Mohon tunggu...
DEVA SEPTANA
DEVA SEPTANA Mohon Tunggu... Penulis - WRITER

Kompas In Aja!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Diskon Harbonas menjaadi Bahagia atau Strategi Peritel

7 Januari 2025   07:38 Diperbarui: 7 Januari 2025   07:38 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pada momentum Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) yang jatuh setiap 12 Desember, masyarakat Indonesia kerap disuguhkan dengan berbagai promo menarik, diskon besar-besaran, dan obral fantastis. Harbolnas juga bertepatan dengan musim perayaan besar seperti Natal dan Tahun Baru, sehingga menambah semarak ajang belanja tahunan ini. Tapi pernahkah kita bertanya-tanya, mengapa diskon begitu menarik perhatian kita, bahkan kadang membuat kita membeli barang yang sebenarnya tidak begitu dibutuhkan?

Apa yang Terjadi saat Diskon Berlangsung?

Diskon adalah strategi pemasaran yang digunakan untuk menarik perhatian konsumen, dan pada dasarnya, siapa pun pasti menyukai harga yang lebih murah. Namun, di balik semua itu, ada trik psikologis yang secara tidak langsung "mengelabui" otak kita. Diskon dirancang untuk memicu respons biologis yang menciptakan kebahagiaan, bahkan euforia, pada diri konsumen.

Penelitian menunjukkan bahwa melihat diskon menarik dapat mengaktifkan bagian otak bernama nucleus accumbens. Bagian otak ini bertanggung jawab atas rasa kesenangan yang dirasakan manusia. Ketika kita membeli barang dengan harga murah, otak mengeluarkan dopamin, yaitu neurotransmitter yang dikenal sebagai "hormon bahagia." Dopamin membuat kita merasa puas dan bahagia, tetapi juga mendorong kita untuk bertindak impulsif, seperti membeli barang tanpa berpikir panjang.

Siapa yang Memanfaatkan Momentum Diskon?

Tentu saja, para peritel dan platform belanja daring menjadi pihak yang paling aktif memanfaatkan momen ini. Dari toko ritel hingga e-commerce besar, semuanya berlomba-lomba menawarkan potongan harga, cashback, hingga pengiriman gratis untuk menarik pelanggan. Mereka menggunakan strategi tertentu untuk menciptakan rasa urgensi, seperti penawaran dengan batas waktu singkat atau stok yang terbatas.

Pengatur waktu mundur yang sering terlihat di aplikasi belanja daring, misalnya, memberikan tekanan psikologis yang membuat konsumen merasa harus segera membeli barang tersebut sebelum kehabisan.

Kapan dan Dimana Konsumen Rentan Terpengaruh?

Fenomena ini tidak hanya terjadi saat Harbolnas. Diskon besar juga sering muncul pada momen lain seperti Black Friday, Cyber Monday, atau saat mendekati perayaan besar seperti Lebaran, Natal, dan Tahun Baru. Konsumen yang sering berbelanja di marketplace atau toko daring adalah yang paling rentan terhadap efek diskon ini.

Bahkan dalam belanja offline, toko-toko ritel memanfaatkan strategi serupa. Papan diskon besar yang mencolok, suasana penuh antusiasme, hingga antrean panjang di kasir menjadi daya tarik yang sulit diabaikan.

Mengapa Kita Sulit Menahan Godaan Diskon?

Diskon memanfaatkan insting dasar manusia untuk mendapatkan sesuatu yang berharga dengan harga murah. Sensasi "berburu" barang diskon menciptakan kepuasan tersendiri bagi konsumen. Namun, kepuasan ini sering kali bersifat sementara, terutama jika barang yang dibeli ternyata tidak terlalu berguna atau relevan.

Selain itu, sifat impulsif yang dipicu oleh dopamin membuat kita sulit untuk berpikir logis saat berada di tengah hiruk-pikuk promo diskon. Efek ini semakin kuat jika konsumen merasa ada persaingan dengan pembeli lain, seperti yang sering terjadi dalam penawaran kilat atau flash sale.

Bagaimana Menghindari Perangkap Diskon?

Meski sulit, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menahan godaan diskon:

Tunda Keputusan Belanja: Saat melihat barang dengan diskon besar, jangan langsung membelinya. Ambil waktu untuk berpikir apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan.
Jelajahi Toko Sebelum Membeli: Jika berbelanja di toko fisik, ambil barang yang diinginkan lalu bawa berjalan-jalan sejenak di toko. Perasaan urgensi biasanya akan mereda dengan sendirinya.
Hindari Aplikasi Belanja untuk Sementara: Saat merasa terlalu tergoda, tinggalkan aplikasi belanja daring dan alihkan perhatian ke aktivitas lain.
Buat Daftar Belanja: Sebelum memanfaatkan promo, buat daftar barang yang benar-benar dibutuhkan agar tidak tergiur barang lain.
Fokus pada Anggaran: Tetapkan batas anggaran belanja yang sesuai dengan kemampuan dan jangan melewatinya, meskipun ada diskon menarik.
Kesimpulan

Diskon adalah senjata ampuh yang digunakan peritel untuk menarik perhatian konsumen. Dengan memanfaatkan mekanisme biologis otak, diskon menciptakan rasa bahagia yang sering kali membuat konsumen menjadi impulsif. Namun, dengan kesadaran dan pengendalian diri, kita dapat menghindari perangkap ini dan hanya membeli barang yang benar-benar bermanfaat.

Disadur oleh Dseptana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun