Itulah mengapa isu Thamrin diracun pemerintah kolonial mencuat kepermukaan. Tapi, pemerintah Hindia-Belanda langsung mengeluarkan laporan resmi bahwa Thamrin bunuh diri.
Kala itu, Thamrin menjadi satu-satunya orang pribumi yang berani dengan lantang memaksa pemerintah kolonial mengeluarkan uang untuk proyek sistem kanal yang dikepalai Prof. Ir. Hendrik van Breen.
Hendrik adalah insinyur yang membuat perencanaan pengendalian banjir melalui Kanal Banjir Barat, sistem polder, dan rencana Kanal Banjir Timur pada masa itu.
Walau banjir kanal sempat membuat Jakarta terbebas banjir dalam beberapa masa, namun karena program ini tak dilanjutkan Jakarta pun kebanjiran lagi. Parahnya lagi, Pembuatan pengendali banjir kanal timur dan barat yang idenya berasal dari 1913, baru dieksekusi secara penuh pada tahun 2000-an.
Terakhir, perjalanan gowes menjadi paripurna saat memasuki museum MH Thamrin yang berada di Salemba. Berdasarkan cerita, bangunan yang bergaya arsitektur Indische dengan ornamen khas rumah Betawi itu dulunya merupakan bangunan tempat tinggal Meneer de Has.
Tahun 1929, Thamrin membelinya untuk dihibahkan kepada satu organisasi yang bernama Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Alhasil, gedung itu pun diberi nama Gedung Permufakatan Indonesia.
Meski telah selesai, gaung semangat Thamrin membeli rakyat Indonesia, pun seakan masih terdengar nyaring di telinga. "Kalau pemerintah enggak berani keluar duit bantu rakyat, Gue yang keluar duit!"
Staycation Seru di Cordela Hotel Senen