Mohon tunggu...
Vika Chorianti
Vika Chorianti Mohon Tunggu... Pecinta buku, musik dan movie

Wedding Organizer yang sangat mencintai dunia tulis menulis dan membaca buku ;)

Selanjutnya

Tutup

Money

A story about Hello Kitty Wedding

25 Desember 2014   07:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:29 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Saya tenang. Pulanglah saya dengan rekan kerja saya. Saat malam menjelang, saat saya menghubungi rekanan dekor saya, kenyataan berkata lain. Pregolanya ada namun tukang untuk memasangnya tidak ada. Tidak putus asa, saya mencari di dekat rumah saya griya rias dan dekor. Hingga malam menjelang, dan jam mulai menunjukkan angka 9, saya tak kunjung menemukan pregola.

Padahal besok pameran sudah dimulai. Dan saya bahkan belum menghias stand saya sama sekali dan hanya menaruh produk yang akan saya jual di tengah2stand. Separuh putus asa, saya mendatangi rumah rekan kerja saya. Seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya, pameran ini adalah hasil usaha patungan antara saya dan teman saya. Kami berusaha bahu membahu untuk menyelesaikan persoalan yang kami hadapi malam itu.

Tak kurang akal, menggunakan peribahasa tidak ada akar, rotan pun jadi, saya berpikiran tidak ada pregola, sketsel pun jadi. Buat yang belum tahu, Sketsel adalah pembatas ruangan yang biasanya terbuat dari rotan atau kayu. Bentuknya persegi panjang yang berlekuk antara tiga atau empat. Dari jam 9 malam hingga jam 11 malam, kami, sekali lagi berkeliling surabaya untuk mencari sketsel. Tentu saja pencarian itu bukan semakin mudah namun semakin sulit saja karena jam2itu adalah jam2orang beristirahat.

Dengan pasrah kami kembali ke lokasi loading barang. Vendor yang menghias semakin banyak. Bahkan stand saya dikelilingi oleh dekor2yang tinggi2. Stand saya terjepit di tengah2. Dengan bersedih hati kami menata ala kadarnya. Saat pulang, jarum jam sudah menunjukkan pergantian hari. Tengah malam.

Keesokan pagi, saya merasa, bahwa saya tidak boleh menyerah. Saya hubungi semua kontak bbm saya dan meminta informasi apakah ada sketsel yang bisa dipinjam atau disewa. Ada 3 orang yang memberikan respon positif dengan mengatakan memilikinya. Lokasinya yang satu di Sedati, Sidoarjo; satunya di Menganti dan lainnya di Driyorejo, Gresik.

Sumpah rasanya pengen nangis aja. Dengan lokasi yang sangat jauh, menurut saya itu bukan jalan keluar namun masalah baru, karena tidak ada waktu dan kendaraan untuk mengambil dan mengembalikan sketsel tersebut. Saya berdoa semoga diberi kemudahan dan kelancaran serta jalan keluar dari masalah yang saya hadapi. Tak lama berselang ada sebuah informasi masuk. Thanks to Alfia Mamane Dillah yang dengan bantuan salesnya memberitahukan bahwa ada yang menjual sketsel di daerah ngagel depan bilka (toko yang menjual alat tulis dan alat kantor yang lumayan terkenal di Surabaya).

Dan meski saya ragu akan keberadaan tukang penjual sketsel, saya meneguhkan hati untuk berangkat. Sepanjang perjalanan saya berdoa semoga (sekali lagi) diberi kemudahan dan kelancaran untuk menemukan penjual yang dimaksud. Dan Tuhan menjawab doa saya. Tanpa bersusah payah saya menemukan penjual sketsel dari rotan.

Dengan harga yang membuat saya takjub (karena lebih rendah dari ekspektasi harga yang ada di pikiran saya), berdua dengan penjual, saya menuju lokasi pameran. Saat itu sudah jam 9 pagi dan tak kurang 1 jam kemudian mall akan buka. Bayangan saya adalah, saat mall buka jam 10.00 pagi secara otomatis seluruh persiapan pameran harus sudah selesai karena convention hallnya akan segera didatangi oleh pengunjung.

Berbekal pemikiran itu akhirnya, dengan mengakal disana dan disini, saya mulai menghias stand saya yang pada akhirnya berhasil membuat terlihat agak sedikit lebih layak. Not bad sebagai pemula, menurut saya. Saat jam sudah menunjukkan jam 10.00 dan rekan saya datang, saya pamit pulang untuk mandi dan ganti baju.

Ternyata lagi2saya keliru. Hari pertama saya lalui dengan kondisi yang sepi pengunjung. Itu tidak hanya berlaku untuk stand saya saja, namun juga stand2lainnya. Bahkan banyak stand yang baru buka pada jam 12.00 keatas. Dari sana saya mulai belajar dengan berkunjung ke stand2tetangga yang ada beberapa yang telah saya kenal sebelumnya seperti BLESS; Griya Rias, BieHin Tailor, dan Benn Bagoes ; Griya Rias dan Dekor serta Griya Ias; Rias dan WO. Tak sengaja saya juga bertemu teman saya semasa SMA Sinta Diyan Cahyani, yang kini menjadi salah satu pimpinan di Wong Hang Distinguished Tailor.

Mereka banyak memberikan tips n trik yang sangat berguna bagi kami. Seperti datang diatas jam 12.00 saja karena rata2pengunjung baru ada pada jam2itu. Atau pameran ini jangan transaksi oriented tapi prospec customer oriented. Artinya bisa jadi transaksi di pameran cuma sedikit, namun dengan bantuan buku tamu diharapkan bisa memprospek customer di luar pameran dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun