Korean Wave/ Hallyu dan Wilayah Persebarannya
Korea selatan merupakan negara yang menyebarkan Korean Wave (Hallyu) di seluruh dunia. Budaya Korea merupakan suatu produk hibriditas budaya yang menghubungkan tradisi korea, budaya Konghucu dan budaya populer barat dalam bentuk music, drama dan film (Chatarina, 2020:1). Korean Wave/ Hallyu telah berkembang secara pesat mulai akhir tahun 1990-an hingga saat ini di Amerika Seikat, Amerika Latin, Timur Tengan dan sebagian Eropa (Sue Jin Lee dalam Ravina, 2008: 1). Hallyu merupakan istilah yang diberikan oleh jurnalis Beijing tahun 2001 yang lalu tepat saat meningkatnya popularitas budaya Korea di Tiongkok (Hae Joang, 2005: 167). Aspek Hallyu mengacu pada segala bidang budaya Korea Selatan meliputi telelivi, film, music, fashion, kosmetik hingga gaya rambut yang menyebar di seluruh dunia. Hallyu populer pertama kali pada tahun 1996 ketika artis pop Korea seperti H.O.T dan baby VOX berhasil merambah pada pasar hiburan Tiongkok (Chosun Ilbo, 2012). Selain itu perkembangan Hallyu juga diawali melalui serial drama Korea yang ditayangkan di Telivisi nasional Tiongkok. Pada tahun 1997 drama korea yang terkenal yaitu "What is All About", pada tahun 2004 "Winter Sonata" ditayangkan di televisi nasional Jepang (Chosun Ilbo, 2012). Tidak hanya di Tiongkok dan Jepang perkembangan K-Drama juga terjadi di Taiwan, Hongkong dan Indonesia.
Kurnia (2012: 20) menyatakan bahwa penonton Korean Drama rata-rata berasal dari  generasi muda. Perhitungan statistic dari DramaFever.com menunjukan bahwa presentasi umur penonton K-Drama berdasarkan umur, presentase terbesar adalah pada usia 18-34 tahun sebanyak 39%, kemudia disusul usia 35-49 tahun (25%) dan terakhir adalah usia 13-17 tahun sebesar 17%. Sebagian besar orang Amerika menonton drama Korea di AS adalah orang non-Asia. Presentase orang kulit putih yang menonton adalah 40% yang merupakan presentase terbesar dari semuanya. warga kulit hitam menyusul dengan 18% kemudian 13% untuk warga Hispanik. Sisanya 36% untuk orang Asia.  Ada perbedaan signifikasn untuk rasio oenonton berdasarkan gender laki-laki dan perempuan. Ratio penonton laki-laki yaitu 52% dan untuk perempuan yaitu 48% untuk laki-laki.
 Wahyudi dalam (Chua Beng Huat, 2008: 22) menunjukan persebaran fenomena K-pop secara data statistic yang dibuat oleh koran nasional terbesar berbahasa Inggris di Korea Selatan yakni The Joong Daily. Data ini menggunakan perhitungan berdasarkan sumber Youtube. Media ini dijadikan barometer jumlah orang yang menyukai musik Korean Pop yang sedang tranding. Barometer ini menggunakan kategori benua, jumlah orang yang menonton K-Pop melalui Youtube di Asia adalah 566, 273.899, Amerika Utara 123, 475.976 orang, Eropa 55.374.142 orang, Amerika Selatan 20,589.096 orang, Timur Tengah 15, 197. 593 orang, Australia 10, 738. 793 orang, Afrika 1, 924. 480 orang dan antartika sebanyak 27 orang.
Selama bertahun-tahun negara-negara barat mendominasi budaya populer di dunia melalui music, film, serial film, gaya hidup hingga sepakbola. Upaya penyebaran budaya oleh pemerintah Korea Selatan di sebabkan karena keinginan pemerintah meningkatkan perekonomian negara dan soft power. Pada akhir tahun 1990-an Korea Selatan mengalami krisis keuangan dan melihat peluang industri hiburan sebagai sarana pemulihan ekonomi. Korean Wave/Hallyu disebut sebagai pendorong pesatnya perdagangan international korea, pariwisata budaya baru dan bahkan peningkatan citra internasional (Han & Lee, 2010). Â Wilayah gelombang korea telah menyebar di berbagai belahan dunia antara lain Tiongkok, Jepang, Amerika hingga Indonesia.
Korean Wave/ Hallyu telah menyebar banyak ke berbagai negara Asia, Korean Wave telah menemukan kesuksesan terbesar di Tiongkok. Terjadi hubungan unik yang berkembang di Tiongkok dalam menggandrungi dan memuja orang Korea. Masyarakat Tiongkok merasa lebih dekat dengan budaya korea berkat adanya akses terhadap budaya pop, meskipun mereka belum pernah mengunjungi negara tersebut (Chen, 2006: 2). Selanjutnya Republik Korea dan Tiongkok telah menyepakati hubungan kerja sama antara satu sama lain yang erat kaitannya di bidang politik, ekonomi, budaya dan pendidikan dalam beberapa tahun terakhir. Dibandingkan Tiongkok, Jepang menunjukkan sikap yang lain terhadap Korean Wave. Ketertarikan Jeoang yang secara tiba-tiba terhadao budaya Korea dan Bahasa Korea terlihat sangat mencolok mengingat pemerintah Jepang di Korea pada tahun 1910 hingga 1945. Kedua negara tersebut secara terbuka menerima budaya Korea yang dikemas secara apik melalui drama televisi, film, music pop hingga online game. Masyarakat Tionghoa di Hongkong dan warga Singapura keturunan Tionghoa mulai terpengaruh oleh budaya konsumen seperti makanan, fesyen, tren kosmetik dan bahkan operasi plastik. Hal tersebut dipengaruhi oleh gelombang Hallyu, namun fenomena tersebut bukan hanya populer di Asia saja. Gerakan Hallyu semakin merambat cepat menjangkau basis penggemar yang lebih beragam di beberapa tahun belakangan ini diantaranya penonton Prancis, Jepang dan Amerika Serikat. Salah satu contoh popularitasnya yaitu ketika flash mob yang bertempat di Meseum Louvre pada Mei 2011. Dalam acara tersebut meniru beberapa gerakan tari K-Pop. Pada tahun 2012 penyanyi kebangsaan Korea yaitu PSY menjadi perbincangan dunia karena lagunya "Gangnam Style". Tarian "Gangnam Style menjadi Video Youtube pertama yang ditonton lebih dari 1 milliar kali pada tanggal 21 Desember 2012. Selanjutnya PSY mengadakan Tur ke As untuk bertemu dengan penggemarnya.
Proses dan Media Penyebaran Korean Wave
Pengaruh global dalam penyebaran budaya semakin berlangsung secara cepat dengan hadirnya berbagai faktor salah satunya yaitu media sosial dan media massa. Peran media massa dan media elektronik memberikan peluang yang besar terhadap fenomena Hallyu (June dan Dukut, 2012: 196; Valentina dan Istriyani, 2013: 74). Pesatnya perkembangan Hallyu mendapatkan  dukungan secara penuh dari pemerintahnya dan media. Penggunaan sosial media memberikan peluang lebih besar untuk membangun komunikasi secara intens antara para Idol atau Artis Korea Selatan dengan penggemarnya. Menurut Jusmalai dan Teguh (2021: 93) beranggapan bahwa Korea Selatan termasuk beruntung karena Gelombang Korea lahir dengan berkembang pesatnya teknologi informasi yakni di masa internet sedang pesat. Adanya bantuan sosial media, Gelombang Korea (Hallyu) menjadi mudah diakses oleh siapapun selama seseorang terhubung dengan koneksi internet. Di Indonesia sendiri peyebaran Hallyu telah berlangsung sejak tahun 2002 pasca penyelenggaraan acara Piala Dunia di Jepang dan Korea Selatan yang ditayangkan pada televisi  nasional Indonesia, hal tersebut membuka peluang terhadap tayangan serial drama Korea untuk ditayangkan di Indonesia (Annisa, 2020: 296).
TransTV merupakan stasiun televisi pertama di Indonesia yang menayangkan Drama Korea berjudul Mother's Sea yang ditayangkan pada 26 Maret 2002 (Idola dan Farah, 2019: 69). Berlanjut pada serial Drama berjudul Endless Love yang ditayangkan di Indosiar pada tahun yang sama. Selain K-Drama, K-Pop juga mulai memasuki pasaran di Indonesia. Acara-acara K-Pop hanya ditayangkan pada saluran televisi kabel seperti Indovision yang bukan hanya menayangkan channel televisi lokal, tetapi juga menayangkan televisi mancanegara salah satunya milik Korea Selatan seperti KBS World, SBS, TvN, Mnet dan Arirang TV.  Channel-channel tersebut sering kali menayangkan program yang memuat informasi seputar dunia hiburan Korea Selatan seperti Showbiz Korea, Simply K-Pop, Music Bank dan lain-lainnya (Azizah, 2013: 78). Selain televisi, penyebaran film dan serial  Drama Korea juga terdapat dalam bentuk DVD atau VCD baik di kota besar ataupun di kota kecil turut serta menyebarkan fenomena Hallyu di Indoensia (Suray, 2010: 51). Film-film yang beredar di Indonesia umumnya dalam bentuk VCD dan DVD sebelum tahun 2000 yang didominasi oleh film Amerika Serikat, Hongkong, Taiwan dan Jepang. Namun pasa film dan serial drama Korea lebih mendominasi. Meskipun sering kali kasus pembajakan DVD dan VCD yang tersebar di Indonesia merupakan bentuk bajakan dari aslinya, hal tersebut tetap menunjukkan ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap serial K-Drama.
Selain TV, VCD dan DVD persebaran Hallyu juga terjadi melalui majalah dan tabloid. Tampilan dan busana dari penyanyi Korea ataupun Artis Korea juga penting untuk memenangkan hati penggemar di dunia. Banyak sekali toko-toko yang menyesiakan poster dari idol K-Pop khususnya toko-toko di Jepang, Cina dan Asia Selatan. Toko buku penuh dengan majalah yang memperkenalkan trend style akhir-akhir ini dalam dunia K-Pop. Salah satu contoh majalah remaja yang membuat tentang Boy/Grils Korea yaitu Ceci Korea dan Ceci Cina. Di indonesia sebagaian besar dari majalah yang secara konsisten memberi informasi tentang idol Korea (Kurnia dan Kinanthi, 2012: 22). Salah satunya di Indonesia yaitu majalah Gaul yang memberikan informasi mengenai hiburan Korea Selatan.
Media massa seperti televisi, VCD, DVD dan majalah merupakan media utama yang secara aktif menyebarkan fenomena Hallyu di Indonesia, namun tidak dapat dipungkiri bahwa internet atau media sosial memegang peranan sebagai akselerator penyebaran gelombang korea. Internat mengambil peranan paling penting dalam menyebarkan dan mempertahankan Korean Wave di seluruh dunia. Eksistensi dari berita online, koran dan majalah diperjual belikan secara langsung sekaang dapat diakses dengan muda di internet. Â Lebih dari itu, DVD dan hal-hal yang berkaitan dengan Korea seperti pakaian dan kosmetik dapat diorder melalui internet. Beberapa bagian dari music Korea dan film/drama dapat di download dari internet. Di google Indonesia, terdapat halaman yang secara khusus untuk katalog K-Wave dan K-Pop, Big Bang (salah satu Boy grup Korean yang populer di Indonesia) menjadi urutan ke-30 untuk kateogri populer artis di Indonesia. Terlebih lagi, generasi muda Indonesia mendorong fenemone sosial media K-Pop. Kebanyakan mereka menggunakan facebook dan twitter untuk mengkonsumsi dan membagikan konten K-Pop atau Drama Korea dan beberapa dari mereka menghabiskan waktu untuk berselancar di media sosial berjam-jam.
Pengaruh Hallyu terhadap Gaya Hidup
Â
Globalisasi merupakan fenomena normal yang tidak dapat terhindarkan bagi suatu masyarakat untuk kemudian menikmati budaya lain terutama yang hadir dalam bentuk produk budaya populer (Shim, 2006: 26).  Pada kurun waktu sebelum tahun 1970-1990an ada dominasi Cool Japan (Valentina dan Istriyani, 2013: 74), dua decade kemudia memunculkan negara baru yaitu Korea Selatan. Dalam rentan waktu itu industri kreatif di Korea Selatan menjadi sangat berkembang karena dorongan dan kerjsama antara industri hiduran dan pemerintah yang bergerak bersama untuk melaju di kancah pasar global (Hennisa 2013: 121). Perkembangan industri kreatif dari Korea Selatan  memastikan standart dan kualitas yang dihasilkan dapat diterima dengan luas oleh masyarakat di berbagai temapt di dunia. Park Gil-Sung (2013) dalam (Jusmalia dan Teguh, 2021: 94) menyatakan bahwa Korea Selatan dahulu seringkali diasosiasikan sebagai negara miskin, Perang Korea dan tempat buruh industri. Namun dewasa ini semenjadi adanya Hallyu orang-orang mulai mengubah presepsi mereka terhadap Korea Selatan sehingga Korea Selatan kini sama dengan negara yang memiliki kebudayaan, kuliner serta produk-produk yang luar biasa. Faktanya banyak sekali orang-orang yang belajar Bahasa Korea yang merupakan sebuah inti yang menjadi ketertarikan penggemar K-Drama atau K-Pop. Hal tersebut tentu saja menjadi pelaung bagi Korea Selatan untuk secara terus menerus mengembangkan pengaruh mereka terhadap tataran Internasional termasuk di Indonesia. Pengaruh tersebut salah satunya yaitu gaya hidup masyarakat Indonesia yang dewasa ini telah berkiblat ke Korea Selatan.
      Gaya hidup merupakan suatu hal berupa aktivitas, minat dan opini suatu masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks pembahasan ini yaitu gaya hidup masayarakat Indonesia khususnya remaja yang menggemari K-Drama, K-Pop atau budaya Korea yang lainnya. Gaya hidup disini berarti berbagai aktivitas, minat dan opini para remaja penggemar budaya Korea.
- Fashion
- Fashion merupakan gaya pakaian yang populer dan diadaptasi oleh suatu budaya. Di Indonesia budaya Korean Wave diterima dengan baik terlebih lagi oleh penggemar K-Pop dan K-drama. Salah satu budaya Korea yang dianut oleh masayrakat Indonesia yaitu trend fashion Korea. Busana korea memiliki keunikan karena menampilkan warna-warna cerah dan mudah menyatu dengan tubuh serta warna kulit Asia. Keunikan fashion Korea Selatan yang sering kali dipakai oleh artis K-Pop atau K-Drama membuat para remaja tertarik dan meniru trend tersebut. Adanya perkembangan teknologi dan penyebaran Korean Wave secara massif di Indonesia menyebabkan adanya perilaku konsumtif terhadap pakaian sehingga hal tersebut menyebabkan Indonesia impor tekstil dari Korea Selatan. Dalam (Shitara, Zulfa dan Andhita, 2023: 16) dikutip dari databoks berdasarkan Badan Pusat Statistika (BPS) selama kurun waktu 5 tahun Indonesia kebanjiran rata-rata 2,25 juta ton produk tekstil pada setiap tahunnya. Jika diamati 5 tahun terakhir, nilai impor tekstil Indonesia rata-rata mencapai US$8,96 milliar per tahun. Pada tahun 2021 nilai impor tekstil Indonesia juga meningkat 30,91% menjadi US$9,34 miliar jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Korea selatan menjadi negara nomor 2 pemasok dengan nilai US$912.10 juta. Fenomena Korean Wave tersebar luas di Indonesai dan memberikan dampak secara signifikan yang dirasakan di kehidupan sehari-hari. Khususnya kalangan milenial dan Gen Z. awal mula merebaknya gaya berpakaian remaja di Indonesia yaitu fanatisme penggemar yang menirukan gaya berpakaian idola mereka seperti Blackpink, BTS, EXO, NCT dan lain-lainnya. Seiring waktu dominasi penggemar yang menirukan gaya berpakaian Idol K-Pop menyebabkan masyarakat secara luas turut serta ikut meniru gaya fashion tersebut. Gaya berpakaian secara casual, simple ala idol kpop menjadi daya ketertarikan bagi generasi muda karena kemudahan un tuk ditiru serta ketersedian dari gaya pakaian tersebut. Korean Style tidak hanya dipakai oleh kaum non-hijab. Indonesia merupakan negara mayoritas muslim, masih dalam (Shitara, Zulfa dan Andhita, 2023: 17018) menyebutkan laporan The Royal Islamic Strategic Studies Center (RISSC) yang bertajuk The Muslim 500 edisi 2023 menunjukan jumlah populasi muslim di Indonesia yang mencapai 237,55 juta jiwa. Jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar di antara negara-negara ASEAN ataupun global. Populasi muslim di Indonesia setara dengan 86,7% dari total populasi di Indonesia. Tidak sedikit hijabers (sebutan untuk orang yang mengenakan hijab) memadukan Korean Style dengan hijab. Gaya hijab yang dipadukan dengan fashion Korea yang sencerung terbuka mulai banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Mereka memadukan Korean Style dengan hijab disertai dengan aksesoris pada busana mulai dari gelang, kalung, cincin, rantai, topi dan lain-lainnya.
- Makanan
- Serial Drama Korea kerap kali menayangkan scene sang actor dan aktris mengkonsumsi makanan korea. Hidangan Korea sering kali ditemukan di berbagai tontonan seperti drama, Variety Show, Reality Show dll. Â Hidangan korea yang sering muncul di acara-acara tersebut membuat orang-orang penasaran dan ingin mencari tahu nama hidangan tersebut. Tayangan drama korea secara terus-menerus tersebut menyebabkan kepopuleran hidangan Korea meningkat. Pada saat ini di Indonesia tersebar restoran dan caf yang memperjual belikan dan menyediakan makanan dan minuman Korea (Ni Made, Ida Bagus, Ida Ayu, 2022: 169). Korea Selatan menjadi salah satu negara yang menggunakan budaya kuliner sebafai soft power. Budaya kuliner merupakan tata cara penyajian makanan, proses pembuatan, sejarah makanan hingga identitas dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya (Fazri, Teuku, Windy, 2019: 143). Terdapat banyak makanan Korea Selatan yang populer di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Makanan populer tersebut terdiri dari makanan tradisional hingga makanan instan. Beberapa contoh makanan yang memiliki populeritas di masyarakat Indonesia yang berasal dari masyarakat Indonesia yaitu Kimchi. Kimchi merupakan makanan tradisional Korea Selatan yang terbuat dari fermentasi sayur dan diberi bumbu-bumbu khas Korea Selatan. Biasanya Kimchi sering kali dimakan dengan Mie Instan, selain itu juga Kimchi seperti makanan pendamping yang wajib di Korea Selatan. Selain Kimchi makanan yang tidak kalah populernya di Indonesia yaitu Toepokki, Corndog, Samyang serta makanan lainnya (Widya, Erwan, Wahyu dan Putri, 2023: 563-564).Â
- Bahasa dan Simbol yang populer di Korea Selatan
- Tontonan Drama Korea, Variety Show atau K-Pop mempengaruhi penggunaan bahasan dan simbol-simbol yang sering digunakan oleh drama Korea. Pada dewasa ini mengekspresikan perasaan dan kasih sayang, para remaja cenderung menggunakan istilah saranghae yang artinya "aku cinta kamu" dalam Bahasa Indonesia. Selain itu, generasi muda yang sering menonton Drama Korea akan mengucapkan salam atau menyapa seseorang dengan kata annyeonghaseyo. Istilah-isitlah diatas sering kali diucapkan oleh remaja-remaja karena memang terdengar ringan sehingga banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Selain istilah secara Bahasa, penggemar Kpop dan Kdrama sering menggunakan symbol-simbol atau gerakan yang diasanya dilakukan oleh sang Idol. Salah satu symbol yang kerap kali digunakan yaitu symbol finger heart atau jari berbentuk hati. Tujuan dari jari yaitu merupakan symbol cinta. Symbol tersebur sudah tersebar secara luas dan digunakan oleh masayrakat Indonesia. Adanya penggunaan Bahasa menjadikan instasi jurusan Bahasa Korea digemari oleh generasi muda. Hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh keinginan penggemar untuk dapat berkomunikasi dengan sang Idola.Â
Pengaruh Korean Wave mempengaruh proses pembentukan budaya dewasa ini, konteks budaya yang dimaksud disini adalah gaya hidup komsumtif dan tangkah laku atau tindakan seseorang. Sifat fanatisme yang dianut oleh remaja atau masyarakat luas pada umumnya terhadap kebudayaan Korea yang tersebar di Indonesia menyebabkan pada remaja lebih cenderung tertarik untuk menyukai trend fashion, makanan Korea, tarian hingga mempelajari Bahasa Korea dibandingkan dengan mempelajari kebudayaan Indonesia. Selain itu budaya konsumtif cenderung meningkat terhadap pembelian produk-produk kecantikan, makanan instan hingga pakaian. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri akan mengurasi konsumsi barang dari dalam negeri. Hal ini tentunya akan mempengaruhi pembentukan dan perkembangan tumbuh kembanya identitas diri generasi muda. Internalisai kebudayaan Korea tersebut didasarkan pada peniruan fashion, Bahasa, makanan hingga tingkah laku dari generasi muda yang menggemari Budaya Korea (Khalilah, 2015).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI