"Ini (pot bunga) produk dari limbah masker, terus udah gitu disterilisasi baru dimasukin ke alat untuk jadi produk pot atau biji plastik. Pokoknya kita dapat mengelola masker dua ton itu untuk sebulan. Pengumpulannya dari yayasan dan lain-lain. Mereka mengumpulkan masker. Ini namanya Bumi Recycling Indonesia."
"Bagi masyarakat yang ingin ikut ngumpulin masker, Bumi Recycling Indonesia mengajak mereka untuk memisahkan kawat masker terlebih dahulu. Masker pun dicuci bersih, alias steril. Baru kemudian dikirimkan ke kami. Langkah ini adalah bentuk ikhtiar kami mengurangi limbah masker. Satu orang saja pas awal pandemi bisa aktif ganti masker empat jam sekali," ungkap Bonita dari Bumi Recycling Indonesia.
Perihal inovasi yang terinspirasi dari pandemi COVID-19, anak sekolah pun tak mau kalah. Mereka juga banyak menelurkan inovasi yang berbentuk ikhtiar membantu empunya kebijakan melawan COVID-19. Anak-anak dari SMA Internasional Narada Jakarta Barat, misalnya.
Inovator dari SMA Narada --Samantha dan Alexander-- mencoba menghadirkan inovasi berbentuk air purifier (penjernih udara) bernama TAP. Kehadiran penjernih udara itu sebagai bentuk jawaban perlawanan anak sekolah terhadap pandemi COVID-19. Yang mana, virus dari Wuhan itu diketahui paling mudah menyebar lewat udara.
Inovasi ini telah membuat teman-teman sekelasnya tak khawatir dengan penularan COVID-19. Sebab, TAB dapat membantu mereka menyaring partikel virus jahat. Lebih lagi, untuk membuat TAB tak perlu merogoh kocek yang tebal. Modal cuma ratusan ribu, khalayak umum dapat membuat TAB dirumah.
"Sebuah alat untuk menjernihkan udara, jadi udara itu banyak membawa partikel-partikel virus, termasuk virus COVID-19. Udara itu belum tentu bersih. Di ruangan tertutup terutama. Sirkulasi udara tak banyak. Kita kepikiran lalu coba bikin TAB. Supaya satu ruangan kelas kami jernih dan bisa steril. Teman sekelas jadi tak perlu khawatir akan tertular virus COVID-19."
"Alat penjernih udara ini cukup murah. Gak seperti air purifier mahal yang dijual di toko-toko. Orang-orang bisa bikin TAB sendiri di rumah. Biaya yang dikeluarkan cuma ratusan ribu. Itupun untuk beli peralatan sederhana. Power supply, kardus bekas, masker medis, tesla foil, dan dan lain-lain," jelas Samantha.
Inovasi lain dari anak sekolah lainnya tak kalah menarik. Dari tongkat pramuka anti nyasar sampai membuat alat sederhana yang mampu mengubah air biasa jadi air alkali. Sederet inovasi itu berfungsi sekalipun belum sempurna benar.
Mereka butuh bimbingan lebih lanjut. Supaya bibit-bibit periset, inovator, dan Inventor mudah dapat berkembang. BRIN pun mencoba pasang badan untuk itu. Mereka akan mengorbitkan ide-ide inovasi terbaik dan memberikannya apresiasi.