Sebuah awal yang baik, akan membawa kebaikan-kebaikan lainnya, itu yang saya rasakan. Niat yang baik, pemikiran yang baik, atau kebiasaan yang baik. Semua itu bisa membuat aktivitas kita lebih baik dan menyenangkan.
Begitu pula sebaliknya. Ketika di awal kita sudah berpikir negatif, niatnya buruk, belum apa-apa sudah malas-malasan, bisa dipastikan hari kita bisa menjadi buruk juga. Bawaannya malas dan kesal.
Sebelumnya saya sering sekali merasa kesal ketika bekerja. Kerjaan banyak, dikerjar target, ada orang yang teriak-teriak, sehingga saya pusing dibuatnya. Namun, di hari lain, dengan keadaan yang sama, saya bisa merasa baik-baik saja dan menikmatinya. Membuat waktu pun seolah berjalan lebih cepat dari biasanya. Ah, seharusnya setiap hari bisa seperti ini.
Kemudian saya berpikir, pasti ada yang salah. Mengapa hari ini baik-baik saja, tetapi besoknya bisa sangat menjengkelkan?
Setelah saya mengingat kembali apa yang terjadi di belakang, saya sadar ternyata kesalahannya terletak dari diri saya sendiri. Ketika saya memulai hari dengan mengeluh, seolah enggan untuk melalui hari. Saya terus menduga-duga bahwa nanti akan begini, atau akan begitu. Melihat kerjaan banyak bukannya dikerjakan malah inginnya mengomel. Suasana hati sudah buruk duluan. Maka seharian penuh hari saya terasa buruk dan mengesalkan.
Namun, ketika saya berusaha untuk memulainya dengan syukur dan meniatkan kegiatan saya hari itu untuk beribadah kepada Allah, semua terasa sangat baik. Saya lebih bisa menikmati pekerjaan saya. Semua pun baik-baik saja, tanpa harus mendramatisir keadaan.
Dari situ saya mulai belajar sesuatu. Ternyata mindset kita sangat mempengaruhi apa yang akan kita kerjakan. Bahkan rasa syukur serta keluhan pun punya andil dalam kehidupan. Jadi, bukan hal sepele ketika orang lain mengingatkan kita untuk selalu bersyukur. Sebab nyatanya semua itu amat diperlukan.
Sebenarnya ketika kita sudah berprasangka buruk dengan hari yang akan kita jalani, berarti kita sudah berprasangka buruk pada takdir Allah. Benar?
Belum apa-apa sudah down duluan. Padahal kita tidak tahu hari kita akan seperti apa, tetapi kita sudah berpikir yang tidak-tidak. Yang lebih parahnya lagi, kita sudah berprasangka buruk pada takdir Allah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Allah Ta'ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat)." (Muttafaqun 'alaih)
Setelah mendengar hadis di atas, membuat saya menyadari banyak hal. Memang benar setiap prasangka kita kepada Allah, kepada takdir-takdir-Nya, mempunyai pengaruh luar biasa dalam keberlangsungan kehidupan kita. Sering kali ketidaksabaran kita, keluhan-keluhan kita, menghancurkan kehidupan kita sendiri.