Mohon tunggu...
Devi Efrianty Hendiar
Devi Efrianty Hendiar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Invasi Korean Wave (hallyu) terhadap Gaya Hidup Masyarakat Indonesia

24 November 2024   05:40 Diperbarui: 24 November 2024   06:32 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Korean Wave/ Hallyu dan Wilayah Persebarannya

Korea selatan merupakan negara yang menyebarkan Korean Wave (Hallyu) di seluruh dunia. Budaya Korea merupakan suatu produk hibriditas budaya yang menghubungkan tradisi korea, budaya Konghucu dan budaya populer barat dalam bentuk music, drama dan film (Chatarina, 2020:1). Korean Wave/ Hallyu telah berkembang secara pesat mulai akhir tahun 1990-an hingga saat ini di Amerika Seikat, Amerika Latin, Timur Tengan dan sebagian Eropa (Sue Jin Lee dalam Ravina, 2008: 1). Hallyu merupakan istilah yang diberikan oleh jurnalis Beijing tahun 2001 yang lalu tepat saat meningkatnya popularitas budaya Korea di Tiongkok (Hae Joang, 2005: 167). Aspek Hallyu mengacu pada segala bidang budaya Korea Selatan meliputi telelivi, film, music, fashion, kosmetik hingga gaya rambut yang menyebar di seluruh dunia. Hallyu populer pertama kali pada tahun 1996 ketika artis pop Korea seperti H.O.T dan baby VOX berhasil merambah pada pasar hiburan Tiongkok (Chosun Ilbo, 2012). Selain itu perkembangan Hallyu juga diawali melalui serial drama Korea yang ditayangkan di Telivisi nasional Tiongkok. Pada tahun 1997 drama korea yang terkenal yaitu "What is All About", pada tahun 2004 "Winter Sonata" ditayangkan di televisi nasional Jepang (Chosun Ilbo, 2012). Tidak hanya di Tiongkok dan Jepang perkembangan K-Drama juga terjadi di Taiwan, Hongkong dan Indonesia.

Kurnia (2012: 20) menyatakan bahwa penonton Korean Drama rata-rata berasal dari  generasi muda. Perhitungan statistic dari DramaFever.com menunjukan bahwa presentasi umur penonton K-Drama berdasarkan umur, presentase terbesar adalah pada usia 18-34 tahun sebanyak 39%, kemudia disusul usia 35-49 tahun (25%) dan terakhir adalah usia 13-17 tahun sebesar 17%. Sebagian besar orang Amerika menonton drama Korea di AS adalah orang non-Asia. Presentase orang kulit putih yang menonton adalah 40% yang merupakan presentase terbesar dari semuanya. warga kulit hitam menyusul dengan 18% kemudian 13% untuk warga Hispanik. Sisanya 36% untuk orang Asia.  Ada perbedaan signifikasn untuk rasio oenonton berdasarkan gender laki-laki dan perempuan. Ratio penonton laki-laki yaitu 52% dan untuk perempuan yaitu 48% untuk laki-laki.

 Wahyudi dalam (Chua Beng Huat, 2008: 22) menunjukan persebaran fenomena K-pop secara data statistic yang dibuat oleh koran nasional terbesar berbahasa Inggris di Korea Selatan yakni The Joong Daily. Data ini menggunakan perhitungan berdasarkan sumber Youtube. Media ini dijadikan barometer jumlah orang yang menyukai musik Korean Pop yang sedang tranding. Barometer ini menggunakan kategori benua, jumlah orang yang menonton K-Pop melalui Youtube di Asia adalah 566, 273.899, Amerika Utara 123, 475.976 orang, Eropa 55.374.142 orang, Amerika Selatan 20,589.096 orang, Timur Tengah 15, 197. 593 orang, Australia 10, 738. 793 orang, Afrika 1, 924. 480 orang dan antartika sebanyak 27 orang.

Selama bertahun-tahun negara-negara barat mendominasi budaya populer di dunia melalui music, film, serial film, gaya hidup hingga sepakbola. Upaya penyebaran budaya oleh pemerintah Korea Selatan di sebabkan karena keinginan pemerintah meningkatkan perekonomian negara dan soft power. Pada akhir tahun 1990-an Korea Selatan mengalami krisis keuangan dan melihat peluang industri hiburan sebagai sarana pemulihan ekonomi. Korean Wave/Hallyu disebut sebagai pendorong pesatnya perdagangan international korea, pariwisata budaya baru dan bahkan peningkatan citra internasional (Han & Lee, 2010).  Wilayah gelombang korea telah menyebar di berbagai belahan dunia antara lain Tiongkok, Jepang, Amerika hingga Indonesia.

Korean Wave/ Hallyu telah menyebar banyak ke berbagai negara Asia, Korean Wave telah menemukan kesuksesan terbesar di Tiongkok. Terjadi hubungan unik yang berkembang di Tiongkok dalam menggandrungi dan memuja orang Korea. Masyarakat Tiongkok merasa lebih dekat dengan budaya korea berkat adanya akses terhadap budaya pop, meskipun mereka belum pernah mengunjungi negara tersebut (Chen, 2006: 2). Selanjutnya Republik Korea dan Tiongkok telah menyepakati hubungan kerja sama antara satu sama lain yang erat kaitannya di bidang politik, ekonomi, budaya dan pendidikan dalam beberapa tahun terakhir. Dibandingkan Tiongkok, Jepang menunjukkan sikap yang lain terhadap Korean Wave. Ketertarikan Jeoang yang secara tiba-tiba terhadao budaya Korea dan Bahasa Korea terlihat sangat mencolok mengingat pemerintah Jepang di Korea pada tahun 1910 hingga 1945. Kedua negara tersebut secara terbuka menerima budaya Korea yang dikemas secara apik melalui drama televisi, film, music pop hingga online game. Masyarakat Tionghoa di Hongkong dan warga Singapura keturunan Tionghoa mulai terpengaruh oleh budaya konsumen seperti makanan, fesyen, tren kosmetik dan bahkan operasi plastik. Hal tersebut dipengaruhi oleh gelombang Hallyu, namun fenomena tersebut bukan hanya populer di Asia saja. Gerakan Hallyu semakin merambat cepat menjangkau basis penggemar yang lebih beragam di beberapa tahun belakangan ini diantaranya penonton Prancis, Jepang dan Amerika Serikat. Salah satu contoh popularitasnya yaitu ketika flash mob yang bertempat di Meseum Louvre pada Mei 2011. Dalam acara tersebut meniru beberapa gerakan tari K-Pop. Pada tahun 2012 penyanyi kebangsaan Korea yaitu PSY menjadi perbincangan dunia karena lagunya "Gangnam Style". Tarian "Gangnam Style menjadi Video Youtube pertama yang ditonton lebih dari 1 milliar kali pada tanggal 21 Desember 2012. Selanjutnya PSY mengadakan Tur ke As untuk bertemu dengan penggemarnya.

Proses dan Media Penyebaran Korean Wave

Pengaruh global dalam penyebaran budaya semakin berlangsung secara cepat dengan hadirnya berbagai faktor salah satunya yaitu media sosial dan media massa. Peran media massa dan media elektronik memberikan peluang yang besar terhadap fenomena Hallyu (June dan Dukut, 2012: 196; Valentina dan Istriyani, 2013: 74). Pesatnya perkembangan Hallyu mendapatkan  dukungan secara penuh dari pemerintahnya dan media. Penggunaan sosial media memberikan peluang lebih besar untuk membangun komunikasi secara intens antara para Idol atau Artis Korea Selatan dengan penggemarnya. Menurut Jusmalai dan Teguh (2021: 93) beranggapan bahwa Korea Selatan termasuk beruntung karena Gelombang Korea lahir dengan berkembang pesatnya teknologi informasi yakni di masa internet sedang pesat. Adanya bantuan sosial media, Gelombang Korea (Hallyu) menjadi mudah diakses oleh siapapun selama seseorang terhubung dengan koneksi internet. Di Indonesia sendiri peyebaran Hallyu telah berlangsung sejak tahun 2002 pasca penyelenggaraan acara Piala Dunia di Jepang dan Korea Selatan yang ditayangkan pada televisi  nasional Indonesia, hal tersebut membuka peluang terhadap tayangan serial drama Korea untuk ditayangkan di Indonesia (Annisa, 2020: 296).

TransTV merupakan stasiun televisi pertama di Indonesia yang menayangkan Drama Korea berjudul Mother's Sea yang ditayangkan pada 26 Maret 2002 (Idola dan Farah, 2019: 69). Berlanjut pada serial Drama berjudul Endless Love yang ditayangkan di Indosiar pada tahun yang sama. Selain K-Drama, K-Pop juga mulai memasuki pasaran di Indonesia. Acara-acara K-Pop hanya ditayangkan pada saluran televisi kabel seperti Indovision yang bukan hanya menayangkan channel televisi lokal, tetapi juga menayangkan televisi mancanegara salah satunya milik Korea Selatan seperti KBS World, SBS, TvN, Mnet dan Arirang TV.  Channel-channel tersebut sering kali menayangkan program yang memuat informasi seputar dunia hiburan Korea Selatan seperti Showbiz Korea, Simply K-Pop, Music Bank dan lain-lainnya (Azizah, 2013: 78). Selain televisi, penyebaran film dan serial  Drama Korea juga terdapat dalam bentuk DVD atau VCD baik di kota besar ataupun di kota kecil turut serta menyebarkan fenomena Hallyu di Indoensia (Suray, 2010: 51). Film-film yang beredar di Indonesia umumnya dalam bentuk VCD dan DVD sebelum tahun 2000 yang didominasi oleh film Amerika Serikat, Hongkong, Taiwan dan Jepang. Namun pasa film dan serial drama Korea lebih mendominasi. Meskipun sering kali kasus pembajakan DVD dan VCD yang tersebar di Indonesia merupakan bentuk bajakan dari aslinya, hal tersebut tetap menunjukkan ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap serial K-Drama.

Selain TV, VCD dan DVD persebaran Hallyu juga terjadi melalui majalah dan tabloid. Tampilan dan busana dari penyanyi Korea ataupun Artis Korea juga penting untuk memenangkan hati penggemar di dunia. Banyak sekali toko-toko yang menyesiakan poster dari idol K-Pop khususnya toko-toko di Jepang, Cina dan Asia Selatan. Toko buku penuh dengan majalah yang memperkenalkan trend style akhir-akhir ini dalam dunia K-Pop. Salah satu contoh majalah remaja yang membuat tentang Boy/Grils Korea yaitu Ceci Korea dan Ceci Cina. Di indonesia sebagaian besar dari majalah yang secara konsisten memberi informasi tentang idol Korea (Kurnia dan Kinanthi, 2012: 22). Salah satunya di Indonesia yaitu majalah Gaul yang memberikan informasi mengenai hiburan Korea Selatan.

Media massa seperti televisi, VCD, DVD dan majalah merupakan media utama yang secara aktif menyebarkan fenomena Hallyu di Indonesia, namun tidak dapat dipungkiri bahwa internet atau media sosial memegang peranan sebagai akselerator penyebaran gelombang korea. Internat mengambil peranan paling penting dalam menyebarkan dan mempertahankan Korean Wave di seluruh dunia. Eksistensi dari berita online, koran dan majalah diperjual belikan secara langsung sekaang dapat diakses dengan muda di internet.  Lebih dari itu, DVD dan hal-hal yang berkaitan dengan Korea seperti pakaian dan kosmetik dapat diorder melalui internet. Beberapa bagian dari music Korea dan film/drama dapat di download dari internet. Di google Indonesia, terdapat halaman yang secara khusus untuk katalog K-Wave dan K-Pop, Big Bang (salah satu Boy grup Korean yang populer di Indonesia) menjadi urutan ke-30 untuk kateogri populer artis di Indonesia. Terlebih lagi, generasi muda Indonesia mendorong fenemone sosial media K-Pop. Kebanyakan mereka menggunakan facebook dan twitter untuk mengkonsumsi dan membagikan konten K-Pop atau Drama Korea dan beberapa dari mereka menghabiskan waktu untuk berselancar di media sosial berjam-jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun