[caption caption="pantai karang taraje/ dok by: Cecep Primavit"][/caption]
After all this time/ After all of these season /After your own decision to go to the water for a reason/ It's only the ocean and you.
-Jack Johnson – Only The Ocean-
Meski secara idealisme barisan pantai-pantai ditanah kelahiran (Sumbawa, NTB) selalu menjadi yang terindah dari terbaik. namun tak selalu begitu adanya, terbukti pesona Pantai Karang Taraje, yang berada disebelah timur Sawarna, Banten, membius hati untuk sejenak berdiam menikmati hempasan ombak pada batu karang.
Taraje yang berarti tangga, karang ya batu karang. Menggabungkan keduanya mendapat artian tangga karang. Walau tak sepenuhnya beralaskan pasir putih, panorama pantai, sunset, serta suara ombak menjadi alasan yang mampu memberi gambaran akan keindahan.
Perjalanan menuju ketempat ini begitu tak disengaja, demi menghindari macetnya lalu lintas balik dari aktivitas rafting di sungai Citarik, Sukabumi via tol Ciawi menuju Jakarta. Maka jelas membanting setir ke arah Pelabuhan Ratu menjadi pilihan untuk menuju ibu kota melewati barisan pantai-pantai indah yang ada ditanah para Jawara (Banten).
[caption caption="live on the bus/ cecep primavit"]
Barisan pantai-pantai indah disekitar wilayah tersebut, mulai dari pantai Carita, Ciputih, Sawarna tak mampu menarik hati untuk berdiam lebih lama. Ramenya pengunjung pantai menjadi alasan hingga bis yang kami tumpangi terus melaju. Tanpa tersadar haripun mulai menunjukkan pukul 5:30 sore hari, itupun teringat ketika smartphone memberi sinyal, penanda pesan yang masuk. Tak disengaja melihat keluar jendela bis, hingga sebuah papan nama “Karang Taraje” terlihat.
Lelah lantas membuat langkah kami berhenti untuk sesaat, sekedar menikmati panorama lautan dan hempasan ombak dari dekat. Hanya secuil harapan yang keluar dari hati untuk dapat menikmati senja ditempat ini. Dan beruntung, kamipun mampu merekam moment tersebut hanya bermodal kedua bola mata yang setia mengamati keindahan demi keindahan.
Ombak yang besar, membuat anak-anak dengan suka cita bermain kejar-kejaran, tentunya moment ini tak luput dari pengawasan para orang tua, jika tidak, bisa jadi nyawa taruhannya. Apalagi batu karang dengan ukuran kecil hingga besar selalu mendominasi bibir pantai, hingga pasir putih mau tak mau berbagi sedikit ruang.
[caption caption="alive/ cecep primavit"]
Selama disini, ketenangan dengan mudah didapatkan, sepinya pantai memberi kami ruang yang banyak untuk mengekspresikan ragam moment melalui jepretan kamera. Karakteristik pantai dengan pinggiran batu karang, sangat menarik untuk diabadikan, ditambah saat ombak menerpa batu, hingga hingga terlihat seperti air terjun kecil yang mempesona.
[caption caption="meeee/ cecep primavit"]
Masalah bahagia jangan ditanya lagi, cukup dengan melihat seluruh ekspresi yang terlukis diwajah, penuh dengan senyum dan tawa. Bahkan hormon serotin dan dopamin dengan sendirinya memainkan perannya membingkai kebahagiaan.
Malam pun mulai menyapa, seketika ingatan akan 7 jam perjalanan lagi menuju jakarta, segera membuat kami bergegas melaju kembali. Dikarenakan perut yang lapar, Malimping yang hanya berjarak sekitar 38 Km dipilih sebagai tempat dimana perut bisa dijamu dengan baik.
@dethazyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H