Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sosok Ibu Perkasa: Dari Nyi Ageng Serang Hingga Rasuna Said

6 Desember 2020   23:22 Diperbarui: 7 Desember 2020   13:49 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soekarno dan Ibunya/ Wikimedia Commons

"Setelah pecah Perang Jawa, Raden Ayu Serang angkat senjata demi membantu putranya, Pangeran Serang II, yang disebut-sebut dalam laporan-laporan militer Belanda telah memimpin pasukan berkekuatan 500 orang di kawasan Serang-Demak pada bulan-bulan pertama perang itu," ujar Peter Carey dan Vincent Houben.

Nyi Ageng Serang/ Wikimedia Commons
Nyi Ageng Serang/ Wikimedia Commons
Itulah yang membuat Pangeran Serang II banyak belajar dari ibunya yang seorang ahli dalam siasat dan strategi. Karena kesaktian Nyi Ageng Serang, oleh masyarakat setempat sang Raden Ayu dijuluki "Djayeng Sekar." Maka dari itu, Kiprah Nyi Ageng Serang menjadi bukti bahwa seorang ibu tak hanya mendidik anaknya melampau zaman. Akan tetapi, sang ibu ikut terlibat langsung dalam memberikan pelajaran berharga kepada sang anak.

Terakhir, untuk melengkapi figur ibu perkasa, nama yang mencul berikutnya adalah seorang ibu dan pemimpin gerakan wanita di Sumatra Barat, Rasuna Said. Kesohornya Rasuna Said sebagai seorang ibu tak hanya sebatas memotivasi anak-anaknya dalam berjuang melawan Belanda. Lebih dari itu, Rasuna Said telah mengobar-ngobarkan gerakan politik kepada banyak kaum wanita. Yang mana, gerakan mereka bahkan lebih hebat daripada kaum laki-laki disekitarnya.

Rasuna Said/ Wikimedia Commons
Rasuna Said/ Wikimedia Commons
"Rasuna adalah guru sekolah menengah Islam di Padang Panjang yang dipimpin oleh Rahmah el-Yunussi, dengan jumlah pelajar perempuan lebih dari 1.000 orang. Sebagai pemimpin Persatuan Muslimin Indonesia (Permi), Rasuna biasa berpidato berapi-api menentang kekuasaan pemerintah Hindia-Belanda. Untuk membungkamnya, pemerintah Kolonial terpaksa menangkap Rasuna Said," Tulis Rosihan Anwar dalam buku Sejarah "Petite Histoire" Indonesia Jilid I (2004).

Ibu Adalah Pelita Harapan

Sekalipun di era kekinian semangat yang dikobarkan bukan lagi semangat melawan penjajahan, sosok ibu tetap sentral dalam kehidupan. Kiranya, dari ketiga sosok ibu di atas, beberapa kesimpulan dapat ditarik. Pertama, seorang ibu dapat mengamalkan nilai keberanian. Kedua, seorang ibu dapat mengamalkan nilai kejujuran. Ketiga, seorang ibu dapat mengamalkan nilai dari kerja keras.

Pelajaran itu berlaku kepada semua anak-anak Indonesia. Kasih ibu boleh jadi sebuah pesan pembebasan. Berkat sang ibu, seorang anak bebas memilih untuk menjadi apa dan siapa. Kasih ibu bahkan mencangkup semuanya, kepada siapa saja. Bukan hanya milik dia yang kaya, atau dia yang jelata. Juga bukan hanya mereka yang harus pakai blangkon dengan wajah yang kalem.

Pada akhirnya, kita pun menjadi paham arti kebesaran seorang ibu. Kendati sosok ibu bukannya orang kesohor, sebagaimana ungkapan jerman, "Ich bin nichts, und ich mte alles sein." Yang berarti "Saya bukan apa-apa dan saya harus menjadi segalanya." Itulah Ibu. Pesan tersebut cukup jelas. Supaya anak-anaknya semangat untuk terus belajar melawan kebodohan dan kemunafikan. Oleh sebab itu, sepenggal puisi dari Wiji Thukul berjudul Sajak Ibu (1986), dapat mengembalikan ingatan kita akan sosok Ibu.

Ibu menangis ketika aku mendapat susah
Ibu menangis ketika aku bahagia
Ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
Ibu menangis ketika adikku keluar penjara
Ibu adalah hati yang rela menerima
Selalu disakiti oleh anak-anaknya
penuh maaf dan ampun.

signature
signature

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun