Berkaca pada Go-Jek yang buah pemikiran awal lahir dan berkembang di ibu kota (Jakarta), kegelisahan akan kemacetan membuat salah satu anak bangsa yang sehari-harinya bekerja memanfaatkan jasa ojek pangkalan. Efiensi waktu pun didapat, meski kocek yang dikeluarkan bisa dikatakan mahal untuk sebuah sarana transfortasi. Berdasarkan hal tersebut, muncullah ide membuat start-up yang mengorganisir para driver ojek dalam sebuah wadah pada 2011, dan hingga kini merambah ke bisnis non tranportasi.
Paparan dari Dayu, sebagai Vice Presiden, menjelaskan bubble baru pada aplikasi Go-Jek berupa jasa non transportasi sedikit membuka mata kita, kalau ide-ide muncul kadang tak jauh datang dari kehidupan pribadi. Buru-buru menghadiri undangan dan tak sempat ke salon  ya Go-Glam jawabannya, tak sempat bersih-bersih rumah karena seharian sibuk di kantor, Go-Clean Jawabannya, malas antri untuk mendapatkan servis relaxasi tubuh di Spa treatment maka Go-Massage muncul ke permukaan.
[caption caption="tampak serius menikmati acara - dethazyo"]
@dethazyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H