Mohon tunggu...
Devica Putri
Devica Putri Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa itu Fabel? Pengertian, Ciri-ciri, Jenis, dan Contohnya

5 Juli 2024   21:23 Diperbarui: 5 Juli 2024   21:44 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketika kita masih kecil kita pasti sering mendengar berbagai cerita dongeng baik itu dari orang tua, guru, maupun lewat tayangan animasi yang bertemakan binatang sebagai karakter dari cerita dongeng tersebut. Karena, melihat tingkah lucu para binatang yang dapat berbicara layaknya manusia adalah sebuah hal yang tidak dapat ditemukan dalam dunia nyata dan sebagai anak kecil kita sangat senang mendengar cerita ataupun menyaksikannya lewat layar kaca televisi kita di rumah. Di sekolah juga dalam pelajaran bahasa Indonesia kita akan menjumpai materi yang bersinggungan dengan cerita, mitos, legenda dll sebagai bahan ajar yang harus kita pelajari di sekolah. Lewat pelajaran tersebut kita akan mengetahui ada yang disebut sebagai fabel dalam salah satu jenis dongeng yang ada dalam salah satu bagian dari kesusastraan di Indonesia.

Dalam prosa kuno, fabel adalah jenis cerita yang unik. Bukan saja ada di Indonesia, dongeng dan fabel telah berkembang di luar negeri. Beberapa kartun dan animasi juga menggunakan genre ini sebagai plot utamanya. Namun tahukah kalian atau masih ingatkah kalian tentang pelajaran yang membahas mengenai fabel tersebut? Jika kalian tidak tahu atau bahkan sudah lupa bagaimana bentuk dongeng fabel tersebut pada pembahasan kali ini kami akan mencoba membahas topik mengenai pengertian fabel lengkap beserta ciri-ciri, jenis, dan contohnya dibawah ini.

Fabel adalah cerita yang menceritakan kehidupan hewan yang berperilaku menyerupai manusia. Fabel adalah cerita fiksi atau khayalan belaka. Kadang kala fabel memasukkan karakter minoritas berupa manusia. Cerita fabel juga sering disebut cerita moral karena mengandung pesan yang berkaitan dengan moral. Karakter dan jiwa manusia juga digambarkan dengan cara ini melalui figur binatang.

Ciri-ciri fabel 

Dikutip dari buku Fabel (2022) karya Rosmawati Harahap, fabel menggunakan tokoh binatang untuk menggambarkan manusia, agar jalan ceritanya lebih mudah dipahami pembaca, khususnya anak-anak. Tokoh dalam fabel sifatnya selalu sama, meski judul ceritanya berbeda. Contoh, singa yang memiliki watak mulia, kancil yang cerdik, rubah yang licik, kura-kura yang rendah hati, kuda yang pemberani, dan sebagainya. Akhir cerita fabel juga akan selalu sama. Ada amanat seperti tokoh baik yang berakhir bahagia dan tokoh jahat akan menerima balasannya atau berakhir sengsara. Baca juga: Perbedaan antara Fabel dan Cerpen Berikut ciri-ciri fabel:

  • Tokohnya merupakan seekor atau sekelompok Binatang,
  • Tema yang digunakan selalu berhubungan dengan keadaan social,
  • Karakter yang digunakan mirip karakter manusia yang memiliki sifat sombong, dermawan, baik hati, licik, pendendam, dan sebagainya,
  • Binatang sebagai tokoh fabel dapat berpikir layaknya manusia,
  • Fabel menggunakan sudut pandang orang ketiga,
  • Fabel menggunakan alur maju,
  • Fabel menggunakan konflik ringan yang menyerupai konflik manusia,
  • Dalam fabel ada latar belakang, latar suasana, latar waktu, dan latar emosional,
  • Fabel menggunakan bahasa naratif atau runtut, serta bahasa non-formal yang digunakan dalam sehari-hari,
  • Mengandung amanat atau pesan bagi pembacanya.

Tujuan fabel 

adalah untuk memberikan ajaran moral dengan menunjukkan sifat-sifat buruk manusia melalui simbol-simbol binatang. Melalui karakter hewan, penulis ingin mempengaruhi pembaca untuk meniru kebaikan, bukan meniru kejahatan. Berikut beberapa jenis fabel yang umum :

  • Fabel Binatang: Jenis fabel yang paling umum, di mana hewan-hewan berperan sebagai tokoh utama dalam cerita untuk menggambarkan sifat manusia atau mengajarkan pelajaran moral.
  • Fabel Tumbuhan: Meskipun lebih jarang, fabel juga dapat menggunakan tumbuhan sebagai tokoh cerita untuk menyampaikan pesan moral.
  • Fabel Campuran: Menggabungkan binatang, tumbuhan, atau benda mati dalam satu cerita untuk mengajarkan pelajaran moral.
  • Fabel Anak: Fabel yang ditulis khusus untuk anak-anak, menggunakan bahasa yang sederhana dan cerita yang menarik untuk mengajarkan nilai-nilai moral.
  • Fabel Etiologis: Fabel yang menjelaskan asal-usul atau asal-muasal suatu fenomena alam atau kejadian dalam kehidupan manusia dengan menggunakan cerita hewan atau benda mati.
  • Fabel Politik: Fabel yang mengkritik atau menyindir situasi politik atau sosial masyarakat, sering kali dengan menggambarkan tokoh-tokoh politik sebagai hewan.
  • Fabel Religius: Fabel yang menggunakan cerita hewan atau benda mati untuk mengajarkan nilai-nilai agama atau spiritual kepada pembaca.

Setiap jenis fabel memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan nilai-nilai moral atau mengajarkan pelajaran kepada pembaca dengan cara yang menghibur dan mudah diingat.

Setelah mengetahui tentang pengertian cerita fabel beserta ciri-cirinya. Pada bagian ini akan disajikan contoh cerita fabel singkat yang dapat Kamu ambil pesan moralnya. Pesan moral sendiri yaitu amanat atau ajakan untuk berbuat baik dari sebuah cerita. Yuk, selamat membaca cerita fabel!

Contoh cerita fabel tentang Saling Menghargai Perbedaan

Semua Istimewa

Ulu, seekor Katak Hijau, sedang berdiri di pinggir kolam. Hari itu langit sangat gelap dan hari seperti itulah yang Ulu sukai. Tidak lama kemudian, air mulai menetes perlahan-lahan dari angkasa.

"Hujan telah tiba!" Ulu berteriak dengan girang. Ulu pun mulai bersenandung sambil melompat-lompat mengitari kolam. Ia melihat Semut yang kecil sedang berteduh di balik bunga matahari.

"Wahai Semut, hujan telah tiba jangan bersembunyi!" seru Ulu kepada Semut yang sedang berusaha keras menghindari tetesan air hujan.

Semut menghela napas dan menatap Ulu dalam-dalam, "Ulu, aku tidak suka dengan hujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak bisa berenang sepertimu, makanya aku berteduh," sahut Semut.

"Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! Aku sejak masih berudu sudah bisa berenang, masa kau tidak bisa? Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu," Ulu menjulurkan kakinya, "dan tendang ke belakang seperti ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek."

Sambil tertawa, Ulu melompat meninggalkan Semut.

Semut hanya bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak dapat berenang karena ia berjalan. Ulu kembali berseru, "Hujan telah tiba! Hujan telah tiba! Oh, hai Ikan! Aku sangat suka dengan hujan, bagaimana denganmu? Ulu berhenti di pinggir kolam dan berbicara kepada Ikan yang sedang berenang di dalam kolam. Ikan mendongakkan kepalanya ke atas dan berbicara kepada Ulu.

"Aku tidak dapat merasakan hujan, Ulu. Lihatlah, aku tinggal bersama air. Bagaimana caranya aku dapat menikmati hujan seperti kamu, Ulu?" Ikan pun kembali berputar-putar di dalam kolam.

"Hah! Sedih sekali hidupmu Ikan! Seandainya kamu seperti aku, dapat hidup di dalam dua dunia, darat dan air, mungkin kamu akan dapat merasakan kebahagiaan ini. Nikmati saja air kolammu, sebab kamu tidak akan dapat pernah merasakan rintikan hujan di badanmu!"

Apa yang Ulu katakan sangat menusuk hati Ikan. Ikan menatap ke arah tubuhnya yang bersisik, lalu menatap ke arah tubuh licin Ulu. Ikan yang bersedih hati pun berenang meninggalkan Ulu ke sisi kolam yang lain. Ulu pun kembali melompat-lompat di sekitar kolam dan kembali bersenandung.

Saat Ulu tiba di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger di dahan pohon dan membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung juga sama seperti Semut dan Ikan yang tidak dapat menikmati hujan.

"Hai Burung, kenapa kau tidak mau keluar dan menikmati hujan? Apakah kamu takut bulumu basah? Atau apakah kamu takut tenggelam ke dalam kolam seperti Semut? Ataukah memang kamu tidak bisa menikmati indahnya hujan seperti Ikan?" Setelah berkata demikian, Ulu tertawa kencang-kencang.

Burung menatap ke arah Ulu yang masih tertawa," Hai Ulu, apakah kau bisa naik kemari?" Ulu kebingungan.

"Apa maksudmu Burung?"

"Apakah kau bisa memanjat naik kemari, Ulu?"

"Apa yang kau maksud Burung? Tentu saja aku tidak bisa!" Ulu cemberut dan menatap ke arah dua kakinya. Ulu menyesal punya kaki yang pendek sehingga tidak bisa terbang.

"Ulu, tidakkah kamu tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita dengan keunikan yang berbeda-beda? Aku tidak bisa berenang sepertimu dan Ikan, tetapi aku bisa terbang mengitari angkasa.

Burung kembali berkata dengan bijak, "Itulah yang kumaksud Ulu, kita masing-masing memiliki kelebihan sendiri. Semut tidak bisa berenang sepertimu, tetapi ia bisa menyusup ke tempat-tempat kecil yang tidak dapat kau lewati. Ikan tidak dapat melompat-lompat sepertimu, tetapi ia bernapas di bawah air. Kamu tidak seharusnya menghina mereka!"

Ulu mulai menyadari bahwa tindakannya salah. Diam-diam Ulu berpikir bahwa tindakannya itu tidak benar. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya.

"Maafkan aku, Burung." ucap Ulu seraya menatap sendu ke arah Semut dan Ikan yang sejak tadi memperhatikan pembicaraan mereka.

"Maafkan aku Semut, Ikan, selama ini aku telah menyinggung perasaanmu."

Sejak saat itu, Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya kembali.

Pesan Moral: Setiap makhluk telah diciptakan Tuhan dengan sedemikian rupa. Sebagai hamba yang baik, sebaiknya kita saling menjaga perasaan orang lain dengan menggunakan tutur kata yang baik.

Itu dia pembahasan mengenai fabel, meliputi pengertian, ciri-ciri, dan contohnya. Bagaimana? Kamu jadi tertarik baca fabel dan mempelajarinya lebih lanjut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun