Fenomena ini aku tulis setelah mendengar percakapan tawar menawar antara ibu-ibu pembeli dengan tukang sayur. Begitu kekehnya ibu-ibu itu menawar dagangan tukang sayur tersebut dengan harga murah, kira-kira percakapannya seperti ini:
Ibu-ibu: "Berapa harga sayur ini bang?"
Tukang sayur: "Tujuh ribu rupiah saja, Bu."
Ibu-ibu: "Dua ribu saja ya? Ini kan sudah stok terakhir."
Tukang sayur: "Tidak bisa, Bu. Harganya memang segitu."
Ibu-ibu: "Ayolah dua ribu rupiah saja lah."
Aku tak mendengar lagi jawaban tukang sayur, sepertinya tukang sayur itu berat untuk melepaskan dagangannya dengan harga murah. Tak berselang lama kemudian, aku mendengar suara suami dari ibu-ibu tersebut berteriak..
Suami ibu-ibu: "Bang, kasih aja sayurnya dua ribu rupiah."
Ibu-ibu: "Dua ribu rupiah ya, Bang?"
Tukang sayur: "Ya sudah, dua ribu rupiah, Bu."
Dialog-dialog tersebut sering kita dengar dan kita jumpai, bahkan kadang-kadang kita lah pelakunya. Tawar menawar merupakan suatu aktivitas yang sering dilakukan oleh pembeli dengan pedagang. Sering kali tawar menawar ini berujung dengan kesepakatan yang hanya menguntungkan salah satu pihak saja. Namun, kegiatan tawar menawar ini sangat berbanding terbalik ketika berbelanja di supermarket, mall, atau pusat perbelanjaan lainnya.