Ai Koa, Ai Jantup, Ai Semporong Tangkil, dan Tiu Kalela merupakan ragam nama yang diberikan oleh masyarakat Sumbawa Barat menyebut air terjun ini, keragaman tersebut sungguh berbanding dengan keindahan yang tersaji meski hanya dilihat via mata telanjang.
Untuk diri pribadi, nama air terjun Tiu Kalela cukup familiar ditelingga dibanding nama lainnya, walau prihal nama sempat menjadi perdebatan yang kuat ketika menentukan destinasi yang akan dikunjungi. Rasanya masing-masing orang memiliki nama tersendiri di dalam pikirannya terkait air terjun yang menjadi pariwisata andalan kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kabar angin akan keindahannya, mampu menghipnotis jiwa dan raga yang sudah seminggu menghabiskan waktu liburan di tana Samawa. Akan terasa kurang lengkap, kalau hanya liburan ke kampung halaman kali ini, jika raga tak sempat menjejakkan kembali langkah di air terjun dengan pesona warna biru berpadu dengan hijau.
Sebelum bersiap-siap menuju lokasi, kendala jarak selangkah lagi mengubur mimpi menuju tempat tersebut. alasan berdomisili di Kabupaten Sumbawa Besar ialah kendalanya, karena untuk menuju kabupaten Sumbawa Barat bukanlah jarak yang dekat. Tentunya akan memakan waktu yang cukup lama diperjalanan. Apalagi kendaraan yang digunakan bukanlah dengan roda empat berjenis city car ataupun mini van, tapi hanya sebuah sepeda motor, itupun berboncengan dengan seorang teman lama, bergantian memacu kendaraan di jalanan selama kurang lebih 5 jam. Jika ditotal, pulang-pergi memakan waktu 10 jam. waktu yang cukup untuk berucap 'tua dijalan.' hehehehe..
Beruntung playlist yang terputar di smartphone tepat memutar lagu dari switchoot- i dare you to move, lyricnya bagai suntikan vitamin bagi jiwa. Seketika semangat kembali meninggi hingga langkah besar menuju Tiu Kalela menjadi semacam tantangan yang segera ditaklukkan. ‘I dare you to move/ I dare you to move/ I dare you to lift yourself up off the floor.’
Terhitung 2 buah gerbang didalam areal persawahan dilewati, tepat sebelum menemukan tempat bagi motor untuk beristirahat. Sebelumnya, salah seorang teman yang pernah kesana 2 tahun yang lalu menuturkan akses ke air terjun ini, informasi yang dihimpun darinya justru disana belum ada gerbang, meloncat pagar menjadi pilihan satu-satunya agar dapat mengeksplorasi dan menikmati keindahan yang ditawarkan Tiu Kalela. Benar-benar butuh perjuangan ektra, bukan?
Melompat hingga seluruh badan berbaur dengan air ialah ritual wajib yang harus dilakukan sebagai awalan dalam rangka menikmati. Dinginnya air tak membuat kami jera untuk melompat lagi dan lagi. Rasanya moment ini begitu berkesan dihati, menemukan air terjun ini bagaikan menemukan oase dipadang pasir. Bayangkan saja, dari awal pemandangan hanya ada sawah dan jalanan berbatu, tak terasa lelahpun terhapus ditempat ini.
Tak hanya memanjat air terjun, sensasi lainnya yang bisa dicoba adalah berayun melalui dahan pohon yang telah diberi tali tambang yang cukup kuat mengangkat beban satu orang dewasa, adrenaline pun meninggi dikala awal mencoba berayun, tanpa tersadar teriakan keluar sendiri meneriakkan 3 kata “I Feel Free.”