Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Resensi Buku Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia Jilid 2: Konferensi Asia-Afrika hingga Safari Nikita

28 Desember 2020   11:17 Diperbarui: 28 Desember 2020   11:51 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran Rosihan Anwar sebagai jurnalis yang sering meliput peristiwa bersejarah tak perlu diragukan. Sedari sebelum kemerdekaan Indonesia hingga setelahnya, Rosihan yang juga saksi sejarah sudah ambil bagian, ambil resiko. Beragam peristiwa bersejarah seperti ikut menjadi saksi dari Konfrensi Asia-Afrika (AA) hingga Safari Nikita Khrushchev telah dilakoninya. Untuk itu, Rosihan tak saja mewartakan dengan maksud menyajikan informasi, tetapi turut merekam sejarah.

Setidaknya itulah yang terkandung dalam bukunya berjudul Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia jilid 2 (2009). Berbeda dengan jilid 1 yang banyak berfokus pada sajian sejarah kecil bangsa Indonesia dengan laporan dan riset serius. Empunya buku kali ini justru kembali ke marwah seorang jurnalis yang meliput banyak kejadian bersejarah dan sisi lainnya.

Utamanya tentang watak dari rekannya sesama jurnalis, Presiden Indonesia, Perdana Menteri (PM) Uni Soviet, PM India, dan orang nomor satu Singapura. Selain itu, tiap peristiwa bersejarah yang dibahas, Rosihan selalu menyajikan "side story" dengan gaya humanis. Ramuan itu membuat tulisannya jadi kaya dan penuh emosi. Sebab, pembaca seakan-akan ikut merasakan hangatnya peran, juga keseriusan seorang jurnalis ketika hadir dalam peristiwa bersejarah.

"Wartawan harus mempunyai sifat ingin tahu (Curiosity) dan gemar membaca. Keingintahuan ialah perhatian mendalam dan aktif terhadap segala sesuatu yang terjadi dan terhadap alasan-alasan di balik kejadian itu. Lebanyakkan berita bersumber pada keingintahuan wartawan yang berlanjut dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan. Makin bagus pertanyaan yang diajukan, makin bagus isi dan mutu beritanya," ungkap Rosihan menjelaskan peran jurnalis tiap kali meliput peristiwa besar.

Selebihnya, rasa curiosity dari Rosihan Anwar dapat ditangkap menulis rangkaian side story menarik. Beberapa di antaranya adalah momentum Soekarno tinjau persiapan Konferensi AA, kesiapan jurnalis Associated Press (AP) meliput Safari keliling Indonesia PM Uni Soviet Nikita Khrushchev, Soekarno baca garis tangan Nikita, serta menelusuri orang Sumbawa di Afrika saat safari Mandela. Semuanya diulas dengan ringkas, menarik, dan mengalir.

Soekarno Tinjau Persiapan Konferensi AA

Konferensi Asia-Afrika 1955 adalah momentum Indonesia dicatatkan dalam sejarah dunia. Kala itu, Indonesia berhasil menghadirkan 29 pemimpin dari negara-negara Asia dan Afrika di Bandung. Yang mana, tujuannya untuk mempersatukan negara-negara di dua benua untuk mencapai keselamatan dan perdamaian dunia.

Untuk itu, Presiden Indoensia Soekarno tak mau penyelenggaraan tampak biasa-biasa saja. Seketika, Bung Karno sampai meninjau langsung ke Bandung pada 8 April 1955 untuk melihat kesiapan Konferensi AA. Saat sampai ke Gedung Concordia, Soekarno yang berjiwa seorang seniman tampak marah-marah. Penyebabnya, karena lokasi sidang tak ubahnya seperti pengadilan.

"Soekarno mengumpati Sekjen Konferensi AA, Roeslan bahwa rencana pembaharuan Concordia menjelmakan gedung itu jadi saai en onopvallend, artinya tidak bagus dan tak mencolok. Kayak ruang sidang. Bukan tempat penuh kemegahan di mana mata seantero dunia tersorot padanya. Soekarno menimpali: dengan sarjana hukum (SH) orang tidak bisa buat revolusi," tulis Rosihan pada halaman 121.

Kesiapan jurnalis Associated Press (AP)

Pada tahun 1960, PM Uni Soviet, Nikita Khrushchev mengadakan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Setali dengan itu, Nikita yang merupakan figur kesohor dunia turut membawa rombongan besar dari Soviet. Selebihnya, terdapat 89 jurnalis yang ikut, mulai dari juru kamera, radio, hingga media cetak yang ikut mendokumentasikan kunjungan dari Nikita.

Di antara banyak jurnalis itu, jurnalis luar negeri seperti Amerika, Prancis, dan Inggris yang dikenal lebih gesit dalam memburu berita. Hal itulah yang membuat jurnalis Indonesia (kala itu) belum dapat menandingi kegesitan jurnalis asing, apalagi jika dibandingkan dengan jurnalis Associated Press (AP).

Jurnalis AP, kata Rosihan Anwar telah mempersiapkan "Kamar Gelap" pada tiap daerah yang dikunjungi oleh Nikita. AP ingin setiap foto yang diambil dapat langsung dikirim kepada redaksi di luar negeri supaya diedarkan dengan cepat. Tak hanya itu, perihal cara kerjanya pun menarik. Jurnalis foto segera mengambil gambar dari Nikita. Setelahnya, semua film diberikan kepada seseorang yang akan diantar menuju kantor AP untuk segera dicuci.

Soekarno baca garis tangan

Selama kunjungan kenegaraan, pemimpin Uni Soviet Nikita dan Bung Karno tampak cukup akrab. Salah satu keakraban hadir kala keduanya sedang santai-santai. Alkisah Bung Karno kemudian memegang tangan PM Nikita, lalu diperhatikannya dengan teliti.

"Tangan Tuan tidak bagus."

"Lenapa tidak?" ujar Nikita sedikit marah.

"Saya lihat di sini tanda-tanda bahwa Tuan tidak bisa kaya."

Nikita kemudian ketawa senang. "Ya memang itulah cita-cita saya, saya tidak mau menjadi orang kaya."

"Mengenai kebenaran cerita tadi saya tidak dapat bertanggung jawab. Namun, interessant mengetahui bahwa Soekarno rupanya 'ahli' pula dalam palmistry, ramalan dengan membaca garis-garis tangan. Tapi, bisa juga dibilang Soekarno sekedar mau bercanda dengan Nikita yang telah tua. Seperti kata orang Padang: mempegarah-garahkan orang gaek," ujar Rosihan di halaman 194.

Islam di Afrika Selatan

45 tahun setelah safari Nikita di Indonesia, Rosihan Anwar mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Afrika Selatan. Kunjungan dalam rangka menghadiri Easter Festival atau Pesta Kampong Macassar, Faure, Cape Town, tak disia-siakan olehnya untuk belajar banyak hal. Salah satunya ialah meneropong bagaimana Islam dapat menyebar di tanah Afrika Selatan.

"Lantaran nenek moyang Cape Malay itu berasal dari Indonesia, mereka menelusuri kembali asal-usul mereka, untuk mencari jati diri (identity) serta memastikan marwah (dignity) mereka. Dan 353 tahun yang silam dengan kedatangan budak Abraham van Batavia, agama Islam mulai disebarkan di Afrika Selatan. Imam Jan van Boughies dari Celebes datang lalu mendirikan Masjid Pohon Kelapa. Pihak VOC waktu menulis nama-nama Indonesia dalam registernya suka menggantinya menurut selera Belanda," hadir di halaman 293.

Itulah beberapa kisah menarik yang diwartakan oleh Rosihan selama meliput peristiwa besar. Lebih lengkap lagi, ia juga menceritakan seputar sejarah ringkas Pers Indonesia, Usmar Ismail, perfilman Indoensia dan lain sebagainya. Alhasil, buku ini cukup menarik untuk menambah pemahaman akan sejarah, jurnalistik, dan perfilman.

Detail

Judul Buku: Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia Jilid 2
Penulis: Rosihan Anwar
Terbit Pertama Kali: 2009
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Jumlah Halaman: 348

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun