Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Istimewanya Malioboro dan Cerita di Balik Jalan Daendels

10 Oktober 2019   23:45 Diperbarui: 10 Oktober 2019   23:57 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ragam asal usul nama jalan malioboro/ dethazyo
Ragam asal usul nama jalan malioboro/ dethazyo
Bahkan, kala dilihat, jalan yang dulunya digunakan sebagai seremonial masuknya Gubernur Jendral, dan kadang kala tetap digunakan sebagai parade seremonial seperti defile tahunan pasukan garnisun Yogya dalam perayaan hari angkatan bersenjata pada 5 oktober, tentu kondisi diatas agak berbeda dengan kondisi kekinian yang seakan tak lagi semagis dahulu.

Dahulu, di jalanan ini ditanami pohon-pohon waringin tinggi dengan kampung yang tertata rapi. Kini kiranya telah bermetamorfosis menjadi tempat komersial yang didominasi toko-toko, yang sejatinya telah mengubah Malioboro dan mempercepat proses komersialisasi.

Kondisi inilah membuat Peter Carey bersuara "Kiranya tak perlu dibayangkan pikiran apa yang ada dalam benak Mangkubumi sendiri tentang hilangnya kenangan yang disayangkan ini. (hlm 25)" 

Diripun ingin berucap hal yang sama, dan mencoba sedikit berharap agar Malioboro (kembali) di restorasi seperti semula, sehingga jargon "Make Malioboro Great Again" cukup tepat diungkap sekarang-sekarang ini.

Tentang Pentingnya Nama Jalan

pentingnya nama jalan/ dethazyo
pentingnya nama jalan/ dethazyo
Nama jalan bukan cuma menjadi penting bagi perusahaan jasa pengiriman logistik belaka, terlebih nama jalan sudah sedemikian penting sebagai identitas suatu daerah, dan penting pula sebagai penegas dari rangkuman kejadian bersejarah yang pernah (sudah) terjadi di tempat tersebut.

Meski begitu, merujuk pendapat dari JJ Rizal (Sejarawan) "Nama jalan sering dianggap bukan sesuatu yang penting. Aneh memang, kalau tidak dapat dikatakan ironis. Sebab, hal itu terjadi justru ditengah semangat menggebu menemukan symbol dan identitas seiring kota-kota di Indonesia keranjingan menggarap proyek mentereng city branding."

Hal itu ada benarnya, jika meneropong kasus yang pernah terjadi di ibukota (Jakarta) pada tahun 2018. Kala itu gubernurnya ingin mengganti nama jalan raya yang secara sadar tanpa dibekali  pengetahuan memadai akan sejarah nama jalan, dan tanpa melibatkan budayawan maupun sejarawan sedikit-pun. Syukurnya, rencana tersebut kemudian ditunda (tapi belum tentu tak berlanjut).

Kejadian diatas sedikit membuktikan, bahwa kepedulian orang-orang (apalagi kepala daerah) dalam perkara nama jalan sungguh minim. 

Padahal, dari nama jalan-jalan yang ada nantinya dapat menduduki posisi sangat kuat pembawa symbol dan identitas suatu kota (serupa dengan jalan Malioboro). Apakah kita ingin kondisi seperti itu terus berlanjut? I don't think so.

Menggugat (Nama) Jalan Daendels

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun