Mohon tunggu...
Devianne Putri
Devianne Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa tingkat 2 yang mengambil jurusan ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Korelasi antara Kritik Sosial dengan Kehidupan Bermasyarakat

9 Juni 2022   13:20 Diperbarui: 9 Juni 2022   13:42 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kritik sosial memang sangat diperlukan dalam kehidupan dari zaman dahulu hingga saat ini. Setiap orang harus memiliki kebebasan untuk menyampaikan pendapat maupun mengkritisi beragam fenomena sosial yang mempengaruhi hak, kehidupan, maupun negara. Kritik sosial dapat disampaikan secara langsung melalui lisan, jurnal ilmiah, maupun di zaman yang serba canggih teknologi, setiap orang dapat menyampaikan kritik melalui media sosial. 

Selain itu, beragam kritik sosial juga dapat disampaikan melalui lagu-lagu, drama, karikatur, film, serta bentuk fiksi lainnya. Kritik sosial juga dapat disampaikan melalui karya sastra, puisi, tindakan simbolis, dan lain sebagainya untuk menandakan bentuk kontra terhadap keputusan atau protes atas keadaaan masyarakat yang tengah terjadi.

Sebab, masyarakat memang merupakan kelompok manusia terbesar yang tentu memiliki beragam pemikiran yang berbeda-beda namun dalam kehidupan bersosial tentu pemerintah harus menetapkan keputusan yang terbaik dalam pandangannya untuk negara. Maka dari itu, dalam kehidupan bermasyarakat akan terdapat banyak pendapat pro kontra baik untuk negara maupun kehidupan bersosial.

Jika dilihat berdasarkan konstitusi, maka menyampaikan pendapat di muka umum dijamin dalam Pasal 28 Undan- Undang Dasar 1945 yang berbunyi "Kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.

Pada era saat ini, pendapat tidak hanya bisa disampaikan di muka umum. Melalui teknologi yang canggih masyarakat mengalami ledakan emansipasi serta menganggap media sosial sebagai ruang untuk menyampaikan pendapat, opini, kritik secara konstruktif, namun sebagian orang tidak memahami cara menyampaikan pendapat yang benar. Sehingga sebagian orang menyampaikan pendapat secara brutal dan tidak beretika yang terpenting emosi dan pendapatnya tersampaikan secara puas.

Kritik sosial dapat dijadikan sebagai alat control sosial dalam menjalankan sebuah sistem atau proses hubungan bermasyarakat sehingga para masyarakat dapat menghormati serta menjalankan kehidupan bersosial sesuai dengan adat, norma, dan nilai-nilai yang berlaku. Beragam bentuk kritik sosial yang tentu memiliki pengaruh serta dampak yang penting dalam kehidupan bermasyarakat. 

Perubahan yang mungkin terjadi di dlam masyarakat berbentuk nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dalam wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya (Soerjono Soekanto, 2006: 30)

Kritik sosial tidak hanya dapat disampaikan oleh elit politik yang berkesinambungan dalam sistem pemerintahan, namun juga dapat disampaikan oleh masyarakat secara bebas tanpa memandang dari status sosial, usia, dan lain sebagainya. 

Maka dari itu, seluruh lapisan masyarakat dapat dengan bebas untuk menyampaikan pendapat, masukan yang bersifat konstruktif, maupun opini pribadi mengenai beragam aspek agar kehidupan bermasyarakat dapat terus berjalan secara stabil dan masyarakat terpenuhi hak masing-masing tanpa ada pihak yang dirugikan, merasa terintimidasi, serta dapat menjadi pondasi dalam membangun negara yang damai.

Namun jika dilihat saat ini, kritik sosial di negara Indonesia yang menganut sistem demokrasi terasa sedikit terbatasi. Sebab, masih banyak terjadi pembungkaman pendapat sehingga negara Indonesia belum bisa disebut sebagai negara demokrasi yang sempurna. 

Dapat diambil contoh sosok comedian yang melakukan kritik politik melalui komedi namun mendapatkan ancaman dari pihak yang tidak jelas atau dapat dikatakan buzzer. Para buzzer melakukan beragam ancaman, serangan, bahkan fitnah terhadap sebagian sosok yang mengkritisi dengan tetap memperhatikan etika. 

Apabila segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh para buzzer dikaitkan dengan demokrasi tentu hal tersebut sangat bertolak belakang dan tidak berkorelasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi, seharusnya masyarakat dapat dengan bebas mengeluarkan suara mereka demi negara tercinta, namun pendapat masyarakat tidak dapat disampaikan dengan lantang dan bebas demi keamanan masyarakat itu sendiri.

Maka dari itu, sebagian masyarakat lebih memilih untuk diam dibandingkan menyampaikan kritik serta pendapat mereka. Sebab, rasa takut dalam diri masyarakat menghantui dan terus terbayang para sosok kritisi sebelumnya yang mendapatkan banyak ancaman dimana keamanan mereka tidak terjamin. Masyarakat tentu merasa trauma serta merasa hak bersuaranya terancam dan tidak terpenuhi.

Namun jika dilihat dari sisi lain, tidak sedikit masyarakat yang menyampaikan pendapatnya tidak menggunakan etika. Terlebih di media sosial, terdapat beberapa masyarakat yang menyampaikan kritik serta memprovokasi sehingga tercipta beragam kegaduhan. Selain itu, banyak pula masyarakat yang menjadi terprovokasi dan percaya oleh opini yang mengandung provokasi tersebut. Tentu hal ini mengancam persatuan dan kedamaian negara indonesia. Masyarakat menjadi terpecah belah, dan emosi mereka menjadi berapi-rapi dengan opini yang belum dapat dijamin faktanya.

Kritik sosial tidak hanya disampaikan untuk pihak pemerintah, namun juga masyarakat luas. Kritik sosial dapat disampaikan dalam berbagai bidang seperti pendidikan, sosial, ekonomi, agama, budaya, dan lain sebagainya dengan tujuan agar menjadi lebih baik dan terarah. Sehingga, dalam menyampaikan atau menerima kritik sosial di beragam bidang diperlukan etika dan sikap saling menghargai satu sama lain. Agar tujuan, pendapat, dan opini dapat tersampaikan dengan baik tanpa menyinggung, terjadi salah paham, atau merendahkan salah satu pihak.

Jika kritik sosial disampaikan dengan baik, tentu kedua belah pihak akan merasa dihargai dan dihormati. Sehingga tidak terjadi gesekan yang merugikan. Maka dari itu, mari mulai sekarang lakukan kritik sosial dengan tetap memperhatikan etika dan sikap saling menghargai. Agar persatuan tetap terjaga dan kehidupan bernegara menjadi semakin sempurna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun