"Masalah utamanya bukanlah soal kecepatan atau jarak, melainkan bagaimana bisa berlari setiap hari tanpa absen."
-- Haruki Murakami
Walau Ibu Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nila Djuwita Moeloek, pernah mengungkap bahwa hanya 20 persen dari jumlah warga di Indonesia yang peduli akan pentingnya kesehatan, jumlah tersebut cukup lumayan menyayat hati, padahal belakangan ini justru ragam olahraga mulai digemari oleh warga masyarakat di kota besar. Hal itu dapat dibuktikan dengan mulai menjamurnya usaha lapangan futsal, sanggar tari yang semakin ramai, pusat kebugaran (gym) yang parkirannya selalu penuh, dan tentu saja para pengabdi olahraga lari yang mulai terlihat di berbagai sudut kota.
Untuk itu, secara sengaja kutipan dari buku rekaan Harumi Murakami yang berjudul "What I Talk About When I Talk About Running" muncul sebagai awalan guna membuat siapa saja dapat kembali bersemangat untuk tetap mengadopsi gaya hidup sehat aktif terutama dalam berlari.
Perkaranya, setiap seseorang mulai menyukai ataupun mendalami suatu olahraga, kejenuhan selalu mengintai dari belakang. Mirip-mirip sepenggal lirik lagunya band DRIVE, semakin ku menyayangimu/semakin ku harus melepasmu dari di hidupku. Olahraga lari pun begitu adanya, semakin menyukai berlari, semakin besar pula godaan akan kejenuhan yang didapat.
Kejenuhan seperti ini, bukan cuma dialami oleh saya atau Anda yang masih berlari dalam kategori amatir, tetapi para atlet lari berkelas dunia sekalipun pasti pernah merasakan jenuh. Bedanya, mereka bisa melawan kejenuhan, dan kita cenderung tak mampu move-on dari nuansa jenuhnya berlari. Ada yang memilih gantung sepatu ala pemain sepak bola, ada yang memilih diam saja di rumah, serta ada yang memilih mencoba-coba olahraga lainnya.
Seluruh opsi di atas, jelas memilih gantung sepatu alias pensiun berlari yang menjadi ketakutan utama. Sayang banget ya, awalnya sudah antusias berlari, namun karena jenuh akhirnya memilih tak melanjutkan apa yang sudah dibuat. Sebelum hal itu terjadi, ada baiknya kejenuhan itu dilawan, seperti apa caranya? Beberapa telah penulis rangkum, sebagaimana hal yang pernah dilakukan oleh penulis dalam menjaring semangat berlari. CEKIDOT....
1. Membuat playlist
2. Temukan rute baru
3. Gabung dengan komunitas lari
4. Miliki target
5. Ikut event berlari
6. Bebas pegal untuk lari lebih optimal
Padahal, sebenarnya ada rumusan khusus untuk Anda menghindari pegal dan kawan-kawannya (dkk) dalam berlari. Coba sedikit kita unduh kembali asumsi dari Ryuji Utomo, salah satu punggawa Tim Nasional Indonesia, yang beberapa waktu lalu mengisi acara di Kompasiana Nangkring bersama Geliga Krim. Menurutnya penggunaan balsem sebelum latihan atau bertanding sangat berpengaruh terhadap peformanya memainkan si kulit bundar. 'Seperti penggunaan balsem, misalnya, saya menggunakannya sebelum latihan atau bertanding. Jadi tidak hanya setelah beraktivitas saja.'
Malalui Ryuji sebuah pembelajaran penting telah didapat. Namun jika bertanya balsem apa yang cocok untuk menangani problema pegal dkk saat menekuni dunia lari, maka atas asumsi diri saya pribadi, jatuh pada peraih Top Brand 2017, Geliga Krim. Bukan apa-apa, brand satu ini sudah teruji dan terbukti dapat mengusir pegal, sehingga saya pun sehari-hari dapat berlari lebih optimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H