Mohon tunggu...
Desy Marianda Arwinda
Desy Marianda Arwinda Mohon Tunggu... Freelancer - flight through writes

Hidup lebih hidup dengan menulis!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Paragraf Kedua, Alinea Pertama

11 Oktober 2024   15:01 Diperbarui: 11 Oktober 2024   15:05 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di deretan kontak ponselmu, manakah yang paling ingin kauajak berbicara?

Deretan terbawah, abjad terakhir, apakah analogi masa lalu untukmu?

Kaumembentang jarak atau kaumelipat jarak, sungguh kontradiksi yang sulit kutebak.

Di antara empat jalur menuju rumahku, aku selalu memilih jalur terjauh, agar lama aku menerka-nerka kemungkinan tentangmu, kemungkinan kedatangan-kepergianmu; aku selalu berada di antaranya,

Di antara bentangan zona waktu, di  antara komunikasi yang terputus dan jenuh.

"Aku tidak akan kembali ke masa lalu" pungkasmu dingin di balik telepon.

Aku pun membeku, mencari cara mencairkan jawaban di kepalaku tentang,

"Untuk apa kaumenyampaikan itu di telingaku?" kaumenyumbat aliran darah menuju jantungku; perkataanmu serupa belati cantik tetapi mematikan.

"Apakah aku masa lalu bagimu? Masa kini? Kaumengatakan itu padaku sebagai bagian masa lalumu? Atau hanya ujaran karena kaujenuh lebih dulu untuk memulai paragraf kedua?"

Alamat rumahku masih di sekitar bandara, aku takkan pindah ke tengah kota, & aku

Takkan letih mendengar-menghitung deru pesawat di atap rumahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun