Mohon tunggu...
Made Mariana
Made Mariana Mohon Tunggu... -

Seorang Buruh Migran, Murid dari Guru Kehidupan, tinggal di UAE. Penulis buku: Titik-Titik Air di Padang Pasir.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama featured

Perayaan Hari Raya Nyepi, Berguru pada Keheningan

9 Maret 2013   12:20 Diperbarui: 25 Maret 2020   15:19 1839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan yang biasanya ramai jadi Sepi dan lenggang saat Hari Nyepi, sumber: nitasaras.wordpress.com

Diam (baca: menjadi pendengar yang baik) ketika sahabat atau anggota keluarga kita sedang curhat, menyampaikan keluh kesahnya, membantu meringankan beban penderitaan mereka. Diam (baca: istiharat dari kerja) sejenak mampu mengembalikan energi kita yang telah terkuras melakukan aktivitas. 

Bisa dikatakan bahwa diam memberikan kita banyak manfaat, banyak pelajaran yang bermakna seperti yang disampaikan oleh para tokoh legendaris di atas, pantas saja bila para leluhur mengajarkan kita untuk mengawali tahun baru dengan diam.

Berpantang Kesenangan
Lantas apa manfaatnya berpantang kesenangan? Bukankah setiap orang ingin hidupnya senang?. Ada korelasi yang jelas antara kesenangan dan sukses dalam hidup, seperti yang diungkapkan Dale Carnegie "People rarely succeed unless they have fun in what they are doing.”

Orang jarang sukses kecuali mereka menikmati apa yang mereka lakukan. Ketika senang, energi di dalam diri berlipat ganda. Hal ini terjadi karena hormon insulin meningkat. Insulin membantu tubuh mengkonversi makanan menjadi energi bertambah.

Tanpa insulin, glucose dari makanan yang kita makan tidak mampu memasuki sel, dan glucose ini menumpuk di dalam darah, mengakibatkan diabetes. Energi ini sangat bermanfaat untuk mewujudkan hal-hal yang besar dalam hidup. 

Dalam keseharian adapula kesenangan yang membawa ketidakharmonisan dalam hidup, misalnya: kesangan dalam memenuhi hobby/interest, bila berlebih bisa mengkorupsi waktu yang mesti disediakan buat anak-anak, istri, orang tua/mertua dan bermasyarakat.

Saya teringat ketika sedang mabuk mancing di laut, beberapa tahun yang lalu. Tidak peduli waktu, subuh, siang, malam hari selalu dikejar, hingga pada suatu ketika putri sulung saya berkata, "Pa..could you please take us to the play ground? Diva want to play swinging and sliding" (Pa tolong anter kami ke tempat bermain, Diva ingin bermain ayunan dan prosotan).

Saya tersadar, telah mengkonsumsi waktu bermain mereka demi mendapatkan kesenangan saya pribadi. Ada beberapa hal yang bisa membuat kita senang dalam hidup ini, kadang dalam mengejar kesenangan itu, kita lupa akan kewajiban sendiri dan hak-hak orang lain, tanpa sadar kita telah menciptakan disharmony dalam kehidupan kita. 

Sesungguhnya kesenangan itu ada di mana? Ia ada di dalam diri kita. Berarti Ia bisa kita kendalikan. Pantas saja Leo Tolstoy sastrawan ternama dari Rusia mengatakan, “But that's the whole aim of civilization: to make everything a source of enjoyment.” (Tapi itulah tujuan seluruh peradaban: untuk membuat segalanya menjadi sumber kesenangan).

Hal inipun diamini oleh Allen Klein, pengarang dan pebisnis dari negeri Paman Sam. The lesson adults can learn here is that the world is filled with things for our enjoyment (Pelajaran yang bisa dipetik oleh orang-orang dewasa di sini adalah bahwa dunia ini dipenuhi oleh sesuatu untuk kenikmatan kita).

Jika kita tidak mampu menikmati setiap bagian dari kehidupan ini, kita akan merasa bosan seperti diungkapkan Marty Rubin, “Boredom is the price one pays for not enjoying everything.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun