Beberapa hal memprihatinkan terkait pendidikan saat ini:
- Ketergantungan pada gawai
- Minimnya literasi bahkan di usia SMA. Â Faktanya bisa membaca tidak menjamin tahu/ mengerti isi bacaannya.
- Ketidakmampuan memahami matematika dasar
- Minim pengetahuan umum
Setidaknya demikian gambaran yang terlihat dan disajikan belakangan ini di media sosial (medsos). Â Ini bukan sekedar konten. Â Melainkan fakta nyata kualitas pendidikan anak-anak sekarang ini. Â Beberapa berpendapat mereka adalah generasi rebahan. Â Generasi yang terdampak pandemi covid beberapa waktu lalu. Â Diperburuk dengan adanya beberapa kebijakan dunia pendidikan yang justru "memanjakan" peserta didik.
Hal lain yang juga perlu dipertimbangkan:
- Rasa keadilan karena tidak semua peserta didik Muslim. Â Bagaimana dengan yang non-Muslim? Â Bagaimana dengan sekolah yang peserta didiknya tidak ada yang Muslim?
- Apakah ada jaminan dengan diliburkan, anak-anak bertanggungjawab belajar di rumah?
- Bukan tidak mungkin ada orang tua yang "terpaksa' mengambil cuti karena kekhawatiran anak di rumah tanpa pengawasan.
- Jikapun daring/ online menjadi solusi. Â Siapa yang bertanggungjawab terhadap kuota? Â Siapa yang dapat memastikan kehadiran anak ketika daring?
- Bagaimana dengan kemungkinan terjadinya tawuran atau begadang efek dari sekolah diliburkan.
Melihat dan menimbang ini semua, rasanya opsi libur sebagian cukuplah bijak. Â Sebagai bentuk toleransi tanpa mengabaikan pendidikan. Â Di mana sekolah diliburkan katakanlah dua hari agar beradaptasi memasuki bulan Ramadan. Â Lalu masuk kembali hingga menjelang Idul Fitri.
Sehingga ketika di sekolah nanti baik yang Muslim maupun non-Muslim saling menghormati. Â Di antara yang berpuasa maupun yang tidak. Â Disinilah bentuk kedewasaan beragama diaplikasikan. Â Sekalipun berbeda keyakinan bukan berarti menjadi berbeda.
Adapun beberapa penyesuaian/ saran untuk opsi kedua ini adalah:
- Meniadakan pelajaran olah raga fisik, dan menggantinya dengan teori saja
- Meniadakan ekstrakulikuler untuk sementara
- Jam sekolah selesai lebih awal, disesuaikan dengan jenjang pendidikannya. Â Di mana peserta didik non-Muslim diizinkan pulang. Â Sedangkan untuk peserta didik Muslim dapat diagendakan kegiatan yang membangun spiritual.
Kita hormati bulan Ramadan. Â Tetapi meliburkan sekolah selama sebulan penuh sangat mungkin menjadikan lingkungan pendidikan menjadi lebih pasif. Â Bahkan dikhawatirkan dapat melemahkan kepercayaan diri peserta didik untuk tetap produktif belajar selama bulan puasa.
Hal penting lainnya adalah kemajemukan bangsa ini, dan nilai-nilai Pancasila yang menjadi pedoman Indonesia. Â Terlepas dari keyakinan yang dianut, alangkah indahnya jika bulan Ramadan menjadi momentum mengajarkan toleransi yang berkeadilan. Â Salam toleransi!
Sumber: