Acara pembukaan di panggung utama tak kalah seru. Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko bertindak meresmikan acara. Ia menyebut InaRI Expo 2022 sebagai etalase kemajuan riset dan inovasi teknologi di Indonesia.
Kawasan ICC Cibinong sengaja dipilih oleh BRIN. Tujuannya supaya khalayak umum mengenal salah satu Kawasan Sains dan Teknologi milik Indonesia. Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, namanya. Sebagai bentuk apresiasi atas laku hidup Bung Karno memajukan sains dan teknologi.Â
"Jadi InaRI Expo 2022 tak hanya untuk pelaku riset dan inovasi di lembaga di kampus, tetapi juga untuk para industri dan juga untuk ajang adik-adik kita yang masih remaja memamerkan karyanya sekaligus ajang penilaian untuk ditetapkan menjadi pemenang. Itu yang kita lakukan hari ini ini di InaRI Expo bersama promotor."
"Jadi kita ingin Inari Expo jadi benchmark aktivitas riset dan inovasi di negara kita. Itu sebabnya kita menyelenggarakan di kawasan riset. Untuk tahun ini kita lakukan di Cibinong. Jadi Cibinong ini jadi Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno namanya. Kalau di Serpong itu Habibie, kalau di sini khusus fokus untuk science seperti bioteknologi. Jadi harapan kita masyarakat makin mudah dan publik bisa mengetahui dan merangsang generasi kita jadi calon periset masa depan Indonesia," ungkap Handoko.
Belajar dari Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 adalah periode terkelam dalam sejarah bangsa. Korban jiwanya berjatuhan. Banyak di antaranya mau tak mau mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru. Jaga jarak dan tetap menggunakan masker jadi ajian.
Pengalaman menghadapi pandemi COVID-19 nyatanya banyak memberikan inspirasi bagi periset, inovator dan inventor muda Tanah Air. Artinya, COVID-19 mampu mengajarkan banyak pihak bahwa riset dan inovasi selalu hadir untuk memberikan solusi kehidupan.
Itulah yang saya temukan ketika berkunjung ke booth Bumi Recycling Indonesia yang berada di dekat panggung utama. Peningkatan sampah masker medis selama pandemi menginspirasi mereka untuk berinovasi.
Face Mask Recycling (daur ulang masker) jadi solusi. Mereka mampu mendaur ulang sampah masker menjadi benda yang berguna seperti pot tanaman atau biji plastik. Sebuah pot bisa dihasilkan dari 50 limbah masker medis.
Agenda pengumpulan limbah masker tak dilakukan sendiri. Bumi Recycling Indonesia tak melulu mengumpulkan limbah masker sendiri. Mereka juga mengajak seluruh elemen masyarakat berperan aktif. Khalayak umum diajak untuk mengumpulkan limbah masker dan mengirimnya ke Bumi Recycling Indonesia yang beralamat Ciomas, Bogor.