Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing : Bahrul Munib, M. Pd. I
Oleh:
Devi Setya Prastika
NIM T20191069
A.  Sekolah Sebagai Lembaga Sosialisasi dan Pembentukan Karakter Anak.
Sosialisasi merupakan metode dalam berinteraksi antara individu satu dangan individu lainnya. Dari interaksi tersebut seorang individu akan membentuk pola pada kepribadiannya. Sosialisasi yang di selenggarakan pada jenjang pendidikan mengarahkan siswanya pada budaya dan tata tertib yang telah dikeluarkan oleh pihak sekolah, gunanya untuk mengontrol dan memonitoring peserta didik di dalam lingkungan sekolah tersebut, sehingga menjadi kebiasaan yang baik yang dapat dibawa ke dalam lingkungan masyarakat.
Dalam hal sosioalisasi ada beberapa wadah yang membentuk karakter sosial anak diantaranya adalah keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, dan teman sebaya. Sedangkan Karakter sendiri merupakan reaksi atas rangsangan yang berhubungan dengan ketuhanan, kemanusiaan, lingkungan, tatanan masyarakat yang berupa adat istiadat, budaya dan norma-norma yang berlaku dalam tatanan tersebut, dan diri sendiri. Dari salah satu cuplikan ini dapat menjadi penguat bahwasanya lingkungan sekitar individu itu sangat ikut andil dalam  perbuatan pembentuk karakter diri individu tersebut. Â
Pendidikan karakter menurut Lickona merupakan usaha sadar guna membentuk seorang individu untuk menjalankan nilai-nilai etika yang harus dijalani, memperhatikan dengan seksama, dan proses pemahaman individu itu sendiri. Dalam sebuah pendidikan karakter memerlukan strategi dan metode yang khas atau istimewa agar tujuan dapat ter realisasikan  dengan optimal. Contoh metode yang sudah sesuai seperti metode reward ( hadiah atau pujian) , punishment (hukuman), dan refraction (pembiasaan)Â
 Menjadi bagian dari masyarakat, setiap individu terutama anak-anak harus diajarkan mengenai sosialisasi karena dalam bermasyarakat mereka dituntut menjadi individu yang sosialis dan bukan menjadi individu yang anti sosial. Maka dari itu proses sosialisasi diajarkan pada lembaga pendidikan  salah satunya yaitu sekolah.
Abu Ahmadi membeberkan tentang proses-proses sosialisasi seperti berikut ini:
1.  Proses mengkaji atau belajar dengan menahan, mengubah rangsangan-rangsangan pada dirinya dan mengambil alih kebudayaan setempat. Maksudnya menyampingkan keegoisan atau sesuatu yang tidak sesuai dengan lingkungan masyarakat  yang ada dalam diri individu itu dan melihat lalu menggantinya dengan aturan-aturan atau kebiasaan yang dianut oleh lingkungan setempat.
2. Mempelajari kebiasaan, kebudayaan, adat istiadat, sikap, gaya hidup, dan pola-pola hidup tempat dia berpijak atau hidup. Seperti halnya ajaran dari orang tua dulu bahwasanya dimanapun dan kapanpun kita melangkah dan berdiri diatas tanah itu maka kita wajib menurut akan norma-norma atau kebiasaan daerah tersebut.
3. Semua budaya, pola-pola, sikap, gaya yang telah dipelajari tersebut ditanamkan pada diri individu dan dikembangkan untuk menanamkan kepribadian yang baik sesuai ranah masyarakat tersebut. Â
George Herbert Mead menyatakan empat tahap sosiologi yang berbeda-beda namun saling berkaitan diantaranya:
1. Tahap persiapan dimana tahap yang di lalui oleh bayi dari lahir sampai mengenali lingkungannya. Baik dengan tindakan, suara atau hal-hal yang berada disekelilingnya namun bayi ini belum dapat merespon dengan sempurna. Contohnya bayi menanggapi suara atau gerakan dengan bahasa dan gayanya sendiri seperti ngoceh bayi.
