Mohon tunggu...
Devi Maya Gustina
Devi Maya Gustina Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Angkatan 4, Pengajar Praktik Angkatan 11 Kab.Nganjuk, dan sekarang menempuh Pendidikan S2 UNESA

Mengabdi sebagai guru di SD Negeri 1 Sonoageng Kabupaten Nganjuk.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dimensi Sosial dan Kultural Tradisi Sebar Uang dalam Upacara Tedak Siten di Desa Sonoageng Kabupaten Nganjuk

1 Januari 2025   17:00 Diperbarui: 1 Januari 2025   16:55 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi untuk memahami secara mendalam tradisi sebar uang dalam upacara Tedak Siten di Desa Sonoageng. Etnografi adalah pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk meneliti budaya dan perilaku sosial suatu kelompok masyarakat melalui observasi langsung dan interaksi dengan para pelaku budaya. Melalui pendekatan ini, peneliti dapat menggali makna sosial dan kultural yang tersembunyi di balik tradisi tersebut.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Sonoageng, sebuah desa di Jawa Timur yang secara turun-temurun melaksanakan upacara Tedak Siten beserta tradisi sebar uang.

2. Teknik Pengumpulan Data

  • Wawancara Mendalam (In-Depth Interview).Peneliti akan melakukan wawancara      mendalam dengan beberapa informan kunci, seperti:
  • Orang tua yang melaksanakan upacara Tedak Siten.
  • Tokoh masyarakat atau sesepuh desa yang memahami sejarah dan makna budaya tradisi tersebut.
  • Pertanyaan wawancara akan bersifat semi-terstruktur, memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi jawaban informan secara lebih fleksibel dan mendalam. Topik yang akan diangkat dalam wawancara meliputi alasan pelaksanaan tradisi sebar uang, makna sosial dan kultural yang dihayati oleh masyarakat, serta manfaat yang dirasakan dari tradisi ini.
  • Dokumentasi

Dokumentasi berupa foto, video, dan catatan lapangan akan digunakan untuk mendukung data observasi dan wawancara. Dokumentasi ini akan membantu peneliti dalam merekam detail-detail penting dari pelaksanaan upacara dan interaksi masyarakat.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

  • Acara selamatan 7 lapan/bulan
  • Acara ini dihadiri oleh tamu undangan. Makanan dan minuman atau yang biasa disebut "berkat" ditaruh di tengah dan dikelilingi melingkar tamu undangan. Doa dipimpin oleh pemuka adat Desa Sonoageng. Karena yang punya hajat beragama Islam, ritual ini memakai doa dengan cara agama Islam. Doa ini tidak hanya ditujukan kepada si anak, melainkan pada roh leluhur.
  • Acara mandi dengan bunga setaman
  • Selanjutnya anak dimandikan dengan bunga setaman yang terdiri dari bunga mawar merah, bunga mawar putih, kantil dan bunga kenanga.
  • Ganti baju sebanyak 7 kali
  • Pada prosesi ini, baju satu persatu ditempelkan di tubuh anak, sambil pemuka adat bertanya, apakah baju ini cocok untuk si anak. Dari ke-tujuh baju yang ditanyakan, akan ada satu baju yang dipilih dan dipakai dalam prosesi sepanjang prosesi.
  • Pemakaian mahkota dari janur atau bunga
  • Pemakaian mahkota dari janur atau bunga yang dirangkai diberikan ke kepala anak oleh pemuka adat.
  • Acara doa
  • Acara doa ini, berbeda dengan acara selamatan tadi, untuk yang ini lebih khusus ditujukan kepada sang anak agar diberi kesehatan, kebahagiaan dunia akherat, kesuksesan di masa depan dan doa supaya menjadi anak sholeh/sholehah yang berbakti kepada kedua orang tua, agama dan negara.
  • Acara suapan
  • Acara ini dilakukan oleh pemuka adat, dengan cara memberikan suapan 1 kepal nasi dan juga ceker ayam ke anak. Hanya sebagai simbol saja, mengingat anak usia 7 bulan masih kesulitan  memakan ceker langsung tanpa dihaluskan.
  • Acara naik tangga
  • Dalam acara ini anak seakan-akan dinaikkan ke tangga dari tangga pertama sampai tangga teratas.
  • Acara injak 7 jadah
  • Acara selanjutnya yaitu anak gendong dan diarahkan ke jadah warna-warni seakan-akan menapaki jadah.
  • Acara masuk kurungan
  • Selanjutnya anak dimasukkan ke dalam kurungan. Di dalamnya terdapat berbagai benda sebagai analogi pekerjaan. Akan tetapi dalam acara ini Narasumber (yang punya hajat) memasukkan alat-alat tulis seperti buku tulis, tas, pensil, crayon. Jika anak memilih buku tulis harapannya kelak memiliki pekerjaan yang berkaitan dengan pembukuan.
  • Acara sebar uang
  • Fleksibilitas Tradisi dan Modernisasi

Penelitian dari Susanti (2021) menunjukkan bahwa tradisi di masyarakat pedesaan Jawa semakin adaptif terhadap perkembangan zaman, terutama dengan penambahan unsur hiburan dan kompetisi dalam prosesi adat. Elemen hadiah yang dimasukkan ke dalam tradisi sebar uang mencerminkan bagaimana masyarakat Desa Sonoageng berusaha mempertahankan relevansi tradisi sambil menambah daya tarik partisipasi publik.

  • Dimensi Sosial dan Solidaritas Komunitas

Studi oleh Arifin (2020) menemukan bahwa tradisi berbagi dalam upacara adat, seperti sebar uang di Tedak Siten, memainkan peran penting dalam memperkuat solidaritas sosial di komunitas pedesaan Jawa. Tradisi ini, meskipun tidak wajib, berfungsi sebagai mekanisme untuk mempererat hubungan sosial dan ekonomi di antara warga, sejalan dengan konsep gotong royong yang masih dipegang erat oleh masyarakat Jawa.

  • Perubahan Persepsi terhadap Tradisi

Menurut penelitian Rahmawati (2022), modernisasi tradisi seperti Tedak Siten menunjukkan adanya pergeseran makna di mata masyarakat. Penambahan hadiah dan elemen kupon dalam sebar uang menandai terjadinya perubahan persepsi, di mana masyarakat menggabungkan unsur hiburan dengan ritual adat untuk menambah nilai partisipatif dan daya tarik acara tersebut.

  • Signifikansi bagi Masyarakat Lokal

Penelitian mengenai pelestarian tradisi di masyarakat Jawa oleh Suyanto (2012) menunjukkan bahwa ritual-ritual tradisional, termasuk Tedak Siten, memiliki signifikansi yang besar dalam mempertahankan identitas budaya lokal. Tradisi ini memperkuat hubungan antara individu dan komunitas, serta menjaga kesinambungan nilai-nilai leluhur yang dianggap penting oleh masyarakat (Suyanto, 2012). tudi oleh Wijayanti (2023) menegaskan bahwa meskipun mengalami perubahan dalam pelaksanaannya, tradisi Tedak Siten dan sebar uang tetap menjadi simbol penting dalam menjaga identitas kultural masyarakat Jawa. Tradisi ini tidak hanya menjadi ajang syukur tetapi juga sebagai cara untuk memperkuat ikatan sosial antarwarga (Wijayanti, 2023).Tradisi sebar uang dalam Tedak Siten juga berperan dalam memelihara rasa syukur dan kebersamaan, sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian tentang ritual dan maknanya di masyarakat pedesaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun