Oleh sebab itu, tak salah jika gerakan Sound of Borobudur yang dimotori oleh tiga musisi senior Indonesia, Ir.Purwatjaraka, Trie Utami dan Dewa Budjana menyebut Borobudur sebagai pusat musik dunia. Relief musik di Borobudur itu jadi salah ajian Indonesia dalam mempromosikan gaung Wonderful Indonesia.Â
Sebab, relief yang ada telah menunjukkan keanekaragaman instrumen musik dan kemajuan teknologi pembuatan alat musik. Teknologi metalurgi yang luar biasa itu tersirat dari kehadiran instrumen gamelan pada relief Borobudur.
Gamelan Pada Relief Borobudur
Kehadiran gamelan dalam relief candi Borobudur telah diakui oleh banyak peneliti. Di dalam relief itu, setidaknya memuat empat pengelompokan alat musik gamelan. Pertama, Idiophone yang dipukul atau diketok. Kedua, Chordophone yang memiliki senar atau tali. Ketiga, aerophone yang dapat berbunyi karena adanya sentuhan udara. Keempat, membraphone yang terbuat dari kulit hewan.
Gambaran itu senada dengan yang diungkap oleh Etnomusikolog Belanda, Jaap Kunst (1891-1960). Dalam peta studi musik Indonesia --khususnya musik Jawa-- Jaap Kunst adalah nama yang paling mentereng. Ia menjadi aktor utama yang banyak merekam nama-nama ratusan alat musik Nusantara.Â
Semuanya dihimpun dari manuskrip Jawa Kuno. Jaap Kunst yang mula-mula telah terpesona dengan suara gamelan, kemudian melakukan pengembaraan keliling Indonesia yang kala itu bernama Hindia-Belanda.
Tujuannya tak lain mempelajari bentuk-bentuk Instrumen musik Nusantara. Sebagaimana yang Jaap Kunst pelajari dari pahatan dinding-dinding candi kuno, yakni Candi Borobudur. Di Borobudur, Jaap Kunst mendapati instrumen musik menyerupai gamelan. Beberapa dari Idiophone, Chordophone, aerophone, hingga membraphone.Â
Akan tetapi, gambaran tersebut bukan pada gamelan modern. Asumsi Jaap Kunst dikarenakan terdapatkannya corak yang sama antara kendang Jawa dan India.
"Namun, Richard Widdess (1993), seorang etnomusikolog yang mengkhususkan studinya pada musik India, berpendapat bahwa jika kita menelusuri praktik musik India seperti digambarkan dalam risalah Natyasastra yang ditulis sekitar 500AD, maka kita menemukan musik bahwa susunan melodis dan ritmis musik India sebenarnya mirip dengan gamelan sekarang. Dengan demikian, spekulasi mengenai adanya kemungkinan hubungan antara musik Jawa dan India terus berlanjut," ujar tokoh penting dalam pelestarian gamelan, Sumarsam dalam buku Memaknai Wayang dan Gamelan: Temu Silang Jawa, Islam, dan Global (2018).
Berbeda dengan Sumarsam, ilmuwan Belanda, Jan Laurens Andries Brandes (1857-1905) punya spekulasi sendiri. Ia menyebut justru sebelum masuknya pengaruh budaya India ke Nusantara. Suku Jawa telah lebih dulu memiliki 10 pengetahuan dan kemahiran, seperti wayang, gamelan, ilmu irama sajak, batik, pengerjaan logam, sistem mata uang sendiri, teknologi pelayaran, astronomi, persawahan, dan birokrasi pemerintahan yang teratur. Artinya, jauh sebelum datangnya pengaruh bangsa India, gamelan sudah hadir lebih dulu.