Mohon tunggu...
Devi Ervika
Devi Ervika Mohon Tunggu... Lainnya - Long life hallucinations

✨

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

3 Tanda Toxic Parents dalam Drama Go Ahead

25 Mei 2023   08:54 Diperbarui: 25 Mei 2023   08:57 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.instagram.com/p/Cr_7yooMyU8/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==

Tidak ada habisnya jika kita membicarakan pelajaran dan makna yang bisa diambil dari drama Go Ahead. Drama 40 episode ini punya banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah-kisahnya yang relate.

Salah satu poin yang menonjol dalam drama ini adalah adanya toxic parents. Karena drama ini membahas permasalahan keluarga, maka topik toxic parents ini juga turut mendominasi.

Tanda Toxic Parents dalam Drama Go Ahead

Toxic parents adalah bentuk kesalahan parenting yang tanpa disadari membawa dampak buruk bagi anak. Pada akhirnya, toxic parents juga merugikan orang lain maupun diri sendiri.

Saat menonton drama Go Ahead, kita aka benar-benar merasakan bagaimana toxic parents ini membawa dampak buruk bagi anak. Berikut mari kita simak 3 tandanya:

1. Orang tua yang memaksa anak menjadi seperti keinginan orang tua

Pada dasarnya, setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Karenanya terkadang orang tua mengarahkan ini itu untuk masa depan anaknya. 

Namun terkadang, langkah pengarahan ini bisa menjadi berlebihan dan tidak sesuai dengan minat anak. Jika sudah demikian, maka anak akan merasa terbebani dan tidak nyaman untuk menjalani target tersebut.

Dalam drama Go Ahead, bisa kita lihat dari bagaimana ibu Qi Mingyue yang selalu menuntut anaknya untuk mendapat peringkat tertinggi. Sebenarnya bagus karena anak menjadi berprestasi. Ibu Mingyue juga mensupport anaknya dengan memberikan beragam les.

Namun ibu Mingyue lupa mempertimbangkan apakah anaknya sanggup bersaing atau tidak. Sebenarnya Mingyue juga tipe gadis yang pandai dan mau belajar. Tetapi ditekan sedemikian rupa membuatnya merasa lelah dan akhirnya merasa bahwa mengejar prestasi bukan hal menyenangkan.

Ditambah lagi dengan keinginan ibunya agar Mingyue menjadi pengacara dan meminta Mingyue berusaha agar bisa masuk sekolah hukum. Padahal aslinya, Mingyue lebih suka untuk menjadi reporter.

Dari paksaan dan keinginan yang tidak terpenuhi ini, Mingyue akhirnya melakukan kebohongan. Dia sengaja tidak menjawab selembar soal sehingga nilainya tidak cukup untuk masuk sekolah hukum.

Disini kita bisa melihat bahwa anak akhirnya akan memberontak karena selalu dituntut. Karena pada dasarnya, minat anak lebih penting dari tuntutan dan ekspektasi orang tua.

2. Strict parents ala ibu Mingyue

Strict parents dalam drama Go Ahead masih seputar ibu Mingyue. Yang mana ibu Mingyue benar-benar mendominasi semua yang harus dilakukan anaknya.

Contohnya dalam hal pergaulan yang mana Mingyue hanya boleh berteman dengan anak-anak pintar. Ibu Mingyue bahkan menyuruh Mingyue mengusahakan untuk berteman dekat dengan juara pertama dikelas. Padahal aslinya Mingyue punya teman lain yang membuatnya lebih nyaman.

Saat Mingyue berteman dengan Jianjian, ibunya secara terus terang melarang. Hal ini karena Jianjian tidak memiliki nilai akademis yang baik dan berada di peringkat hampir akhir.

Sebenarnya, tidak salah bagaimana ibu Mingyue menyuruh anaknya demikian untuk menciptakan lingkungan pergaulan yang berkualitas. Namun caranya tetap salah karena tidak mempertimbangkan aspek lain selain nilai akademis.

Jianjian misalnya, benar bahwa dia tidak memiliki nilai akademis bagus namun karakternya baik. Karena itulah Mingyue bisa merasa sangat nyaman saat berteman dengan Jianjian.

3. Menyalahkan anak

Poin ketiga ini kita pindah ke ibunya Ling xiao, Chen ting. Secara keseluruhan, Chen ting bisa dikatakan beban penonton juga. Karena sejak awal dia benar-benar membuat penonton kesal dengan semua perilakunya.

Chen ting menyalahkan anak laki-lakinya, Ling xiao, atas kematian anak perempuannya. Padahal aslinya, Ling xiao bukanlah yang membuat adiknya meninggal.

Chen ting bahkan meninggalkan Ling xiao dengan dalih bahwa kondisi mentalnya tidak baik-baik saja atas kematian anak bungsunya. Ling xiao yang ditinggalkan tentunya merasa terluka karena di usianya yang masih kecil dia amat butuh sosok ibu.

Ditambah dengan kejadian dimasa Ling xiao beranjak dewasa saat ibunya kecelakaan. Pada akhirnya Chen ting memaksa Ling xiao yang terluka untuk menjaganya di Singapura. Padahal seluruh kebahagiaan Ling xiao ada China bersama ayahnya dan squad keluarga Jianjian.

Hal ini kemudian membuat Ling xiao merasa trauma hingga dewasa. Kondisi psikologisnya bahkan sampai tidak baik-baik saja karena perlakuan ibunya.

*** 

Dari ketiga poin ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa toxic parents membawa dampak yang buruk untuk perkembangan anak, baik itu dampak secara mental maupun emosional. Anak juga punya keinginan sehingga orang tua sebaiknya mendengarkan. Anak juga punya hati sehingga orang tua juga harus selalu mempertimbangkan perasaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun