Mohon tunggu...
Devi P. Wihardjo
Devi P. Wihardjo Mohon Tunggu... Editor - Hidup Yang Menghidupkan

Pemerhati Pemerintahan, Politik, Sastra, Filsafat, Ekonomi Indonesia, Pendidikan dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sebuah Kritik Peradaban: Predator itu Bernama Waktu

18 November 2021   18:15 Diperbarui: 18 November 2021   18:20 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua manusia hampir tak pernah bisa melawan waktu, manusia menjadi tua dengan begitu saja karena waktu yang tak bisa dilawan, ya..waktu punya kesamaan dengan sembilu yang diam ditempat tapi kita sendiri yang datang padanya. Bahkan ada yang menyebut waktu itu uang, ada juga yang menyebut waktu adalah dewa kematian, waktu bisa punya banyak warna, rasa dan bentuk.

Waktu juga bisa menuju dimensi sosial dan budaya, setiap negara punya persepsi beragam soal waktu, ada yang menganggap waktu lebih berharga daripada nyawa ada juga yang menganggap waktu itu sefleksibel karet yang bisa dibentuk dan dimaknai sesuka hati.

Namun, bisakah kita melawan waktu?, bisakah kita tak diperbudak waktu?, lalu mengapa banyak manusia yang justru memberontak kekakuan waktu.

Kira-kira beginilah dimensi waktu secara objektif dalam pikiran manusia:

 "Kau sudah tua, lalu mengapa bertingkah seperti anak muda?, kau pantas kupanggil kakak tapi mengapa kau lebih suka setara?"

"Kau masih muda tapi suka sekali bertingkah layaknya orangtua, masih sekolah pacarmu kau panggil mama/papa padahal menikahpun kau belum"

"Kau rela membuat roda waktu berjalan lamban dengan merawat diri hingga orang tak sadar kau menua"

"Kau bekerja siang malam, hujan panas, lalu kau membohongi diri dengan bilang tak punya waktu"

"Kalau kau lahir lebih dahulu dari aku maka pantaslah kupanggil kakak, jika aku lebih lambat lahir darimu pantaslah kau panggil aku adik, begitu caraku menghormatimu"

Lalu saya berontak dan mengkritik manusia-manusia yang gagal paham soal waktu itu

Saya dalam hening dan kesendirian sebab saya berjalan di Lorong sepi tanpa teman, memeluk sendu senja didalam pelukan dingin. Melihat langit-langit peradaban yang mulai riuh dengan persepsi manusia.

Kemudian pertanyaan saya juga ikut melangit, meski seperti asap yang tak bisa digengam

Saya yang bagai jijik disentuh peradaban, mencoba memurnikan fitrah manusia yang kadung membuat waktu begitu remeh (sebab pusing jika dipikirkan).

Pertanyaan awal, Mana dulu diciptakan manusia atau waktu? Hingga saat ini ilmuan terhebat belum ada yang bisa memecahkan misteri itu, tapi mengapa kita rela menjadi budak waktu, jika sendiri tak tahu apa dan bagaimana dengan waktu. Seolah waktu itu jarum jam yang bergerak dan kita dipenuhi kekhawatiran akan terhempas dari kehidupan bumi yang riuh sesak. Bahkan kebenaran mutlak tentang waktu saja belum pernah bisa ditemukan.

Waktu hanya bisa didefinisikan dengan sederhana tapi berujung kerumitan kritis yang berakhir pada pemikiran soal 'Betapa berharganya waktu'. Waktu bagai hal Ghoib yang ADA dan harus dipercaya.

Lalu dahimu berkerenyit melihat orang-orang yang mencoba melawan waktu, kau mual keheranan bahkan berujung otakmu kosong dan mencari-cari pembenaran.

Padahal kau tak paham pula makna waktu, tapi dengan rela menjadi budaknya. Bahkan Tuhan tak pernah menyebutkan kapan dan bagaimana kau akan mati, tapi kau sudah ketakutan kepada waktu.

Kau tak pernah tau apa dan bagaimana jodohmu, tapi kau lebih suka melihat segalanya dari dimensi waktu, pria/wanita ini harus lebih muda atau lebih tua dariku setidaknya jangan sampai menjadi cibiran bagi kehidupan sosialmu. Lebih baik mengorbankan kebenaran pribadi daripada mengorbankan kebenaran umum.

Dimensi waktu menjadi momok menakutkan bagi penggila hari akhir, khawatir belum ini itu sebelum mati, takut belum berbuat baik sebelum mati, khawatir belum punya bekal menuju akhirat. Hidup manusia yang berharga ini dihantui dengan kematian, apakah itu benar atau salah, kita tak pernah tau jawabannya, kita hanya terus saja mendengar orang lain berceramah tanpa bertanya kepada diri sendiri kebenarannya.

Mari memperjelas apa itu Waktu? (Clarifying Concept):

 

Augustinus

Jadi apa itu waktu?, jika seseorang tak menanyakan pertanyaan itu aku tahu, jika seseorang pengajukan pertanyaan itu dan aku mau memberi penjelasan, aku tak tahu lagi

Agustinus memang tidak pernah berhasil memberikan definisi waktu, tetapi bukan berarti dia tidak memberikan kontribusi dalam diskusi tentang waktu.

Kahlil Gibran: Sang Nabi

Seorang astronomi bertanya, guru bagaimanakah perihal waktu? Dijawab oleh sang guru: Dan bukankah sang waktu itu sebagaimana hakekat cinta kasih, tiada mengenal batas ukuran, serta tak dapat dibagi?. Tapi apabila ada keharusan dalam pikiran untuk membagi sang waktu kedalam ukuran musim demi musim lainnya. Serta biarkanlah masa kini memeluk masa lampau dengan kenangan.

Malik Bennabi

Waktu adalah sungai yang mengalir ke seluruh penjuru sejak dahulu kala melintai pulau, kota dan desa, membangkitkan semangat dan meninabobokan manusia. Ia diam seribu bahasa, sampai-sampai manusia tak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya, walaupun segala sesuatu selain Tuhan tidak akan mampu melepaskan darinya.

Plato

Waktu dibuat dengan dunia. Plato mengatakan: waktu muncul bersama-sama dengan surga karena keduanya menjadi secara bersamaan

Aristoteles

Dunia diciptakan dalam waktu yang merupakan perluasan tak terbatas dan berkesinambungan. Bagi Aristoteles padangan Plato memerlukan titik waktu sebagai awal waktu yang memiliki waktu sebelumnya, gagasan ini tak terbayangkan oleh Aristoteles.

Newton

Peradaban Eropa modern melihat waktu sesuatu yang linier dan terbatas.

1) Waktu bergerak lurus dan terbatas.

Waktu terdiri atas masa lalu, sekarang, dan masa depan. Ketiganya hal berbeda, meskipun saling berhubungan. Jika sudah berlalu, maka waktu tak bisa kembali lagi. Pandangan ini akar slogan yang terkenal. Yaitu: Waktu adalah uang.

Artinya waktu adalah sumber daya yang bisa habis dipakai. Jika waktu dipakai tak produktif, maka seperti membuang uang. Pandangan ini membuat manusia merasa terus dikejar waktu. Sehingga orang modern sering terburu-buru Agar cepat beres urusannya.

2) Waktu bergerak sirkulasi

Waktu dipandang sebagai lingkaran. Yang akan terus berputar ulang. Waktu tak lurus. Tak terpisah dulu, sekarang, dan masa depan, Tapi berputar ulang. Segala sesuatu akan berputar ulang Dan membentuk suatu pola yang tetap. Waktu bukan sumber daya yang terbatas. Tapi waktu adalah sumber daya tak terbatas. Karena waktu akan berulang terus.

Falsafah Jawa Cakra Manggilingan

Hidup itu berputar dan bergantian. Yang dulu kalah. Suatu saat bisa berganti menang. Dan sebaliknya. Yang dulu menang. Suatu saat bisa berganti kalah. Begitu seterusnya.

Kuncinya adalah Triwikrama, Jika ingin menang. Maka harus memahami dan menguasai 3 hal pokok, yaitu:

1. Masa lalu.

2. Masa sekarang.

3. Masa depan.

Bukan hanya tak pernah terjawab, waktu juga kerap masih menjadi perdebatan alot sejak abad pertengahan, Agustinus membagi waktu menjadi dua, waktu objektif dan waktu subjektif. Waktu objektif adalah waktu yang berada mandiri di luar manusia atau subjek, waktu subjektif adalah waktu menurut akal budi.

Immanuel Kant mengkritik waktu objektif, waktu berada dalam diri manusia bukan di luar dan secara mandiri terpisah dari manusia. Contoh; ketika anda bersama kekasih anda maka waktu akan terasa sangat cepat. Hal menjadi berbanding terbalik ketika anda duduk di atas tungku panas selama sedetik. Waktu seakan akan terasa sangat lama. Inilah yang dinamakan waktu subjektif, Pernyataan ini nantinya akan dikembangkan oleh Albert Einstein.

Ruang selalu terikat dengan waktu, dan waktu selalu terikat oleh kesadaran manusia. Manusia akan terus mengada dalam ketiganya (ruang, waktu, dan kesadaraan) dalam satu kesatuan. Dalam keseharian manusia selalu berhubungan dengan sesamanya dan berinteraksi. Dalam interaksinya manusia menemukan makna akan kehidupannya, ada bersama dengan sesamanya dinamakan Mitdasein oleh Heidegger. Bagi Heidegger, waktu adalah horizon manusia, ia terlempar di dunia (Dasein)

Eksperimen Ilmuan Hafele-Keating 

Cepatnya waktu berlalu tergantung pada situasi dan kondisi. Jika Anda bepergian dengan kecepatan super-relativistik, yang mendekati kecepatan cahaya, atau berada di dekat lubang hitam (dan entah bagaimana tidak dihancurkan olehnya) waktu yang Anda alami akan kurang dari waktu yang dialami orang lain

Imajinasi Manusia Tentang makna 'Waktu' dalam kehidupan sosial:

  • Waktu adalah objek makna manusia: Muda-tua, masa lalu-masa kini, primitive-kuno-moderen
  • Manusia dengan imajinasinya menangkap waktu bukan tentang detik, menit, jam, hari, bulan, tahun sebagai kalender (Masehi, Hijriah, Jawa, China)
  • Mitologi waktu: Hari aktifitas, hari libur, hari baik-buruk, weekend-weekday

Waktu termasuk hal yang sudah uzur di Bumi, ia jelas-jelas ada tapi manusia kerap terlena dalam imajinasinya dan membiarkan semua terjadi tanpa bisa mengendalikan, Bagaimana dengan hidup melawan waktu? Pria/wanita yang memilih hidup melawan waktu jauh lebih sehat dibanding orang yang menerima dengan begitu saja perubahan pada tubuhnya, melawan waktu dalam hal ini ingin terlihat awet muda dengan terus berolahraga menjaga Kesehatan dan bergaul dengan yang lebih muda agar terus bisa berjiwa muda.

Pertanyaan akhir, Mengapa seringkali kehidupan sosial manusia membatasi pemikiran subyektif kita, sementara kehidupan ini diciptakan tak sama satu sama lain. Kehidupan sosial yang kadang semena-mena bagi pandangan subyektif kita acap kali membuat tergilas zaman dan kalah pada perubahan.

Bagaimana juga orang-orang yang memilih terbebas dari waktu, ini muncul ketika kehidupan sosial akhirnya mengartikan waktu adalah uang, maka banyak orang yang melawannya dengan yang disebut 'Kebebasan finansial'. Manusia yang terkungkung makna obyektif dari waktu seringkali hanya terbawa arus zaman dan akhirnya menjadi korban peradaban.

jika ingin menang dari waktu maka lawanlah dan bebaskanlah jiwamu dari penjara waktu dan jebakan pandangan orang lain selain dirimu, jangan biarkan waktu jadi predator bagi kehidupan manusia. Biarkan waktu berjalan tapi jangan sampai memakan Nurani manusia, bahkan waktu hanya menyisakan ingatan-ingatan dimasa lalu dan hanya bisa dirasakan 'Saat ini' dan hanya bisa menerawang 'masa depan'.

Tanyakan pada diri, apa yang kau inginkan pada waktu?, kau ingin terbebas dari jerat waktu atau kau hanya ingin mengalir saja?, semua itu adalah keputusan pribadi yang juga harus dihormati. Akan tetapi tentu peradaban butuh sumbangan pemikiran manusia, pertanyaan berikutnya, apa yang kau lakukan hari ini untuk membangun peradaban di masa depan?

Bolehkan kita tak memakan dan dimakan waktu?, apakah waktu memiliki ruh atau berjalan seperti robot yang diperintah?, apakah waktu juga bagian dari hukum alam?

Selamat berjalan bersama WAKTU dan terus bertanyalah, sebab keterbatasan adalah tak terbatas, kosong adalah isi, sedih adalah bahagia, gelap adalah terang...dan Aku adalah kamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun