Merasa puas menggali informasi di rumah pengasingan. Kunjungan lalu berlanjut ke arah Makam Cut Nyak Dhien yang berada satu komplek dengan makam keluarga ulama setempat. Sempat diberi informasi oleh penjaga makam, bahwa sangking berhasilnya pahlawan Aceh itu menggunakan identitas barunya, membuat makamnya sendiri baru ditemukan sekitar 50 tahun setelah ia meninggal.
Alasan sukarnya makam ditemukan, ialah karena makam tersebut tampak sederhana saja pada waktu itu. Sehingga atas bantuan dari Mantan Gubernur Aceh Ali Hasan, pada tahun 1959. Jejak makam Cut Nyak Dhien akhirnya ditemukan dan bisa diziarahi oleh seluruh orang yang kagum dengan sosok beliau, termasuk penulis.
Disamping itu, pada tahun 1987 makamnya pun sedikit dipugarkan guna dapat mengakomodasi banyak peziarah dengan tambahan berupa pagar besi yang ditanam bersama beton dengan luas 1500 m2 disekeliling makam, dan terdapat pula sebuah mushola.
Kebetulan saat kunjungan dilakukan, wisata ziarah ke makam pahlawan ini telah tampak ramai. Buktinya, banyak anak sekolah dan masyarakat setempat yang melakukan kunjungan ke makam.
Menariknya, mereka yang datang bisa menggali informasi terkait narasi Cut Nyak Dhien di Sumedang. Sangking ekslusifnya, narasi itu takkan didapat pada tempat lainnya. Kalaupun ada, pasti hanya ditataran pengenalan saja. Untuk itu, beruntunglah mereka.
Dan setelah mengekplorasi seluruhnya, sembari mendengar cerita penjaga makam. Kunjungan pun semakin paripurna karena telah memanjat doa kepada beliau, sekaligus menandakan berakhirnya kunjungan ke kota Sumedang.
Akhir kata, senang bisa merasakan perjalanan yang di khusus dilakukan untuk mencari tahu eksistensi dari sang ratu perang yang ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada tanggal 2 Mei 1964. Berkat Beliau kita menjadi tahu bahwa Indonesia pernah memiliki seorang wanita kuat, keras kepala, dan penuh dedikasi seperti Cut Nyak Dhien.
Alangkah bahagianya hidup seorang muslim yang syahid dalam memerangi Belanda, - Cut Nyak DhienÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H