Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah KAHGAMA: Geliat Alumni Fakultas Hukum UGM Bangun Indonesia

23 Februari 2023   00:41 Diperbarui: 23 Februari 2023   00:48 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Soekanto adalah salah satu mahasiswa di RHS sejak pertengahan 1928, setelah lulus dari Hoogere Burgerschool (HBS). Seperti halnya STOVIA, RHS juga menjadi tempat berkumpulnya tokoh-tokoh kaum pergerakan."

"Di antaranya Mr. Sartono, Iwa Kusumasumantri, Soesanto Tirtoprojo, Iskaq Tjokrohadisurjo, Soepomo, Tengkoe Moehamad Hasan, Mohammad Roem, dan Santoso Wirjodihardjo," ungkap Ambar Wulan dan Awaloedin Djamin dalam buku Jenderal Polisi R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo (2016).

FH UGM Membangun Negeri

Perjuangan panjang segenap kaum bumiputra akhirnya tercapai. Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Wajah Indonesia yang baru merdeka itu laksana bayi baru lahir. Banyak hal yang harus dibangun dan dididik supaya tumbuh sebagai bangsa yang besar. Tokoh bangsa pun ingin mewujudkan cita-cita mencerdaskan anak bangsa.

Ajian itu dilakukan dengan keinginan mendirikan perguruan tinggi. Empunya kuasa enggan berlama-lama. Mereka lalu merencanakan pembangunan perguruan tinggi pertama milik Indonesia di Yogyakarta.

Pembangunannya penuh liku. Dana dan fasilitas masih serba terbatas. Namun, keterbatasan itu tak membuat ciut nyali tokoh bangsa yang sebagian besarnya ahli hukum. Penantian panjang itu terjawab pada 3 Mei 1946. Perguruan tinggi pertama milik Indonesia pun lahir.

Pidato Presiden (Rektor) UGM Prof. Dr. Sardjito, pada penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa Ki Hajar Dewantara yang disaksikan Presiden Soekarno |
Pidato Presiden (Rektor) UGM Prof. Dr. Sardjito, pada penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa Ki Hajar Dewantara yang disaksikan Presiden Soekarno |

Orang-orang mengenalnya sebagai Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada (kemudian dikenal luas sebagai UGM). Kala itu, UGM hanya memiliki dua fakultas: Fakultas Hukum (FH) dan Fakultas Kesusastraan.

"Panitia itu akhirnya berhasil mendirikan Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada. Mr. Budiarto sebagai ketua, DR. Sukiman sebagai Wakil Ketua, sedangkan para anggotanya terdiri dari B.P.H. Bintoro, Farid Ma'ruf, Mr. Mangunyuda, K.R.T. Notoyudo (kemudian mengepalai bagian administasi), K.P.H. Nototaruno, dan Prof. Ir. Rooseno."

"Dewan Kurator pun tersusun: Sri Sultan sebagai Ketua dan Ki Hajar Dewantara sebagai Wakil Ketua. Adapun nama Gadjah Mada ditetapkan atas usul Mr. Budiarto. Pengunguman resmi berdirinya Balai Perguruan Gadjah Mada itu diadakan pada tanggal 3 Mei 1946 di Gedung KNIP Malioboro, terdiri dari dua fakultas, yaitu Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan," terang mantan Dokter Kepresidenan yang juga inisiator berdirinya UGM, R. Soeharto dalam buku Saksi Sejarah (1984).

Bukan tanpa alasan FH UGM yang dibuka pertama kali. Pemerintah Indonesia telah mengakui lulusan hukum memiliki kontribusi besar peta dalam Keindonesiaan. Di mana-mana lulusan hukum mampu menginspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun