Kita boleh berpuas diri mendapatkan barang yang kita inginkan dengan harga murah. Tapi, bagaimana dengan perasaan yang dirasakan oleh si pedagangnya? Apa mereka juga mendapatkan kepuasan yang sama seperti kepuasan yang kita dapatkan? Jawabannya pasti belum tentu. Kalau dipikir-pikir, kenapa orang-orang cenderung menawar harga barang dengan harga yang mencekik di pedagang kecil? Mengapa orang-orang tidak melakukan hal yang serupa ketika belanja di supermarket/mall/pusat perbelanjaan lainnya?
Dalam kasus ini pedagang menempatkan diri pada posisi yang tidak setara dengan pembelinya. Para pedagang menempati posisi yang lemah sedangkan para pembeli menempati posisi yang paling kuat. Posisi inilah yang menciptakan ketidakadilan dalam pratik tawar menawar. Padahal jika tidak melakukan penawaran, secara tidak langsung kita dapat membantu perekonomian rakyat kecil.
Kegiatan tawar menawar tidak berlaku ketika belanja di supermarket/mall/pusat perbelanjaan lainnya, terdapat beberapa faktor yang dapat melatarbelakangi hal tersebut, yakni rasa gengsi yang tinggi, rasa tidak pernah puas akan sesuatu, perasaan puas ketika belanja di tempat modern dengan total biaya yang banyak, mengikuti trend agar tidak dikatakan cupu, dan lain-lain.
Logikanya seperti ini, kita mampu membayar tagihan belanja di mall/supermarket/pusat perbelanjaan lainnya dengan total harga yang banyak tanpa ragu, otomatis kita juga mampu untuk membayar/membeli dengan harga yang sewajarnya tanpa menawar di pedagang kecil. Karena dengan tidak menawar di pedagang kecil, dapat membantu pendapatan, pemberdayaan, dan pemenuhan kebutuhan hidup para pelaku ekonomi menengah ke bawah. Di balik para pedagang kecil juga terdapat banyak harapan yang bergantung padanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H