Mohon tunggu...
Deva Yohana
Deva Yohana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengupas seputar dunia komunitas sampai tuntas - Aktif bergerak di isu pendidikan dan literasi - Pecinta buku, sastra, dan bahasa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengabdi kepada Bangsa melalui Kanca Bahasa

17 Agustus 2023   23:57 Diperbarui: 18 Agustus 2023   00:25 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain bahasa Inggris dan Prancis, aku mulai mengeksplorasi bahasa asing lainnya. Pilihanku jatuh pada bahasa Spanyol dan Arab. Kenapa bahasa Spanyol? Arrgh, ini karena aku iseng-iseng saja menggunakan uang sisa study tour untuk membeli Kamus Spanyol Indonesia karya Milagros Guindel. Aku memanfaatkan kemampuan bahasa Inggrisku untuk mendalami bahasa ini. Maklum, buku belajar bahasa Spanyol yang menggunakan bahasa Indonesia sangat jarang dan aku tidak kepikiran untuk membelinya.

Lantas, kenapa bahasa Arab? sebenarnya aku tidak begitu asing dengan bahasa ini karena sudah mulai kupelajari ketika sekolah TPQ dan madrasah. Tapi pelajaran bahasa Arab yang disampaikan pada masa itu rasanya hanya lewat begitu saja, kecuali aku menjadi bisa membaca Al-Qur'an dan dapat menulis aksaranya dengan baik. Untuk alasan mempelajarinya lagi sederhana saja, sempat tercetus keinginan untuk sekolah SMA sambil mondok (masuk pesantren). Akan tetapi, kondisi kesehatanku tidak begitu baik, sehingga aku mengubur begitu saja keinginanku itu.

Satu hal yang aku ingat. Waktu itu aku selalu berdoa begini, "Ya Allah, nggak papa aku nggak masuk pesantren. Satu pintaku, mudahkanlah aku dalam belajar bahasa Arab dan berilah aku kemudahan dalam memahaminya. Semoga bahasa Spanyol dapat membantuku dalam memahami bahasa ini karena aku sempat menonton video di Youtube yang menerangkan bahwa bahasa Spanyol mendapat pengaruh dari bahasa Arab."

Barangkali berkat doa dan semangatku itu aku berhasil masuk di jurusan Bahasa dan Sastra Arab di salah satu universitas Islam tanpa background pesantren setelah dua tahun gap year untuk bekerja dan mendaftar melalui jalur tes mandiri.

Masalah Ketimpangan Berbahasa

Sejak masa SMA itu aku mulai mengamati dan bertanya-tanya. Kok teman-teman di kelasku tidak seantusias aku dalam belajar bahasa, ya? Beberapa di antara mereka malah terang-terangan menyatakan ketidaksukaannya pada mata pelajaran bahasa Prancis dan Inggris. Ini masalah selera, kurangnya keterbukaan mereka terhadap ilmu, atau pelajaran bahasa itu sendiri yang susah? Jangan-jangan ini terkait dengan kurangnnya akses kami dalam mempelajari bahasa asing? Maklum, waktu itu di daerah kami jauh dari toko buku, sinyal masih susah, dan tempat kursus masih sangat jarang.

Oh, aku ingat sesuatu. Beberapa orang bertanya padaku. Apa pentingnya belajar bahasa Spanyol? Kenapa harus belajar bahasa Spanyol kalau kamu nggak tinggal di sana? Mungkin akar masalahnya justru ada di sini. Aku tidak ingin membahasnya lebih lanjut. Silakan ditafsirkan sendiri apa masalah yang dapat ditemukan dari kedua pertanyaan tersebut.

Cerita di atas mewakili kehidupanku ketika masih SMA dan tinggal di desa. Ketika merantau ke kota, aku bergabung di salah satu komunitas bahasa Spanyol. Tidak tanggung-tanggung aku menjadi pengurus di komunitas tersebut dan sempat beberapa kali mengikuti kegiatan yang diadakan secara offline.

Apa yang aku dapatkan? Lingkaran pertemananku di komunitas tersebut rata-rata merupakan orang menengah ke atas. Mereka dapat mengikuti kursus di tempat bergengsi yang menurut standar gaya hidupku tergolong mahal. Mereka pun dapat dengan mudah bergaul dengan para native speaker yang berasal dari negara Spanyol dan Amerika Latin.

Tercetusnya Españolito dan Frencheese

Aku sangat menyadari adanya ketimpangan dalam penguasaan bahasa pada masyarakat Indonesia. Ini tidak terbatas pada masalah orang desa atau kota, akses yang mudah atau sulit. Ternyata masalahnya lebih kompleks dari itu. Karena hal tersebut,  aku sempat berpikir seandainya saja aku bisa membuat sekolah bahasa gratis.

Masa pandemi mengantarkan kita pada pembelajaran yang diadakan secara online di rumah. Dari situlah aku berpikir kenapa aku tidak memulainya dari sini? Iya,untuk mewujudkan impianku itu. Mulai saja dari mengadakan pembelajaran bahasa asing secara online. Lagipula aku memiliki dua channel Telegram, yakni Belajar Bahasa Spanyol dan Belajar Bahasa Prancis yang masing-masingnya memiliki  ribuan anggota.

Januari 2022 aku mulai memberanikan diri untuk mengadakan kelas gratis pertamaku dengan menarik peserta yang berasal dari kedua channel tersebut. Aku menamakan program tersebut dengan Españolito untuk pembelajaran bahasa Spanyol dan Frencheese untuk belajar bahasa Prancis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun