Mohon tunggu...
Devi Diany
Devi Diany Mohon Tunggu... Jurnalis - padangdaily.com

Penulis, Jurnalis dan Advokat, tinggal di Padang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Realita Indonesia Hari Ini dan Target Indonesia Emas 2045

6 Juli 2024   11:19 Diperbarui: 7 Juli 2024   06:42 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari pertama, Lemhannas menghadirkan narasumber Deputi Kebangsaan Lemhannas RI Mayjen TNI Rido Hermawan, M.Sc dengan materi Sejarah Lemhannas dan Kehidupan Bernegara. Kemudian dilanjutkan Laksamana Muda TNI (Purn) Robert Mangindaan tentang Perkembangan Lingkungan Strategik.

Sang narsum memberikan banyak clue dan mengajak peserta untuk berpikir kritis untuk memahami realita dihadapannya. Salah seorang tenaga ahli professional Lemhannas ini melontarkan ungkapan "evil deed in order to pursue good things" atau dapat diartikan sebagai melakukan kejahatan untuk tujuan kebaikan. Lalu Robert merujuk beberapa buku, di antaranya Greed is Good karya Milton Friedman dan buku Simulacra and Simulation karya Jean Baudrillard.

Saya sangat ingin tahu dan mencoba mencari referensi tentang buku-buku tersebut. Hasilnya luar biasa. Milton Friedman adalah seorang ekonomi libertarian yang mengilhami gagasan ekonomi "keserakahan itu baik" yang disarikan dari tulisan sang ekonom tahun 1970 berjudul "Tanggung Jawab Sosial Bisnis adalah Meningkatkan Keuntungan".

Selanjutnya pemikiran Jean Baudrillard dalam bukunya Simulacra and Simulation cukup relevan dengan kondisi kekinian, di tengah dahsyatnya perkembangan teknologi informasi. Menurutnya,  teknologi digital dan media menciptakan simulasi yang begitu kuat dan seakan nyata sehingga realitas itu sendiri menjadi samar dan terdistorsi. Digitalsasi dan media mengaburkan batas antara realitas dan imajinasi.

Materinya sungguh membuat kita tersentak dan sekaligus menggugah kesadaran jika bangsa ini sedang tidak baik-baik saja. Bahkan saya pribadi awalnya cukup mengkerut dan sedikit pesimis dengan Indonesia di masa depan, tetapi kemudian tersadar dan  berbalik sangat optimis untuk membalik keadaan. Sebab banyak sekali yang tidak kita ketahui, atau banyak informasi yang beredar tetapi yang sampai hanya kabar baik yang menyenangkan hati. Tentunya hal itu tak mewakili realita yang sesungguhnya.

Dari pemaparannya itu, Robert menyimpulkan, Indonesia mengalami krisis saat ini, di antaranya krisis identitas, krisis integritas dan krisis kepemimpinan. Dewasa ini ada anak bangsa yang tidak suka dengan nilai-nilai Pancasila, mereka justru suka materialistik dan hedonistik. Lalu berbagai kasus yang menjerat para pengadil (hakim), benteng terakhir bagi masyarakat dalam mencari keadilan justru mereka yang terjerumus di sana. Dan, pada akhirnya terjadi paceklik negarawan.

"Dengan kondisi negara hari ini, maka kami mengaku sebagai generasi yang gagal. Maka tanggung jawab itu akan beralih kepada anak bangsa yang akan memimpin negeri ini ke depan," katanya.

Setelahnya saya renungkan kata-katanya. Sungguh ungkapan jujur yang tak akan kita dengar dari bibir mereka yang lainnya. Ungkapan yang pastinya tidak mudah diucapkan dengan segala konsekwensinya. Dari kata-katanya itu pula, semangat itu muncul untuk mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam 4 konsesus dasar bangsa, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

Pada akhirnya sikapnya patut diacungi jempol dan saya menyebutnya sebagai seorang nasionalis yang bertutur apa adanya dan menjelaskan hal-hal yang patut diketahui oleh semua. Bukankah negara ini terbentuk dari kesepakatan bersama anak bangsa.? Disadari atau tidak, materi yang disampaikan Laksamana Muda TNI (Purn) Robert Mangindaan di depan peserta dialog itu, menjadi pemantik untuk membangkitkan semangat dan menggelorakan nasionalisme peserta tentang "Saya.. Indonesia". Dan disadari atau tidak, tetap ada yang merasa terusik.

Pemateri lainnya, Yulizal Yunus Dt. Rajo Bagindo yang juga Pengajar Islam dan Kebudayaan Minangkabau serta Dewan Pakar LKAM Sumbar menyajikan materi Ketahanan Nasional dan Kewaspadaan Nasional dari Pespektif Kearifan Lokal. Ia membeirkan solusi mengatasi berbagai tantangan kebangsaan itu dengan kearifan lokal.

Implementasi Nilai-nilai Kebangsaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun