Diskon memanfaatkan insting dasar manusia untuk mendapatkan sesuatu yang berharga dengan harga murah. Sensasi "berburu" barang diskon menciptakan kepuasan tersendiri bagi konsumen. Namun, kepuasan ini sering kali bersifat sementara, terutama jika barang yang dibeli ternyata tidak terlalu berguna atau relevan.
Selain itu, sifat impulsif yang dipicu oleh dopamin membuat kita sulit untuk berpikir logis saat berada di tengah hiruk-pikuk promo diskon. Efek ini semakin kuat jika konsumen merasa ada persaingan dengan pembeli lain, seperti yang sering terjadi dalam penawaran kilat atau flash sale.
Bagaimana Menghindari Perangkap Diskon?
Meski sulit, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menahan godaan diskon:
Tunda Keputusan Belanja: Saat melihat barang dengan diskon besar, jangan langsung membelinya. Ambil waktu untuk berpikir apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan.
Jelajahi Toko Sebelum Membeli: Jika berbelanja di toko fisik, ambil barang yang diinginkan lalu bawa berjalan-jalan sejenak di toko. Perasaan urgensi biasanya akan mereda dengan sendirinya.
Hindari Aplikasi Belanja untuk Sementara: Saat merasa terlalu tergoda, tinggalkan aplikasi belanja daring dan alihkan perhatian ke aktivitas lain.
Buat Daftar Belanja: Sebelum memanfaatkan promo, buat daftar barang yang benar-benar dibutuhkan agar tidak tergiur barang lain.
Fokus pada Anggaran: Tetapkan batas anggaran belanja yang sesuai dengan kemampuan dan jangan melewatinya, meskipun ada diskon menarik.
Kesimpulan
Diskon adalah senjata ampuh yang digunakan peritel untuk menarik perhatian konsumen. Dengan memanfaatkan mekanisme biologis otak, diskon menciptakan rasa bahagia yang sering kali membuat konsumen menjadi impulsif. Namun, dengan kesadaran dan pengendalian diri, kita dapat menghindari perangkap ini dan hanya membeli barang yang benar-benar bermanfaat.
Disadur oleh Dseptana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H