2. Tahap meniru disini merupakan tahap yang dibilang sudah sempurna karena terjalinnya interaksi atau komunikasi batin maupun verbal yang sifatnya timal balik.
3. Tahap bertindak adalah tahap meniru yang jarang dan pada tahap ini digantikan dengan tindakan atau melakukan hal-hal secara sadar, menjalani hubungan berkelomok, menyadari peranan dirinya di lingkungan masyarakat setempat, dan mengerti atau memahami norma-norma maupun tatanan masyarakat.
4. Tahap penerimaan norma kolektif, diposisi ini individu disebut sebagai seseorang yang sudah dewasa karena disini dia sudah mengetahui sepenuhnya dengan norma-norma, agama, hukum, sosial yang ada. Dan di posisi inilah orang-orang diberi gelar warga negara yang sebenarnya.
Sosialisasi dibagi menjadi dua jenis diantaranya adalah sosialisasi primer (ranah keluarga) dan sosialisasi sekunder (ranah masyarakat).
 1..  Sosialisasi primer yang menurut Peter. L, Luckmann, dan Berger adalah sosialisasi pertama yang di alami oleh seseorang individu di masa kecil yang belajar menjadi bagian dari keluarganya. Usia 1-5 tahun atau yang belum terjun di lingkungan sekolah adalah usia dimana berlangsungnya sosialisasi primer ini. pola kepribadian anak akan sangat didominasi oleh kepribadian dan interaksi yang terjadin oleh anak dengan masyarakat keluarganya. Dikarenakan anak mulai bergaul dan mengenal lingkungan dan anggota keluarga. Secara berjenjang dia mulai dapat membedakan dirinya dengan keluarga lainnya. Maka dari itu interaksi keluarga sangat lah pentik dikarenakan anak memiliki keterbatasan berinteraksi didalamnya.
2. Sosialisasi sekunder merupakan tahap lanjutan dari sosialisasi primer dimana individu diperkenalkan oleh anggota masyarakat tertentu. Seperti desosialisasi dan resosialisasi. Dimana pada desosialisasi individu mengalami pencabutan identitas lama contohnya anak yang dulu masih kanak-kanak sekarang sudah dalam fase dewasa. Resosialisasi merupakan penerimaan identitas baru seperti identitas kedewasaan pada individu.
Durkheim berpendapat bahwasanya sekolah merupakan tempat sosialisasi yang bertujuan untuk menjadikan anak-anak atau siswa-siswanya menjadi rakyat yang efektif dan bertoleransi dalam tatanan masyarakat. Sekolah bukan hanya sebagai tempat pertukaran ilmu, melainkan sekolah termasuk tempat bimbingan dan interaksi kepada semua warga sekolah sehingga mereka memiliki kepribadian yang baik. Kepribadian mereka terbentuk dengan sendirinya mengikuti perkembangan waktu. Oleh karena itu, untuk menjadikan siswa memiliki kepribadian yang baik sekolah menciptakan beberapa peraturan atau tata tertip yang dengannya akan ditaati oleh semua insan yang ada disekolah tanpa membedakan golongan sosial mereka entah itu kaya, miskin, cantik, jelek atau tampan itu sama rata dan bagi pelanggar peraturan tersebut sekolah juga menerapkan sanksi yang tegas sesuai masalah yang dilanggarnya sehingga mereka dapat menjadi individu yang disiplin. Selain itu, dalam pembentukan kepribadian anak juga dibimbing untuk menyongsong masa depan yang lebih baik dengan menanamkan sikap percaya diri. Beberapa contoh yang dapat dilangsungkan dalam pembentukan kepribadian yakni dengan mengajarkan pendidikan agama, moral, etika, dan kesusilaan terhadap anak karena dengan agama dan moral mereka akan memiliki kehidupan yang terarah dan tidak goyah disaat ada badai yang menerjang. Adanya ekstrakulikuler dalam sekolah seperti pramuka dan organisasi siswa intra sekolah yang pada dasarnya mengajari pesertanya untuk memiliki sikap kepemimpinan, disiplin, dan mandiri.Â
Â
Dalam bimbingan yang di tujukan untuk membentuk kepribadian siswanya, pendidik harus memiliki personalitas yang baik seperti pemberian motivasi terhadap siswanya, memiliki sikap yang baik yang bisa digugu dan ditiru oleh siswanya, dan memiliki nilai positif untuk lingkungan sekolah dan seisinya. Dengan itu siswa dapat menjadi individu yang baik dan dapat memfilter sesuatu yang berdampak positif maupun berdampak negatif untuk kepribadiannya terlebih lagi pada zaman sekarang yang sangat terpengaruhi oleh globalisasi yang sangat pesat dalam perkembangannya.Â
Â
Prinsip-prinsip pembentukan sebuah karakter anak.
1. Manusia dipengaruhi oleh dua aspek antara lain yang terkandung dalam dirinya memiliki sumber kebenaran dan yang luar dari dirinya seperti lingkungan merupakan dorongan sadar.
2. Pendidikan karakter tidak percaya bahwa roh, jiwa dan badan itu berpisah. Karena mereka menganggap nilai-nilai utama yang membimbing prilaku itu merupakan bukti karakter. Nabi pernah berkata pada salah satu hadist nya bahwa sanya perasaan, roh, jiwa, dan badan merupakan komponen-komponen yang membentuk iman.
3. Mengutamakan adanya kesadaran yang muncul secara ikhlas dan sepontan untuk menanamkan karakter yang baik. Sehingga mereka memiliki daya saing dan daya perjuangan hidup.
4. Mengarahkan seorang individu menjadi seseorang yang sadar akan dirinya, lingkungan, dan memperbaiki diri dengan ilmu yang ia punya. Sehingga dia dapat diandalkan dari sisi intelektual maupun sisi spiritual.
Formula 4 M dalam membentuk karakter menurut Socrates dan Ratna Megawangi yaitu;
1. Mengetahui
2. Mencintai
3. Menginginkan
4. Mengerjakan
Poin-poin diatas ini akan membentuk sesuatu yang berkesinambungan. Formula itu memiliki arti bahwasanya kepribadian itu yang dilakukan dengan kesadaran yang utuh sedangkan kesadaran yang utuh itu sesuatu yang dilakukan dalam keadaan sadar, yang dicintainya, dan diinginkannya. Dari itulah hal-hal yang telah diajarkan membuat siswa mengerjakannya dengan suka rela dan sadar.
Koesoema memberikan rumusan agar pendidikan karakter menjadi efektif harus menerapkan tiga rancangan berikut:
1. Pendidikan karakter bedasarkan pada kelas.
Rancangan ini berdasarkan pada hubungan guru sebagai pengajar dan siswa yang menjadi murid ajar dalam kelas. Tidak hanya guru yang monolog namun dikalas merupakan ajang interaksi antara guru dan murid membahas suatu materi. Memberikan arahan, pemahaman dan membentuk situasi kelas yang kondusif dan nyaman.
2. Pendidikan karakter berdasarkan pada kultur ( kebudayaan) sekolah
Membangun kultur atau kebudayaan sekolah yang mampu membangun dan membentuk karakter siswa dengan perantara sosial sekolah sehingga nilai-nilai yang dibangun tertanam. Menanamkan nilai seperti nilai kebaikan, kejujuran tidak serta merta hanya dengan perintah yang tersurat maupun tersirat namun harus ada tindakan penguat guna nilai-nilai tersebut dapat terrealisasikan dengan optimal. Tidak cukup dengan pesan moral saja tapi harus diadakat pembentukan kebudayaan sekolah yang tegas dan selaras dengan nilai-nilai kejujuran.
3. Pendidikan karakter berdasarkan pada komunitas.
Dalam proses mendidik dan pengajaran, anggota atau kelompok yang berada dalam kelembagaan sekolah tidak beroprasi sendiri. Organisasi atau komunitas di luar kelembagaan sekolah juga memiliki andil besar dalam membentuk kepribadian dan karakter anak seperti halnya keluarga, masyarakat, dan negara mereka memiliki tanggung jawab untuk menggabungkan moral dalam kehidupan mereka. Contohnya saja bilamana tatanan negara lemah akan penegakkan hukum, ketika mereka yang bersalah tidak mendapatkan sanksi, ketika mereka yang korupsi dan tidak jujur malah dibiarkan maka dari itu negara telah mendidik warga negaranya menjadi warga yang acuh dan tidak menghargai makna sosial bersama. Padahal manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan pernah lepas atas orang lain.
B. Makna SekolahÂ
Sekolah terbentuk dari kata skole dari bahasa latin yang berartikan waktu luang. Maksutnya disini adalah waktu senggang anak dimana waktu yang lain digunakan untuk bersenang-sengang, bermain, tertawa, dan bergembira untuk menikmati masa-masanya kecil. Dimana waktu luang dari waktu ini adalah proses belajar tentang masalah intelektua, moral, sosial, budi pekerti, kesehatan, dan kesenian. Dengan bimbingan oleh seseorang yang mahir dalam bidang psikologi anak sehingga anak dapat menciptakan dunianya dalam pembelajaran tersebut tanpa adanya tekanan.
Hurlock menyampaikan bahwasanya sekolah merupakan lembaga yang menjadi faktor penting dalam menunjang perkembangan anak, kepribadian anak, psikomotorik, kognitif, dan afektivitas anak. Peranan sekolah sangat menunjang dalam adaptasi seorang individu
sehingga ia bertranformasi menjadi orang yang memiliki nilai sosial tinggi dan bisa bermanfaat untuk bangsanya.
Pembelajaran akademik di lembaga sekolah menurut Alasdair McIntyre adalah sebuah praktek dalam teori.
Di sekolah banyak hal-hal yang menjadikan anak tumbuh dan berkembang dengan baik dikarenakan disekolah anak-anak belajar mengenai nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di kalangan masyarakat sekolah seperti kedisiplinan masuk kelas, tepat waktu dalam mengumpulkan tugas rumah, dan lain-lain. Sekolah juga menanamkan rasa tanggung jawab seperti mengerjakan tugas secara individu tanpa bantuan orang tua. Hal tersebut senada dengan pendapat Dreeben yang berbunyi bahwasanya sekolah bukan hanya lembaga pendidikan yang belajar tentang membaca, menulis dan berhitung. Adapun aspek lain yang ada pada sekolah yakni aspek kemandirian siswanya. Â
Sebagai media sosialisasi, adapun fungsi sekolah yang dapat kita ketahui diantara lain sebagai berikut:
1. Membangun perkenalan potensi bakat minat anak,
2. Tempat pewarisan kebudayaan kepada generasi penerus,
3. Membangun publik speaking dan cara berfikir kritis anak,Â
4. Mengadakan bimbingan dan penyuluhan guna memabangun cakrawala intelektual kepada anak,
5. Meningkatkan strata kesehatan dengan pembelajaran jasmani dan rohani,Â
6. Menciptakan warga yang sosialisme, toleransi, dan patriotisme,Â
7. Mengadakan hiburang dengan mengadakan lomba-lomba sekolah.
Sekolah merupakah tempat penuh harapan yang diharapkan untuk melahirkan manusia-manusia yang memiliki kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan emosional. Philip Robinson berpendapat bahwasanya sekolah sebagai organisasi yang diciptakan untuk tujuan tertentu yakni tempat untuk memudahkan dalam mentransfer pengetahuan-pengetahuan.Â
Dapat disimpulkan bahwasanya sekolah memiliki dua komponen yakni material dan non-material. Material disini seperti bangungan-bangunan sekolah, fasilitas yang ada dalam proses pembelajaran. Sedangkan non-material meliputi interaksi antara guru dan siswa atau interaksi antara masyarakat sekolah yang didalamnya menunjang sebuat pembelajaran.
Sekolah adalah salah satu upaya pembentukan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan negara sehingga dengan tingginya kadar pendidikan suatu bangsa maka pembangunan di suatu negara itu akan berkembang dengan pesat.
Peranan pendidikan disekolah antara lain seperti:
 1. Perkembangan diri atau kepribadian
2. Penyukuhan kebudayaan
3. Pembaharuan sosial
4. Pengenalah hal-hal yang baru
5. Sebelum pemilihan dan sebelum penentuan banyaknya tenaga kerja.
Sistem sekolah yaitu membentuk manusia yang berkarakter, berintelektual tinggi, pintar, inovatif, cerdas, bertanggung jawab, berbudi luhur, berbudi pekerti dan mandiri untuk merealisasikan tujuan bangsa.
C. Sekolah Sebagai Screening Moral
Pada era dewasa ini globalisasi telah membajiri setiap insan di seluruh dunia, tidak terkecuali para pelajar yang bertatapan langsung dengan kecanggihan IPTK yang dapat mengakses semua sendi-sendi yang ada di seluruh pelosok dunia. Globalisasi sangatlah menjadi momok yang sangat serius karena globalisasi sendiri memiliki dua wajah yang bertolak belakang yakni positif dan  negatif, sehingga dibutuhkan kekuatan pertahanan yang berupa filter pada diri setiap individu.
Di indonesia saat ini telah banyak penyimpangan moral yang dilakukan oleh pelajar maupun orang yang sudah berusia lanjut. Penyimpangan tersebut sudah marak terjadi sehingga seperti fenomena yang sudak tidak asing lagi. Namun, semua itu tetap harus dicegah dan diberantaskan seperti kasus pelecehan seksual, pembullyan, kekerasan, korupsi, perkelahian, pembunuhan, penganiayaan, penculikan, dan semacamnya. Sehingga harus adanya pendidikan moral untuk meminimalisir terjadinya pelanggaran moral tersebut.
Dengan adanya sekolah yang berfungsi mencetak para generasi yang berintegritas tinggi dan moral yang baik, banyak kalangan yang terarik menggunakan sekolah sebagai penanaman karakter anak. Dari kalangan atas, menengah hingga bawah, sehingga banyaknya perubahan pola pada masyarakat dengan seiring perkembangan zaman yang memiliki teknologi yang tambah pesat saat ini.
Peranan guru dalam lingkungan sekolah sangatlah besar guru. tidak hanya sebagai fasilitator ajar melainkan guru juga sebagai penanam nilai-nilai, maksudnya guru harus dapat menerangkan materi ajar sekaligus membawa dan mengaitkan materi tersebut pada nilai-nilai kehidupan dan guru dapat menyaring moral-moral yang terkandung pada karakter mereka. Jadi, tugas guru untuk memonitoring moral siswanya dengan membuat evaluasi moral yang ditujukan untuk memberikan bimbingan dan arahan terhadap siswa yang memiliki moral yang kurang baik. Beberapa hal yang dikembangkan di dalam lembaga pendidikan yakni cara menjalani hidup dan kepribadian. Adapun unsur-unsur pembentuk karakter anak diantaranya; pengajaran, pembimbingan dan pelatihan. Dengan proses bimbingan itulah siswa diarahkan menjadi individu yang memiliki kepribadian dan karakter akhlak karimah. Nabi Muhammad hadir untuk menyempurnakan akhlak manusia maka dari itu akhlak merupakan sesuatu yang utama untuk membentuk perdaban yang mulia.
Dalam hal ini guru membimbing dan mengarahkan tentang nilai-nilai yang baik dan nlai-nilai yang buruk yang dapat mempelopori karakter anak.
D. Sekolah Sebagai Pembentukan Kepribadian
Kepribadian merupakan kecondongan psikologi seseorang individu dalam prilakunya baik yang sifatnya introver maupun ekstrover. Sekolah mengambil peranan yang dapat dibilang cukup besar  dalam penanaman dan pembentukan kepribadian anak. Selain sebagai ajang pembentukan karakter anak, sekolah juga merupakan wadah pemberian informasi atau yang bisa disebut proses transformasi ilmu duniawi dan ilmu akhirat yang mana pengetahuan itu mungkin sudah diterima atau belim diterima seseorang itu pada lingkungan hidupnya.
Sekolah tidak hanya memberikan teori tapi juga memberikan bimbingan dan arahan contohnya disaat seseorang individu itu kurang cukup memiliki moral yang baik maka sekolah yang berisikan pengajar akan membimbing anak tersebut. Pengajar akan memantau anak tersebut dengan melihat dari lingkungan dan temannya. Mungkin hal itu terjadi akibat dari stimulus lingkungan keluarga seperti kurangnya perhatian terhadap anak itu yang disebabkan orang tuanya sibuk mencari nafkah atau dari lingkungan temannya yang salah perhaulan atau sebagainya. Maka disinilah peranan sekolah dibutuhkan untuk menyongsong kepribadian anak. Dengan cara apa sekolah membentuk karakter baik seorang anak?
Guru atau pengajar dapat memberikan masukan-masukan berupa motivasi atau bimbingan terhadap semua siswanya yang dilakukan setiap pembelajaran mungkin diawal pembelajaran, tengah-tengan pembelajaran, atau diakhir pembelajaran supaya peserta didik atau siswa merasa bahwa mereka tidak sendiri. Jadi perlunya strategi, metode dan pendekatan untuk membentuk anak yang memiliki kepribadian baik terutama guru harus mampu memberikan  pengajaran agama untuk membentengi anak-anak tersebut dari hal-hal yang terlarang.
Peranan guru yang harus dijalankan guna memupuk kepribadian siswanya:
1. Absisi yakni kekuatan untuk mendapatkan apa yang diharapkan. Guru berperan sebagai fasilitator untuk merangsang anak dalam menentukan tujuan sesuai kemampuannya sehingga anak akan berprestasi tanpa dihantui oleh rasa frustasi.
2. Asertif merupakan kemandirian dalam memilih suatu keputusan. Guru harus memberikan kebebasan anak didik untuk mengapresiasikan dan membuat keputusan dalam hidupnya. Contohnya saja guru memberikan kebebasan anak untuk memilih hobinya dan ekstrakulikuler yang dia minati.
3. Antusiasi adalah semangat dalam diri untuk menyelesaikan sesuatu tujuannya atau keinginannya. Guru harus memberikan keteladanan yang akan membawa rasa semangat pada diri anak seperti membawanya dalam lingkungan orang-orang yang telah berhasil.
4. Percaya diri adalah rasa dimana seorang individu percaya dan yakin dengan potensi yang dia miliki. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan sesuatu hal dengan kemampuannya sendiri dan guru memberikan pujian atas keberhasilan yang anak capai.
5. Mau bekerja sama, termasuk sikap yang membangung keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain. Guru harus memberikan wadah kepada peserta didiknya untuk saling bekersa sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan memberikan pujian atas kerja tim mereka.
6. Berbesar hati, adalah upaya sadar untuk mengetahui kekurangan diri sendiri dan mau memaafkan kesalahan orang lain. Guru mengarahkan bagaimana bila tabiat bilamana menghadapi kekalahan dan bagai mana mengdapatkan kemenangan tanpa merendahkan orang lain.
7. Kontrol diri, merupakan pengontrolan diri terhadap situasi dan kondisi apapun yang dihadapi. Guru harus memberikan arahan untuk mengidentifikasi timbulnya masalah itu dan membimbing anak untuk mengontrol emosinya.
8. Tidak mudah putus asa, kegigihan dalam berusaha entah dalam ajang pendidikan atau dalam kehidupan sehari-hari. Beranggapan bahwa kesulitan termasuk tantangan yang harus dijalani bukan dihindari. Guru harus tau dengan solusi-solusi permasalahan walaupun nantinya guru tidak mendampingi secara menyeluruh dalam permasalahan itu.
9. Gembira, menghadirkan rasa senang dalam segala segala hal. Guru harus menciptakan suasana bahagia dan menggembirakan dalam kegiatan pembelajaran.
10. Harmonis, menciptakan suasana ceria dalam setiap tatap muka dan mampu menyikapi semua hal positif. Guru harus menumbuhkan rasa ceria dalam semua pertemuan.
11. Menunjukkan simpati, sikap menumbuhkan rasa keperdulian atas apa yang dirasakan oleh orang lain sehingga menumbuhkan rasa perhatian terhadap lingkungan sekitar. Guru harus sering-sering berinteraksi tentang perasaan mereka dan guru memberika kesempatan untuk anak berimajinasi bagaimana disaat mereka dalam situasi atau kondisi yang kurang mampu sehingga empati anak dapat timbul.
Sekolah juga merupakan rumah dan anggota keluarga bagi siswa karena disana selain mengajarkan pengetahuan yang sifatnya teoretis sekolah juga mengajarkan tentang norma-norma kehidupan. Sehingga dengan hal-hal tersebut siswa-siswa dan rakyat sekolah dapat mengerti, memahami, dan mengimplementasikan dalam kehidupan nyata dan tercapai tujuan untuk menjadikan individu-individu berakhlak, bermoral, beretika, dan bersusila. Contohnya saja dalam segi agama sekolah dapat menerapkan ibadah bersama-sama seperti sholat, menunaikan haji mini di sekolah, ngaji bersama, dan lain-lain. Hal ini guna menguatkan rasa kehambaan terhadap siswa. Dalam segi sosialisasi sekolah menerapkan program tugas berkelompok untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dengan itu terjalinnya sebuat interaksi guna menumbuhkan rasa toleransi, kerjasama, dan menumbuhkan rasa gotong royong terhadap yang lainnya. Sehingga kebiasaan yang baik, akhlak yang baik membentuk kepribadian yang baik pula.
Di sekolah siswa-siswa terikat pada tatanan hukum atau tatanan praturan yang berlangsung pada pemerintahan sekolah tersebut, gunanya untuk memandirikan dan mendisiplinkan siswa-siswa tersebut. Apabila suatu peraturan itu terlanggar sekolah akan memberikan teguran berupa hukuman terhadap pelanggar sehingga pelanggar itu tidak akan mengulangi tindakan yang telah ia lakukan yang merugikan dia sendiri.
Adapun organisasi-organisasi bawaan sekolah yang membentuk kedewasaan pada diri individu seperti eksistensi pramuka yang membangun dan mencetak leader-leader yang telah membuang rasa manjaya menjadi rasa kemandirian, kesiapan menemui suatu fenomena yang menurutnya baik dan tidak, dan mendisiplinkan enzim malas didalam diri individu tersebut. Dari ini lah dapat dilihat pula salah satu penanaman kepribadian yang unggul dan berintegritas baik.
Kepribadian dapat terbentuk atas dasar tiruan, maksudnya dengan melihat anak-anak dapat meniru sesuatu yang baik atau buruk. Maka dari itu guru adalah seseorang yang menjadi suri taulada siswanya harus memiliki prilaku atau tabiat yang mencerminkan seorang pengajar yang profesional sehingga siswanya dapat mengutip hal-hal baik dari pengajar tersebut. Jika digrafikkan tingkat kepribadian anak terbentuk dari han-hal yang dia lihat disekelilingnya. Ketika berada dirumah ia berpatokan pada keteladanan orang tuanya, dilingkungan masyarakat dan lingkungan pertemanan ia pertumpu pada tabiat masyarakat dan teman tersebut sehingga kita harus pintar dalam melacak efek yang ditimbulkan atas pergaulan tersebut.
Guru dalam lingkungan sekolah harus mampu menumbuhkan kepribadian siswanya. Guru tidak boleh membatasai gerakan anak tersebut agar potensi dalam diri dapat tersalurkan dengan maksimal, bilamana ada geganjalan dalam hal tersebut seperti perkara yang menggalar yang menyimpang maka guru harus sergap untuk meluruskan hal tersebut. Guru dapat memberikan reward ataupun punishment kepada siswanya. Reward diberikan untuk mengapresiasi prestasi anak dan punishment diberikan untuk mengurangi tindakan anak yang kurang baik. Hal yang lain yang harus selalu diterapkan oleh setiap guru yakni memberikan motivasi kepada siswanya dalam rangka memberikan semangat belajar yang akan dapat menambah tingkat prestasi anak dan menjauhkan dari rasa keputus asaan.
E. Pengaruh Keluarga- Sekolah terhadap IndividuÂ
John locke menyatakan bahwasanya manusia lahir diibaratkan seperti kertas putih tanpa coretan dan lingkungan masyarakat lah yang akan menjadi pena pelukis kertas tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang terbentuk dari faktor lingkungan dan masyarakat.Â
Keluarga merupakan kumpulan manusia yang saling membutuhkan dan mereka memiliki fungsi serta tugas masing-masih. Keluarga merupakan satuan terkecil dari masyarakat, walaupun ada tipe- tipe keluarga seperti tipe keluarga tradisional dan tipe keluarga non tradisional.
Keluarga merupakan penanaman karakter pertama pada diri anak karena pergaulan pertama dia adalah orang tua dan saudara-saudaranya. Yang pertama ia berinteraksi dengan ibunya, kedua ayahnya dan yang ketiga keluarganya. Bilamana ibu, ayah, dan keluarganya bisa dibilang kurang baik maka psikis anak akan merespon hal tersebut sehingga akan tertanam tabiat yang kurang baik bagi pertumbuhannya.
Salah satu faktor pembentuk keberhasilan anak adalah orang tua. Nasution, berpendapat bahwasanya orang tua  adalah aktor penting dari alur kepribadian anak. Orangtua mengambil alih dalam rangka pembentukan budi pekerti dan karakter anak. Baik buruknya anak akan dilihat oleh masyarakat sehingga hal tersebut menjadi simbol dari kesuksesan atau kegagalan orang tua dalam mendidik anaknya. Disimpulkan bahwasanya lembaga yang pertama kali berperan dalam memprogram kepribadian anak adalah orang tua dan keluarga.
Guru pertama adalah orang tua, ia mengajari anak-anaknya dari hal-hal yang sepele, mulai belajar membaca doa makan, doa minum, dan mengajarkan sendi-sendi agama agar tercetak menjadi anak-anak yang bertakwa kepada Penciptanya. Selain keagamaan orang tua juga mengajari anaknya mengenal, berinteraksi, dan menjalin sosialisai dengan orang lain. Dengan menanamkan sikap yang baik seperti etika kesopanan, etika berbicara yang baik terhadap orang lain, dan lain sebagainya. Sehingga dapat diartikan bahwasanya sekolah termasuk substitusi ( pengganti ) keluarga dan guru substitusi dari orang tua.
Kepribadian yang tertanam pada diri anak yang difaktori oleh peranan orang tua dipengaruhi oleh perhatian orangtua, kadar kasih sayang yang diberikan orang tua, dan keharmonisan dan berjalannya komunikasi yang kondusif dari keluarga tersebut. Bilamana poin-poin tersebut tidak diterapkan seperti anak kekurangan kasih sayang, perhatian, dan kegaduhan pada suatu keluarga tersebut anak anak melalui fase yang dimana ia akan tertekan, kesepian, merasa tidak diperhatikan dan dihargai sehingga anak pun akan mencari kebahagiaan yang lain diluarsana yang bisa-bisa anak akan salah dalam memilih pergaulan, mengonsumsi obat-obat terharam yang akan membuatnya menyesal di era dewasa nanti.
Dalam mendidik anak orang tua harus memiliki prinsip-prinsip kesiapan diantaranya:
1. Orang tua harus menumbuhkan dan membimbing masalah norma atau asas kesopanan,
2. Orang tua mengarahkan dan membentuk sikap yang mengajarkan etika, moral, dan kesusilaan yang baik
3. Tidak lupa hal terpenting nilai agama yang pertama kali harus dibentuk dalam mengurus anak. Lalu, orang tua harus tegas dalam bersikap yang artinya orang tua harus telaten dalam penanaman baik buruknya sesuatu yang harus anak tau untuk menunjang kepribadian yang baik. Serta memberikan layanan informal kepada anak seperti menonton tv yang mengedukasi anak.
Setelah itu barulah peranan rumah kedua yakni sekolah yang ikut andil dalam mengelola kepribadian anak dan mengolah moral anak. Sehingga anak memiliki totalitas dalam mengkodinir kepribadiannya menjadi kepribadian yang berbudi luhur dan baik.
 Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI