"Apakah kau bisa memanjat naik kemari, Ulu?"
"Apa yang kau maksud Burung? Tentu saja aku tidak bisa!" Ulu cemberut dan menatap ke arah dua kakinya. Ulu menyesal punya kaki yang pendek sehingga tidak bisa terbang.
"Ulu, tidakkah kamu tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita dengan keunikan yang berbeda-beda? Aku tidak bisa berenang sepertimu dan Ikan, tetapi aku bisa terbang mengitari angkasa.
Burung kembali berkata dengan bijak, "Itulah yang kumaksud Ulu, kita masing-masing memiliki kelebihan sendiri. Semut tidak bisa berenang sepertimu, tetapi ia bisa menyusup ke tempat-tempat kecil yang tidak dapat kau lewati. Ikan tidak dapat melompat-lompat sepertimu, tetapi ia bernapas di bawah air. Kamu tidak seharusnya menghina mereka!"
Ulu mulai menyadari bahwa tindakannya salah. Diam-diam Ulu berpikir bahwa tindakannya itu tidak benar. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya.
"Maafkan aku, Burung." ucap Ulu seraya menatap sendu ke arah Semut dan Ikan yang sejak tadi memperhatikan pembicaraan mereka.
"Maafkan aku Semut, Ikan, selama ini aku telah menyinggung perasaanmu."
Sejak saat itu, Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya kembali.
Pesan Moral: Setiap makhluk telah diciptakan Tuhan dengan sedemikian rupa. Sebagai hamba yang baik, sebaiknya kita saling menjaga perasaan orang lain dengan menggunakan tutur kata yang baik.
Itu dia pembahasan mengenai fabel, meliputi pengertian, ciri-ciri, dan contohnya. Bagaimana? Kamu jadi tertarik baca fabel dan mempelajarinya lebih lanjut?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H