Mohon tunggu...
Deta Aisyah Maylafayza
Deta Aisyah Maylafayza Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Relations Student

Deta Aisyah Maylafayza adalah mahasiswa Program Sarjana Hubungan Internasional, Universitas Sriwijaya. Minat penelitiannya meliputi Isu Kontemporer, Diplomasi Modern, Keamanan Internasional, Negosiasi dan Resolusi Konflik, serta Gender.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kajian Strategi: Konflik Energi di Asia Timur

7 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 7 Desember 2024   20:08 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Dalam beberapa tahun terakhir, Asia Timur telah muncul sebagai kawasan penting dalam lanskap energi global. Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan industrialisasi negara-negara seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan telah menyebabkan peningkatan permintaan energi yang signifikan, yang mengakibatkan masalah keamanan energi yang kompleks dan ketegangan geopolitik.

Persaingan untuk mendapatkan akses ke sumber daya bahan bakar fosil, khususnya minyak dan gas, telah menjadi sumber utama konflik di Asia Timur. Negara-negara semakin berupaya untuk mengamankan perjanjian pasokan jangka panjang dan mengendalikan aset strategis, yang mengakibatkan persaingan dan ketegangan antarnegara.

Situasi ini semakin rumit oleh sengketa teritorial atas wilayah yang kaya sumber daya, seperti Laut Cina Selatan.

Peralihan ke sumber energi terbarukan juga telah membawa tantangan dan peluang baru. Sementara teknologi energi bersih menawarkan potensi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, teknologi tersebut juga menghadirkan dinamika persaingan dan kerja sama baru. Misalnya, dominasi Tiongkok dalam produksi dan penggunaan panel surya, turbin angin, dan kendaraan listrik telah menimbulkan kekhawatiran di antara para pelaku regional lainnya.

Untuk meredakan konflik-konflik ini, sangat penting bagi negara-negara Asia Timur untuk memperkuat upaya diplomasi energi mereka melalui dialog multilateral, mekanisme kerja sama, dan langkah-langkah membangun kepercayaan.

Mempromosikan efisiensi energi dan inisiatif konservasi dapat membantu mengurangi permintaan energi dan meringankan sebagian tekanan pada pasokan energi tradisional. Meskipun lanskap energi di Asia Timur menghadirkan banyak tantangan, ada juga banyak peluang untuk kolaborasi dan inovasi. 

Pemerintah harus terlibat dalam dialog multilateral melalui platform seperti ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) dan organisasi internasional yang berfokus pada penanganan prioritas energi bersama. Mereka juga harus mempertimbangkan untuk mendiversifikasi mitra impor alih-alih sangat bergantung pada pemasok tunggal.

Berinvestasi dalam teknologi energi bersih alternatif menawarkan manfaat jangka panjang dengan mengurangi ketergantungan pada sumber daya yang tidak terbarukan.

REFERENSI
EU Parliament. (2024). East Asia. European Union.

Hicks, K. (2024). East Asian Energy Transition Opportunities, Challenge, and The Paris Agreement. Jurnal Minyak dan Gas, Sumber Daya alam, dan Energi (ONEJ), Vol. 9, No.4, 602-635. Universitas Oklahoma.

IRENA (2024), Geopolitics of the energy transition: Energy security. International Renewable Energy Agency, Abu Dhabi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun