbab dalam jumlah yang tidak sedikit. Sebelumnya juga dia datang untuk memberikan pandangannya tentang dekorasi stand saya. Dia memang sangat jeli untuk menilai sesuatu dan menjadikan sesuatu hal yang biasa menjadi luar biasa.

Untuk kedua sahabat terbaik saya, saya akan menceritakan dalam tulisan tersendiri saya, sebagai bentuk apresiasi saya terhadap keberadaan mereka.

Hari Minggu menjelang, Hari terakhir. Siang hari saya kembali dikunjungi keluarga saya. Kali ini bukan hanya keluarga inti saya, namun keluarga besar saya. Tercatat paklik dan bulik saya yang ada di Kranggan, orang tua dari Mardiana Chephey dan Dimas Firs, juga paklik dan bulik saya yang ada di driyorejo, orang tua dari Wak Wau dan Armansyah Tak Akan Berubah. Kembali saya meminta doa kepada mereka supaya dagangan saya laris manis ;p

Namun hingga sore menjelang, transaksi tidak kunjung bertambah. Saya menjadi bersedih hati. Saya berpikir bahwa, sekecil apapun hasil yang diperoleh dari pameran di TP ini, setidaknya harus lebih banyak sedikit dibanding dengan pameran sebelumnya, hingga bisa dikatakan bahwa ada progress dari pameran satu ke pameran lainnya. Dan meski pada pameran di TP jumlah vendor yang mengajak kerjasama lebih banyak dibandingkan dengan saat di ITC, tak urung saya sempat berkecil hati.

Dan meski mulut saya telah capek dan berbusa, transaksi berjalan lambat. Doa lagi2saya panjatkan dengan kekhusyukan 2x lipat. Malam menjelang. Mulai banyak transaksi yang masuk, hingga lagi2pada akhir pameran, saya dan rekan saya bisa tersenyum lega.

Next Project kami, pameran di Royal Plaza. Doakan bisa terlaksana ya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun