Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tak Lagi Tahayul, Buka Tabungan Baru Bisa di Mana Aja

12 November 2019   00:47 Diperbarui: 12 November 2019   01:14 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekalipun zaman telah modern, beberapa orang kususnya generasi sebelum millennial (generasi kelahiran penulis: 1981-1994), seperti Generasi X ( generasi kelahiran orang tua penulis: 1965-1980), dan generasi Baby Boomer (generasi kelahiran Kakek-nenek penulis: 1946-1964) umumnya masih percaya yang namanya tahayul.

Sebelum melangkah terlebih jauh. Teruntuk yang belum tahu, tahayul sendiri menurut Zeffry Alkatiri dalam bukunya yang berjudul "Jakarta Punya Cara" mendefenisikan tahayul sebagai sebuah tindakan yang apabila tidak dijalani, orang akan mengalami berbagai gangguan (menjadi pamali), atau berdampak buruk bagi kehidupan, seperti datangnya penyakit dan berbagai gangguan lainnya yang tak dikehendaki.

Simpelnya, generasi jadul (jaman dulu) termasuk didalamnya orang tua kandung dan orang tua dari teman sepermainan, sekiranya masih percaya akan fenomena ini. 

Misalnya tahayul pada nama (jika nama kurang membawa berkah, maka akan segera diganti), tahayul pada hari (percaya pada adanya hari baik, hari buruk), tahayul pada mimpi (percaya jikalau mimpi membawakan tanda-tanda tertentu), tahayul pada bangunan (percaya dengan adanya tempat yang memiliki daya magis), dan lain sebagainya.

Boleh saja kala generasi terdahulu percaya akan hal ini, karena diri pribadi yang terlahir sebagai generasi kekinian (millennial), jelas memiliki anggapan tersendiri bahwa tahayul memang sengaja dibentuk untuk menciptakan keteraturan (sekali lagi bukan untuk tujuan syirik ya).

Betapa tidak, hadirnya tahayul sudah tentu membenarkan suatu sistem sosial yang setidaknya telah turun menurun sebagai pengendali, sebagai pembatas, serta sebagai pelegitimasi hal-hal yang sebenar bertujuan baik dan dapat menghasilkan suatu keseimbangan sosial dalam masyarakat.

Fenomena tahayul tak cuma belakangan ini hadir, bahkan sejak zaman colonial, masyarakat kita telah akrab dengan fenofema seperti ini. Jejak tersebut didapat kala menelusuri buku karya dari Alfred Russel Wallace, Kepulaan Nusantara, yang berisikan catatan dirinya sebagai naturalis mengarungi pulau-pulau di nusantara.

Ia mengungkap "Kepercayaan akan tabu yang disebut 'pamali' sangat umum. Pohon buah-buahan, rumah-rumah, hasil panen dan berbagai harta milik dilindungi dari bahaya dengan ritual yang sangat dihormati."

Itu tahayul pada zaman dahulu. Nah, dalam beberapa kasus diri pun sempat bersentuhan dengan perkara tahayul yang diyakani orang tua. Tahayul tersebut masuk kepada kategori tahayul pada hari, alias orang tua saya memiliki keyakinan kuat bahwa pantang bekerja di hari libur (lembur boleh asal hari kerja). 

Alasannya sederhana, karena sudah selayaknya hari libur hanya diisi oleh aktivitas berlibur bersama keluarga dan menjadi ajang untuk beribadah (semisal ikut kajian agama maupun pengajian). Ketika tak dilakukan senada dengan yang dijelaskan, maka dipercayai rejeki akan sulit mengalir dalam kehidupan.

Kalau dipikir-pikir, memang sah-sah saja jikalau hari libur diisi oleh beragam kegiatan (selain berkumpul bersama keluarga & beribadah tentunya). Namun, karena sudah diyakini sedari kecil dan turun-temurun, maka pantangan beraktivitas (selain yang tertulis diatas) menjadi paripurna dan tak bisa diganggu gugat.

Awal Mula Cerita

kiranya inilah awal mula hal yang ingin saya ceritakan. Alkisah, salah seorang adik saya yang nomor 4 (dari 5 bersaudara), sudah siap merantau untuk melanjutkan studi diluar kota. Maka jelas, tradisi sebelum adik saya berangkat, tak lain perkara melengkapi segala kebutuhan seperti perlengkapan kuliah, perlengkapan isi kamar, dan mencari tempat tinggal (kontrakan). 

Masalahnya, orang tua yang relatif sibuk dihari biasa, membuat diri pribadi yang (sering kali) memilki banyak waktu senggang dalam bekerja, turun tangan demi membantu memenuhi kebutuhannya di tana rantauan.

Setelah semuanya terkumpul, barulah muncul satu masalah, yaitu keberangkatan adik saya ke kota tujuan cukup mepet (menyisahkan waktu sehari saja). Setali dengan itu, mau tak mau segala kebutuhan harusnya sudah diselesai hari minggu (karena seninnya langsung berangkat).

Maka dengan segera, keluarga kecil kami dilanda kepanikan. Panik karena sang anak ternyata belum sempat membuat rekening Bank yang kiranya menjadi hal yang vital kala merantau jauh dari orang tua.

Kenapa Memiliki Rekening Bank itu penting? 

Bagi calon mahasiswa apalagi yang merantau, memiliki rekening sendiri itu hukumnya wajib. Jika, sang anak belum sempat membuat rekening, ataupun dipinjami kartu ATM sementara, kesukaran niscaya akan mengintainya di negeri rantauan.

Pertanyaan seperti "nanti makannya bagaimana?, minta tolong sama siapa?, kalau ada pengeluaran tambahan bagaimana?" itulah sedikitnya isi pikiran kami sekeluarga. Terlebih, ini hari libur, hari dimana kita pantang melakukan suatu aktivitas selain berkumpul bersama keluarga maupun beribadah.

Seketika perdebatan batin mendominasi dalam diri hingga menghasilkan dua opsi. Pertama, mencoba bodo amat dengan tahayul (berupa pantangan beraktivitas di hari libur), serta seraya mencari Bank yang memiliki agenda buka di hari libur. Kedua, meminjamkan kartu ATM pribadi untuk sementara dimiliki olehnya.

Tak ingin berhenti berpikir, diri pun kemudian berpikir lebih keras, dengan tanya ke teman-teman, dan berselancar kesana sini via mesin pencari (internet). Berkat campur tangan tuhan, opsi ketiga-pun muncul, dan diripun sangat-sangat meyakini bahwa opsi ini adalah langkah terbaik, dan langkah tersebut bernama meng-install BCA Mobile, untuk buka tabungan  di BCA Mobile.

Ternyata zaman sudah jauh berubah, karena tepat 9 tahun lalu, diri pribadi membuka rekening di Bank BCA harus buru-buru menuju kantor cabang (itupun harus pada hari kerja), bahkan dengan embel-embel bawa surat keterangan mahasiswa segala.

Kini, segalanya begitu dibikin simpel (sampai-sampai buka tabungan bisa di mana saja tanggal merah sekalipun), tinggal ajak adik saya lakukan langkah-langkah seperti dibawah ini:

Mulai dari masuk ke aplikasi BCA mobile, pilih menu buka rekening baru (dengan catatan nomor handphone belum terdaftar BCA Mobile), pilih jenis tabungan yang diinginkan (karena pemuda maka pilihan jatuh pada tahapan Xpresi), lakukan verifikasi nomor handphone, buat kode akses, lengkapi dokumen yang diperlukan (mulai dari KTP, foto diri, tanda tangan), lengkapi informasi pribadi, isi alamat email untuk internet banking, pilih cabang rekening terdaftar, review konfirmasi data yang diisi, lakukan video call untuk verivikasi data, buat pin untuk aktivitasi mobile & internet banking, dan rekening pun telah aktif.


Uniknya, kegiatan tersebut dilakukan tanpa beranjak dari rumah, malah sambil koloran saja. Hal ini jelas menghemat waktu, memangkas proses, bahkan secara ajaib bisa dilakukan dihari libur pula sehingga diri-pun tak harus melanggar pamali, sembari tetap santai berkumpul bersama keluarga.

Oleh karenanya, saya pribadi ingin berucap rasa terima kasih yang besar kepada Bank BCA. Terima kasih karena sudah memanjakan pelanggannya, terima kasih karena terus berinvonasi, dan terima kasih kerena sudah membawakan kenyamanan bertransaksi kepada keluarga kecil kami.

Dan saya pun mengungkap kenyaman ini mirip-mirip kalimat bagus dari film La Dolce Vita (karya Fellini): "Dia yang mencari tuhan, menemukan-Nya di tempat yang diinginkan," oleh saya kemudian diganti menjadi: "dia yang mencari kenyamanan, akan menemukan-nya di tempat yang diinginkan, bahkan dirumah sekalipun." Semangatttt....

signature
signature

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun